Kakek Suhendro Ditemukan Tewas dalam Hutan Mangrove
A
A
A
BINTAN - Suhendro alias Tikia (83) warga Kampung Pekis Desa Tembeling, ditemukan tewas di hutan mangrove Kampung Cikolek Desa Toapaya, Km 35 Kecamatan Toapaya. Korban pertama kali ditemukan oleh anaknya Sehong dan Talip saat menyusuri sungai. Tikia sebelumnya dilaporkan hilang selama empat hari setelah meninggalkan rumah sejak tanggal 30 Januari lalu.
Informasi yang dihimpun, setelah dilaporkan hilang pencarian Tikia dilakukan bersama Badan SAR Nasional (Basarnas) Tanjungunpinang, keluarga korban, serta warga setempat.
Tim pencarian melakukan penelusuran di Sungai Buyung setelah Sehong melihat ada potongan kayu yang hanyut pada sekira pukul 17.30 WIB.
Sehong bersama teman - temannya berinisiatif mencari sumber dari potongan kayu lantai yang diduga merupakan lantai dari sampan kayu yang digunakan korban.
Sejam kemudian, tak jauh dari potongan kayu itu Sehong melihat sampan dalam kondisi telungkup dengan tali sampan terikat di salah satu batang mangrove.
Sehong merasa sampan tersebut milik ayahnya, selanjutnya dia bersama teman - temannya melakukan pencarian di darat sekitaran hutan mangrove.
Pukul 18.15 WIB Sehong menemukan jasad Tikia dengan posisi terlentang berjarak sekitar 150 meter dari sungai, kemudian membawanya ke rumah korban di Kamoung Tekis RT003/RW003, Desa Tembeling melalui jalan darat dengan menggunakan mobil pickup.
Kapolsek Teluk Bintan Iptu Ngatno membenarkan sudah ditemukannya korban. Dia menuturkan, korban sudah tak bernyawa lagi saat ditemukan oleh warga. Saat ditemukan posisi korban telentang dengan kedua tangan memeluk dadanya, kemudian kedua kakinya kaki kanan menekuk dan kaki kiri menjulur ke bawah.
"Korban tidak menggunakan baju dimana baju saat ditemukan dan dikerumuni semut," kata Ngatno, Jumat (3/2/2017). Menurut dia, korban selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Provinsi di Tanjungpinang untuk divisum.
Hasil visum yang diperoleh, kata Ngatno, terdapat luka goresan pada kedua kaki yang diduga diakibatkan oleh ranting-ranting bakau dan pandan hutan.
Selanjutnya, terdapat lebam di bagian bawah dada kiri dan punggung kanan korban yang diakibatkan karena terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar yang merupakan proses pembusukan jenazah. Selanjutnya, jenazah Tikia diserahkan kepada keluarga korban untuk dikebumikan.
"Tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan. Diperkirakan korban telah meninggal dunia lebih dari sehari," ujarnya.
Terpisah, Kepala Operasi Basarnas Tanjungunpinang Eko Suprianto menambahkan, setelah mendapat laporan dari keluarga korban, pihaknya langsung menerjunkan lima orang personel membantu mencari Tikia.
Basarnas turut melakukan pencarian selama satu hari setelah dapat laporan hilangnya korban. Dia menuturkan, korban ditemukan oleh warga dan Basarnas sekitar hutan mangrove berdekatan dengan Jembatan Kangboi.
"Dapat laporan korban sudah hilang tiga hari. Kita melakukan operasi pencarian hanya sehari. Korban ditemukan oleh basarnas dan warga," ujarnya.
Informasi yang dihimpun, setelah dilaporkan hilang pencarian Tikia dilakukan bersama Badan SAR Nasional (Basarnas) Tanjungunpinang, keluarga korban, serta warga setempat.
Tim pencarian melakukan penelusuran di Sungai Buyung setelah Sehong melihat ada potongan kayu yang hanyut pada sekira pukul 17.30 WIB.
Sehong bersama teman - temannya berinisiatif mencari sumber dari potongan kayu lantai yang diduga merupakan lantai dari sampan kayu yang digunakan korban.
Sejam kemudian, tak jauh dari potongan kayu itu Sehong melihat sampan dalam kondisi telungkup dengan tali sampan terikat di salah satu batang mangrove.
Sehong merasa sampan tersebut milik ayahnya, selanjutnya dia bersama teman - temannya melakukan pencarian di darat sekitaran hutan mangrove.
Pukul 18.15 WIB Sehong menemukan jasad Tikia dengan posisi terlentang berjarak sekitar 150 meter dari sungai, kemudian membawanya ke rumah korban di Kamoung Tekis RT003/RW003, Desa Tembeling melalui jalan darat dengan menggunakan mobil pickup.
Kapolsek Teluk Bintan Iptu Ngatno membenarkan sudah ditemukannya korban. Dia menuturkan, korban sudah tak bernyawa lagi saat ditemukan oleh warga. Saat ditemukan posisi korban telentang dengan kedua tangan memeluk dadanya, kemudian kedua kakinya kaki kanan menekuk dan kaki kiri menjulur ke bawah.
"Korban tidak menggunakan baju dimana baju saat ditemukan dan dikerumuni semut," kata Ngatno, Jumat (3/2/2017). Menurut dia, korban selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Provinsi di Tanjungpinang untuk divisum.
Hasil visum yang diperoleh, kata Ngatno, terdapat luka goresan pada kedua kaki yang diduga diakibatkan oleh ranting-ranting bakau dan pandan hutan.
Selanjutnya, terdapat lebam di bagian bawah dada kiri dan punggung kanan korban yang diakibatkan karena terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar yang merupakan proses pembusukan jenazah. Selanjutnya, jenazah Tikia diserahkan kepada keluarga korban untuk dikebumikan.
"Tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan. Diperkirakan korban telah meninggal dunia lebih dari sehari," ujarnya.
Terpisah, Kepala Operasi Basarnas Tanjungunpinang Eko Suprianto menambahkan, setelah mendapat laporan dari keluarga korban, pihaknya langsung menerjunkan lima orang personel membantu mencari Tikia.
Basarnas turut melakukan pencarian selama satu hari setelah dapat laporan hilangnya korban. Dia menuturkan, korban ditemukan oleh warga dan Basarnas sekitar hutan mangrove berdekatan dengan Jembatan Kangboi.
"Dapat laporan korban sudah hilang tiga hari. Kita melakukan operasi pencarian hanya sehari. Korban ditemukan oleh basarnas dan warga," ujarnya.
(sms)