Sehari Sebelum Nyepi, Ribuan Warga Denpasar Gelar Upacara Tawur Kesanga
A
A
A
DENPASAR - Meski diguyur hujan ribuan umat hindu di Kota Denpasar melaksanakan upacara Tawur Kesanga, di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Senin (27/3/2017).
Ida Pedanda Gede Telaga dari Griya Gede Telaga Sanur, Denpasar mengatakan, Tawur Kesanga ( Bhuta Yajna) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi manusia secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
"Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti mengembalikan atau membayar," katanya. Dia menjelaskan, bahwa perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana.
Lanjutnya, perbuatan mengambil perlu diimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang.
"Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya,"pungkasnya.
Upacara ini dilaksanakan satu hari sebelum merayakan Nyepi tahun 1934. Upacara ini telah dipimpin enam orang pedanda dari Kota Denpasar.
Ida Pedanda Gede Telaga dari Griya Gede Telaga Sanur, Denpasar mengatakan, Tawur Kesanga ( Bhuta Yajna) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi manusia secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
"Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti mengembalikan atau membayar," katanya. Dia menjelaskan, bahwa perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana.
Lanjutnya, perbuatan mengambil perlu diimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang.
"Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya,"pungkasnya.
Upacara ini dilaksanakan satu hari sebelum merayakan Nyepi tahun 1934. Upacara ini telah dipimpin enam orang pedanda dari Kota Denpasar.
(sms)