Misteri Gunung Pasar, Ki Ageng Pemanahan dan Raja-raja Jawa
A
A
A
Petilasan Gunung Pasar, yang terletak di Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul oleh sebagian orang dijadikan tempat mengharap berkah.
Petilasan di Dusun Koripan, Desa Dlingo ini banyak dipercaya membawa berkah sehingga ramai dikunjungi di waktu-waktu tertentu. Sebelum hajatan Pemilu Legislatif beberapa waktu, puluhan orang calon anggota legislatif (caleg) banyak berburu berkah di tempat tersebut.
Petilasan ini nampak seperti beberapa kuburan tua namun dulunya, hanya berupa beberapa batu besar yang mirip nisan kuburan berada di bawah pohon besar yang belum diketahui nama dan jenisnya tersebut.
Lurah Desa Dlingo, Bahrun Wardoyo mengungkapkan, Gunung Pasar merupakan tempat bersejarah dalam khasanah Kerajaan Mataram. Karena di sinilah tempat bertemunya Ki Ageng Giring di saat mengejar Ki Ageng Pemanahan setelah meminum degan (air kelapa) lambang wahyu keprabon Kerajaan Mataram.
Sebelumnya Ki Ageng Pemanahan memperoleh hadiah dari Sultan Hadiwijaya tanah perdikan di Alas Mentaok karena keberhasilannya membunuh Arya Penangsang.
Di saat akan membuka Alas Mentaok ini kemudian Sunan Kalijaga memberikan nasihat bahwa wahyu keprabon jawa berada di daerah Sodo Giring.
Barang siapa yang bisa meminum kelapa muda sekali teguk/sakdegan dari pohon kelapa gading gagak emprit si peminum akan menurunkan raja-raja Jawa.
Disebut pohon kelapa gading gagak emprit karena digambarkan apabila seekor burung gagak hinggap di pohon itu akan terlihat kecil seperti burung emprit.
"Namun rupanya Ki Ageng Giring sahabat Ki Ageng Pemanahan yang mendapat kelapa muda tersebut, tapi karena belum haus tidak mungkin dia mampu meminum air kelapa muda tersebut sakdegan/ sekali tenggak untuk itu dia pergi ke ladang untuk bekerja dulu nanti setelah haus maka akan dapat menghabiskan air degan tersebut," papar Bahrun.
Di saat Ki Ageng Giring tidak berada di rumah tersebut konon datanglah Ki Pemanahan ke rumah tersebut. Karena haus Ki Pamanahan langsung meminum kelapa muda tersebut.
Ki Giring yang tiba di rumah sehabis mandi di sungai kecewa karena tidak jadi meminum air kelapa bertuah tersebut. Namun, akhirnya Ki Ageng Giring pasrah pada takdir bahwa Ki Ageng Pamanahan yang dipilih Tuhan untuk menurunkan raja-raja pulau Jawa.
Kemudian dengan bergegas Ki Ageng Giring menyusul Ki Ageng Pemanahan yang telah kembali ke Alas Mentaok.
Konon di puncak gunung yang terletak di Dusun Koripan, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul Ki Ageng Giring mampu menyusul Ki Ageng Pemanahan.
Ki Ageng Giring menyampaikan keinginan kepada Ki Ageng Pemanahan agar salah seorang anak turunnya kelak bisa turut menjadi raja di Mataram.
"Ki Ageng Giring berembug untuk kamulyaning Anak turunan mereka. Sehingga layaknya tawar menawar kekuasaan bagai di pasar, dan puncak gunung itulah sekarang dikenal dengan Gunung Pasar, karena alkisah dahulu kala setiap pagi hari di gunung itu selalu terdengar suara gemuruh bagai pasar namun setelah di dekati tidak ada sesuatu," tambahnya.
Dari musyawarah diperoleh kesepakatan bahwa keturunan Ki Ageng Giring akan diberi kesempatan menjadi raja tanah Jawa pada keturunan yang ketujuh.
Kini Gunung Pasar menjadi sebuah tempat yang sering dikunjungi peziarah, namun belum mendapatkan sentuhan sama sekali oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Padahal, petilasan ini menjadi ikon Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo ini diyakini oleh warga sekitar sebagai cikal bakal terbentuknya Kerajaan Mataram.
Kholis (30) warga setempat mengatakan, petilasan tersebut memang sering didatangi oleh orang-orang yang ingin 'berhasil'. Mereka yang punya 'keinginan' tersebut biasanya menebar bunga dan memanjatkan doa. Tak lupa, mereka membagi-bagi 'sedekah' kepada warga sekitar yang sengaja berkumpul setiap ada tamu.
"Makanya dinamakan Gunung Pasar, karena kalau ada tamu pasti bagi-bagi uang. Jadi setiap ada tamu pasti banyak warga yang ke sini (petilasan)," timpalnya.
Lurah Desa Dlingo, Bahrun Wardoyo mengungkapkan, pihaknya kini tengah berupaya mengangkat petilasan yang berada di bukit tertinggi Kecamatan Dlingo tersebut.
