Misteri Goa Rengganis dan Cikal Bakal Kerajaan Galuh Tanduran

Minggu, 08 Januari 2017 - 05:00 WIB
Misteri Goa Rengganis...
Misteri Goa Rengganis dan Cikal Bakal Kerajaan Galuh Tanduran
A A A
Keberadaan Goa Rengganis yang ada di daerah Pananjung, pantai timur Pangandaran yang kini masuk pada kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Galuh Tanduran yang dipimpin oleh Raden Anggalarang.

Nama Goa Rengganis diambil dari nama Dewi Rengganis yang merupakan salah satu putri pertama Eyang Argopuro seorang petapa dari Desa Bagelen, Purworejo, Wonosobo yang mengembara ke Tatar Galuh pada abad 14 hingga abad 16.

Dalam sejarahnya, Dewi Rengganis merupakan istri Raden Anggalarang yang pernah mendirikan Kerajaan Galuh Tanduran di daratan Pananjung, berdirinya Kerajaan Galuh Tanduran tersebut atas permintaan Raden Anggalarang kepada ayahnya Prabu Haurkuning salah satu raja di tanah Pajajaran waktu itu.

Salah satu warga setempat Masruroh mengatakan, Raden Anggalarang sebetulnya tidak direstui untuk mendirikan Kerajaan Galuh Tanduran oleh ayahnya lantaran kawasan yang akan didirikan kerajaan Raden Anggalarang waktu itu masih hutan belantara dan banyak binatang buas, juga karakteristik masyarakat pendatangnya yang keras membuat Prabu Haurkuning setengah hati memberi izin kepada Raden Anggalarang.

“Namun karena kasih sayang ayah kepada anaknya, akhirnya Prabu Haurkuning mengizinkan Anggalarang mendirikan kerajaan dengan ditemani oleh Patih Kidang Pananjung. Tetapi Prabu Haurkuning berkata kalau kerajaan yang akan didirikan oleh Raden Anggalarang hanya bisa bertahan seumur jagung saja,” kata Masruroh.

Setelah Raden Anggalarang dengan Patih Kidang Pananjung berhasil mendirikan kerajaan, Raden Anggalarang akhirnya menikah dengan Dewi Rengganis.

Karena kecantikan Dewi Rengganis akhirnya para Bajo atau bajak laut dari daerah Nusakambangan ingin merebut Dewi Rengganis meskipun istri Raja.

“Karakteristik dan sifat Bajo sangat jahat, tidak berprikemanusiaan, para Bajo selalu ingin menguasai hasil bumi masyarakat baik hasil bumi dari daratan atau hasil bumi dari laut,” tambahnya.

Dengan berbagai cara dan upaya akhirnya para Bajo berkali-kali ingin menculik Dewi Rengganis hingga akhirnya Raden Anggalarang dibunuh oleh para Bajo.

Setelah Raden Anggalarang mati upaya Bajo untuk menculik Dewi Rengganis tidak berhasil lantaran waktu itu Dewi Rengganis selalu dilindungi oleh Patih Kidang Pananjung.

“Saat Dewi Rengganis dikejar oleh para Bajo, Dewi Rengganis bersembunyi ke taman sari atau keputren yang merupakan salah satu taman Kerajaan Galuh Tanduran,” papar Masruroh.

Dilokasi Taman Sari tersebut terdapat goa yang mengalir air, namun dengan kesaktian yang dimiliki Dewi Rengganis bisa tembus ke dalam goa meski pun sepanjang lokasi goa itu merupakan sungai.

Setelah Dewi Rengganis masuk kedalam goa yang mengalir sungai tersebut, para Bajo tidak ada yang berani dan mampu untuk masuk ke tempat itu dan akhirnya mengurungkan niat untuk menculik Dewi Rengganis.

“Sejak Dewi Rengganis masuk ke goa itu tidak muncul lagi, beberapa tokoh supranatural berpendapat kalau Dewi Rengganis ngahiang atau tilem menghilang di tempat itu. Maka sejak kejadian itu goa ini dinamakan oleh warga dengan nama Goa Rengganis,” jelas Masruroh.

Goa Rengganis ini memiliki panjang 125 meter, lebar 2 meter hingga 3 meter dengan ketinggian sungai berpariatif dari mulai 2 meter hingga 13 meter dan berdiameter 13 meter.

Goa Rengganis diyakini oleh para tokoh supranatural sebagai tempat keramat dan airnya berkhasiat bisa mengakibatkan awet muda dan melancarkan jodoh, sehingga pada hari tertentu banyak orang yang sengaja mandi dengan harapan bisa awet muda dan dimudahkan mendapat jodoh.

“Hasil penelitian dan kajian ilmiah beberapa praktisi pendidikan menyatakan kalau air yang mengalir dari dalam Goa Rengganis memiliki kandungan MGCO3 yang dapat merapatkan atau memperkecil pori-pori kulit sehingga jika mandi menggunakan air tersebut sel kulit yang mati bisa hidup kembali dan segar,” pungkas Masruroh.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1708 seconds (0.1#10.140)