Untung Surapati, Budak Pembawa Keberuntungan yang Menjadi Raja

Jum'at, 03 Maret 2017 - 04:59 WIB
Untung Surapati, Budak...
Untung Surapati, Budak Pembawa Keberuntungan yang Menjadi Raja
A A A
Nama Untung Surapati sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia sudah cukup dikenal. Perjalanan hidup dan perjuangannya menjadi legenda yang selalu dikenang. Dari seorang bocah budak tak bernama, dia akhirnya menjadi seorang raja yang gigih melawan penjajah Belanda.

Nama asli Untung Surapati, tidak diketahui. Menurut Babad Tanah Jawi, dia berasal dari Bali yang ditemukan oleh Kapten van Beber, seorang perwira VOC yang ditugaskan di Makassar. Secara Umum, dia hanya disebut sebagai keturunan bangsawan Bali yang diculik dan dijadikan budak oleh VOC.

Namun, seorang penulis, Ngurah Komang Karyadi (2012-8-16). "Surapati: Kepahlawanan Seorang Budak" menyebut, bahwa nama asli Untung Surapati adalah Surawiroaji. Untung Surapati diperkirakan lahir pada 1660.

Kapten van Beber kemudian menjualnya kepada seorang Belanda pegawai VOC di Batavia bernama Moor. Moor meminta budak tersebut menemani anak perempuannya bernama Suzane. Maklum istri telah meninggal dan usia anaknya itu sebaya dengan Untung.

Sejak memiliki budak baru, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Pangkatnya naik menjadi Opperkoopman. Anak kecil itu dianggap pembawa keberuntungan sehingga diberi nama Si Untung. Kedudukan Moor terus meningkat, sampai dia dipercaya menjadi anggota Raad van Indie atau Dewan Hindia.

Lembaga ini setingkat di bawah Gubernur Jenderal sehingga anggotanya diberi gelar "Edelheer" artinya orang yang mulia atau dimuliakan. Moor yang sayang betul kepada Untung juga mendidiknya dan sering mengajaknya keliling Batavia. Alhasil Untung mengetahui setiap sudut kota Batavia dan pergaulan di kalangan warga Belanda.

Secara diam-diam Untung bersahabat dengan Kyai Ebun dan seiring dengan perkembangan usia dia juga menjalin cinta dengan Suzane. Tanpa sepengetahuan Moor, saat berusia 20 tahun Untung menikah dengan Suzana disaksikan Kyai Ebun. Mengetahui hal itu Edelheer Moor marah, dia memerintahkan tentara VOC untuk menangkap Untung. Untuk menjaga nama baik dan kedudukannya, Suzane dikirim ke negeri Belanda.

Siksaan dalam penjara membuat Untung memutuskan untuk melarikan diri. Setelah bebas, dia membentuk pasukan untuk melawan Belanda. Penderitaan rakyat membuatnya bertambah tidak suka terhadap penjajah. Belanda yang kewalahan kemudian menawarinya bergabung dan oleh Untung diterima untuk mempelajari taktik perang.

Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) yang menawari Untung dan kelompoknya sebagai tentara VOC daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat Letnan dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya.

Diketahui, pada 1683 Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten dikalahkan VOC. Putranya, Pangeran Purbaya melarikan diri ke Gunung Gede. Dia memutuskan menyerah, etapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi. Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura.

Saat bersamaan datang pula pasukan VOC dipimpin perwira bernama Vaandrig Kuffeler dan memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak terima dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684.

Pangeran Purbaya tetap menyerah ke Tanjungpura, tapi istrinya Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung kembali menjadi buronan VOC dan pernah menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di Desa Rajapalah.

Ketika melewati Cirebon, Untung bertengkar dengan Raden Surapati anak angkat sultan. Setelah diadili, terbukti yang bersalah adalah Suropati. Surapati pun dihukum mati. Sejak itu nama Surapati oleh Sultan Cirebon diserahkan kepada Untung.

Untung Surapati tiba di Kartasura mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma pada ayahnya, Patih Nerangkusuma. Nerangkusuma adalah tokoh anti VOC yang gencar mendesak Amangkurat II agar mengkhianati perjanjian dengan bangsa Belanda itu. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan Untung Surapati.

Mitos menyebutkan, Untung Surapati memiliki kesaktian tidak mempan atau kebal terhadap segala macam senjata selama kakinya menginjak tanah atau bumi. kesaktiannya ini yang membuatnya susah ditangkap dan dibunuh oleh Belanda dan musuh-musuhnya.

Untung Surapati selalu membawa keris kecil yang disembunyikan dalam cadik untaian daun sirih, dan baru digunakan ketika bertemu dengan pasukan Belanda. Seperti ketika Kapten François Tack (perwira VOC senior yang ikut berperan dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura menangkap Untung Surapati pada Februari 1686. Francois Tack disebutkan tewas ditikam Keris Kalamisani milik Untung Surapati.

Tewasnya Kapten Tack membuat Amangkurat II takut pengkhianantannya terbongkar sehingga merestui Untung Suropati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Untung Surapati mengalahkan bupatinya, yaitu Anggajaya yang kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena sudah kenal dengan Untung Surapati di Kartasura.

Untung Surapati pun mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara. Pada 1690 Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan untuk merebut Pasuruan. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC.

Pada September 1706 gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara pada 17 Oktober 1706.

Ada yang mengisahkan Untung Surapati tewas karena terluka parah akibat ledakan meriam. Sebagian masyarakat ada yang meyakini Untung Surapati meninggal karena terjatuh dari kudanya dalam perjalanan setelah melawan VOC.

Sebelum meninggal, Untung Surapati berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makamnya pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Untung Surapati palsu. Pada 18 Juni 1707, Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Dia menemukan makam Untung Surapati dan membongkarnya. Jenazah Untung Surapati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.

Ada beberapa versi tentang keberadaan makam Untung Surapati. Lokasi yang dianggap sebagai makam untung Surapati berada di dukuh Mancilan dan dukuh Belik di Kelurahan Pohjentrek, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Pasuruan, seperti ditulis di website Pemda Pasuruan, www.pasuruankota.go.id. Makam tersebut telah diresmikan pada masa pemerintahan Bupati Sihabudin. Sumber lain mengatakan makamnya juga ada di Bangil dan bahkan juga ada di Mojokerto.

Begitu legendarisnya kisah perjalanan hidup Untung Surapati, sehingga banyak ditulis dalam bentuk sastra. Selain Babad Tanah Jawi, juga terdapat antara lain Babad Surapati. Penulis Hindia Belanda Melati van Java (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul Van Slaaf Tot Vorst, yang terbit pada 1887.

Karya ini kemudian diterjemahkan oleh FH Wiggers dan diterbitkan pada 1898 dengan judul Dari Boedak Sampe Djadi Radja. Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan Abdul Muis dalam novelnya yang berjudul Surapati.

Taman Burgemeester Bisschopplein di Batavia (sekarang Jakarta) pasca kemerdekaan Indonesia diubah namanya menjadi "Taman Suropati" untuk mengabadikan nama Untung Surapati. Sekarang nama Untung Surapati menjadi nama jalan yang umum di Indonesia. Untuk mengenangnya, sebuah kapal korvet milik TNI AL juga diberi nama KRI Untung Suropati

Sumber:
pahlawanindonesia.com
wikipedia.com
kriansidoarjo.blogspot.com
goenaar.blogspot.co.id
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1804 seconds (0.1#10.140)