Alat Berburu Zaman Batu Ditemukan dalam Goa Kuno
A
A
A
PANGANDARAN - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten menemukan alat berburu zaman batu di dalam goa kuno.
Alat zaman batu tersebut diantaranya gerabah yang ditemukan di goa Peteng dan tulang hewan purba untuk alat berburu di Goa Sutrareregan yang ada di Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran.
Peralatan tersebut diyakini sebagai salah satu peralatan yang digunakan oleh manusia purba yang hidup 10.000 tahun lalu, dari temuan tersebut diyakini eksistensi manusia purba jaman dulu banyak melakukan aktivitas di dalam goa.
Kepala Bidang Kebudayaan, Disparbud Kabupaten Pangandaran Aceng Hasyim mengatakan, barang yang berhasil ditemukan diyakini pada jaman mesolitikum atau jaman batu.
“Manusia saat itu masih menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari-hari, serta membuat kerajinan gerabah dari tanah liat,” kata Aceng.
Masih dikatakan Aceng, manusia pada jaman mesolitikum mulai mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat, salah satu diantaranya sudah mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang masih sederhana.
“Mereka dalam melakukan aktivitas masih menggunakan tulang dan tanduk hewan untuk keperluan sehari-hari, salah satu bukti kami menemukan beberapa manik-manik dari tulang dan 3 buah gigi gajah purba,” tambahnya.
Aceng menjelaskan, saat mengunjungi Goa Sutrareregan ditemukan fosil kerang yang mencapai luas area 6 m x 4 m. Tumpukan sampah kerang tersebut diyakini tumpukan sampah dapur.
Ketua Tim Pengkaji dari BPCB Banten Syarif meyakini, benda-benda yang ditemukan di dalam goa merupakan tinggalan manusia pra sejarah zaman mesolitikum.
“Karakteristik manusia purba pada zaman mesolitikum juga sudah mengenal kebudayaan berupa coretan sederhana pada dinding goa,” kata Syarif.
Masih dikatakan Syarif, saat ini pihaknya sedang mencari hasil kebudayaan lain yang biasa dilakukan manusia purba pada zaman mesolitikum.
“Biasanya mereka membuat lukisan pada dinding goa atau tebing seperti berburu yang divisualisasikan dengan gambar hewan dan gambar panah, atau menangkap ikan dengan cara menggambar ikan dan perahu,” tambahnya.
Dikatakan Syarif, pengkajian yang dilakukan pihaknya bersama dengan Disparbud Kabupaten Pangandaran melibatkan 13 orang, tim tersebut kemudian dibagi dua tim.
“Satu tim melakukan di goa yang ada di Desa Selasari sedangkan tim lainnya, meneliti keberadaan tinggalan klasik candi, menhir, yoni yang ada di Kecamatan Mangunjaya, peninggalan penjajahan Belanda dan Jepang di Kecamatan Kalipucang dan Kecamatan Pangandaran,” pungkasnya.
Alat zaman batu tersebut diantaranya gerabah yang ditemukan di goa Peteng dan tulang hewan purba untuk alat berburu di Goa Sutrareregan yang ada di Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran.
Peralatan tersebut diyakini sebagai salah satu peralatan yang digunakan oleh manusia purba yang hidup 10.000 tahun lalu, dari temuan tersebut diyakini eksistensi manusia purba jaman dulu banyak melakukan aktivitas di dalam goa.
Kepala Bidang Kebudayaan, Disparbud Kabupaten Pangandaran Aceng Hasyim mengatakan, barang yang berhasil ditemukan diyakini pada jaman mesolitikum atau jaman batu.
“Manusia saat itu masih menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari-hari, serta membuat kerajinan gerabah dari tanah liat,” kata Aceng.
Masih dikatakan Aceng, manusia pada jaman mesolitikum mulai mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat, salah satu diantaranya sudah mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang masih sederhana.
“Mereka dalam melakukan aktivitas masih menggunakan tulang dan tanduk hewan untuk keperluan sehari-hari, salah satu bukti kami menemukan beberapa manik-manik dari tulang dan 3 buah gigi gajah purba,” tambahnya.
Aceng menjelaskan, saat mengunjungi Goa Sutrareregan ditemukan fosil kerang yang mencapai luas area 6 m x 4 m. Tumpukan sampah kerang tersebut diyakini tumpukan sampah dapur.
Ketua Tim Pengkaji dari BPCB Banten Syarif meyakini, benda-benda yang ditemukan di dalam goa merupakan tinggalan manusia pra sejarah zaman mesolitikum.
“Karakteristik manusia purba pada zaman mesolitikum juga sudah mengenal kebudayaan berupa coretan sederhana pada dinding goa,” kata Syarif.
Masih dikatakan Syarif, saat ini pihaknya sedang mencari hasil kebudayaan lain yang biasa dilakukan manusia purba pada zaman mesolitikum.
“Biasanya mereka membuat lukisan pada dinding goa atau tebing seperti berburu yang divisualisasikan dengan gambar hewan dan gambar panah, atau menangkap ikan dengan cara menggambar ikan dan perahu,” tambahnya.
Dikatakan Syarif, pengkajian yang dilakukan pihaknya bersama dengan Disparbud Kabupaten Pangandaran melibatkan 13 orang, tim tersebut kemudian dibagi dua tim.
“Satu tim melakukan di goa yang ada di Desa Selasari sedangkan tim lainnya, meneliti keberadaan tinggalan klasik candi, menhir, yoni yang ada di Kecamatan Mangunjaya, peninggalan penjajahan Belanda dan Jepang di Kecamatan Kalipucang dan Kecamatan Pangandaran,” pungkasnya.
(sms)