Kini, pihaknya berupaya memasukkan program tersebut dengan mengusulkan sumber dana dari keistimewaan. "Kami ingin ini menjadi obyek wisata baru di Dlingo," paparnya.
Petilasan di Dusun Koripan, Desa Dlingo ini banyak dipercaya membawa berkah sehingga ramai dikunjungi di waktu-waktu tertentu. Sebelum hajatan Pemilu Legislatif beberapa waktu, puluhan orang calon anggota legislatif (caleg) banyak berburu berkah di tempat tersebut.
Petilasan ini nampak seperti beberapa kuburan tua namun dulunya, hanya berupa beberapa batu besar yang mirip nisan kuburan berada di bawah pohon besar yang belum diketahui nama dan jenisnya tersebut.
Lurah Desa Dlingo, Bahrun Wardoyo mengungkapkan, Gunung Pasar merupakan tempat bersejarah dalam khasanah Kerajaan Mataram. Karena di sinilah tempat bertemunya Ki Ageng Giring di saat mengejar Ki Ageng Pemanahan setelah meminum degan (air kelapa) lambang wahyu keprabon Kerajaan Mataram.
Sebelumnya Ki Ageng Pemanahan memperoleh hadiah dari Sultan Hadiwijaya tanah perdikan di Alas Mentaok karena keberhasilannya membunuh Arya Penangsang.
Di saat akan membuka Alas Mentaok ini kemudian Sunan Kalijaga memberikan nasihat bahwa wahyu keprabon jawa berada di daerah Sodo Giring.
Barang siapa yang bisa meminum kelapa muda sekali teguk/sakdegan dari pohon kelapa gading gagak emprit si peminum akan menurunkan raja-raja Jawa.
Disebut pohon kelapa gading gagak emprit karena digambarkan apabila seekor burung gagak hinggap di pohon itu akan terlihat kecil seperti burung emprit.
"Namun rupanya Ki Ageng Giring sahabat Ki Ageng Pemanahan yang mendapat kelapa muda tersebut, tapi karena belum haus tidak mungkin dia mampu meminum air kelapa muda tersebut sakdegan/ sekali tenggak untuk itu dia pergi ke ladang untuk bekerja dulu nanti setelah haus maka akan dapat menghabiskan air degan tersebut," papar Bahrun.
Di saat Ki Ageng Giring tidak berada di rumah tersebut konon datanglah Ki Pemanahan ke rumah tersebut. Karena haus Ki Pamanahan langsung meminum kelapa muda tersebut.
Ki Giring yang tiba di rumah sehabis mandi di sungai kecewa karena tidak jadi meminum air kelapa bertuah tersebut. Namun, akhirnya Ki Ageng Giring pasrah pada takdir bahwa Ki Ageng Pamanahan yang dipilih Tuhan untuk menurunkan raja-raja pulau Jawa.
Kemudian dengan bergegas Ki Ageng Giring menyusul Ki Ageng Pemanahan yang telah kembali ke Alas Mentaok.
Konon di puncak gunung yang terletak di Dusun Koripan, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul Ki Ageng Giring mampu menyusul Ki Ageng Pemanahan.
Ki Ageng Giring menyampaikan keinginan kepada Ki Ageng Pemanahan agar salah seorang anak turunnya kelak bisa turut menjadi raja di Mataram.
"Ki Ageng Giring berembug untuk kamulyaning Anak turunan mereka. Sehingga layaknya tawar menawar kekuasaan bagai di pasar, dan puncak gunung itulah sekarang dikenal dengan Gunung Pasar, karena alkisah dahulu kala setiap pagi hari di gunung itu selalu terdengar suara gemuruh bagai pasar namun setelah di dekati tidak ada sesuatu," tambahnya.
Dari musyawarah diperoleh kesepakatan bahwa keturunan Ki Ageng Giring akan diberi kesempatan menjadi raja tanah Jawa pada keturunan yang ketujuh.
Kini Gunung Pasar menjadi sebuah tempat yang sering dikunjungi peziarah, namun belum mendapatkan sentuhan sama sekali oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Padahal, petilasan ini menjadi ikon Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo ini diyakini oleh warga sekitar sebagai cikal bakal terbentuknya Kerajaan Mataram.
Kholis (30) warga setempat mengatakan, petilasan tersebut memang sering didatangi oleh orang-orang yang ingin 'berhasil'. Mereka yang punya 'keinginan' tersebut biasanya menebar bunga dan memanjatkan doa. Tak lupa, mereka membagi-bagi 'sedekah' kepada warga sekitar yang sengaja berkumpul setiap ada tamu.
"Makanya dinamakan Gunung Pasar, karena kalau ada tamu pasti bagi-bagi uang. Jadi setiap ada tamu pasti banyak warga yang ke sini (petilasan)," timpalnya.
Lurah Desa Dlingo, Bahrun Wardoyo mengungkapkan, pihaknya kini tengah berupaya mengangkat petilasan yang berada di bukit tertinggi Kecamatan Dlingo tersebut.
Kini, pihaknya berupaya memasukkan program tersebut dengan mengusulkan sumber dana dari keistimewaan. "Kami ingin ini menjadi obyek wisata baru di Dlingo," paparnya.
(wib)