Ritual Kuno Pembacaan Sejarah Kacijulangan Digelar di Nusawiru

Selasa, 27 Desember 2016 - 16:59 WIB
Ritual Kuno Pembacaan Sejarah Kacijulangan Digelar di Nusawiru
Ritual Kuno Pembacaan Sejarah Kacijulangan Digelar di Nusawiru
A A A
PANGANDARAN - Sejumlah budayawan dan para kasepuhan di Kabupaten Pangandaran menggelar tradisi kuno pembacaan sejarah Kacijulangan di bawah pohon wareng areal Bandara Nusawiru, Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang.

Pelaksanaan ritual yang diselenggarakan secara sederhana tersebut dihadiri oleh para juru kunci dan para tokoh supranatural dengan menyajikan sejumlah sesaji dengan kemasan budaya tradisi kuno, namun tidak mengurangi khusuan ritual tersebut.

Bahkan setelah pelaksanaan pembacaan sejarah Kacijulangan tersebut, sejumlah tokoh supranatural dan para juru kunci tempat keramat banyak yang menginginkan barokah mengambil air bunga yang telah dibacakan doa sebagai salah satu syarat kebarokahan hidup untuk dijadikan campuran air mandi di rumahnya masing-masing.

Juru baca sejarah Kacijulangan Aki Ajim (72) mengatakan, tradisi tersebut merupakan tradisi lama yang saat ini hampir punah, namun berkat dorongan para budayawan muda dan pelaku adat dirinya kembali diundang untuk menjadi juru baca sejarah tersebut.

“Pembacaan sejarah Kacijulangan mempunyai ketentuan tersendiri, diantaranya harus berdasarkan perhitungan Sunda Kuno dan hanya boleh dibacakan pada bulan Maulud,” kata Aki Ajim.

Sejarah Kacijulangan tersebut merupakan Sejarah Purwaningjagat atau sejarah penciptaan alam semesta dan ajaran ketauhidan juga prilaku manusia untuk mengenal para pendahulu supaya manusia bisa mengenal dirinya dan penciptanya.

“Dalam sejarah ini ada dua bab terpenting, diantaranya sejarah geude dan sejarah leutik,” tambah Aki Ajim. Sejarah geude yang menerangkan proses terciptanya alam semesta, sementara sejarah leutik menerangkan proses kehidupan manusia.

Namun untuk melaksanakan pembacaan sejarah Kacijulangan harus dilakukan oleh orang yang sudah memiliki keimanan dan ketauhidan yang sempurna lantaran dikhawatirkan ada perbedaan penafsiran.

“Dalam rangkaian isi sejarah Kacijulangan dipaparkan ajaran tauhid, disinilah banyak orang yang salah tafsir memaknai paparan tauhid tersebut. Sehingga tradisi pembacaan sejarah Kacijulangan pernah mendapat pertentangan dari beberapa kalangan Kiai,” paparnya.

Salah satu budayawan Pangandaran Erik Krisnayudha Astrawijaya Saputra mengatakan, tradisi pembacaan sejarah Kacijulangan atau sejarah purwaningjagat ini bisa dijadikan salah satu destinasi wisata.

“Kalau Kabupaten Ciamis memiliki tradisi nyangku di Panjalu, maka Kabupaten Pangandaran pun memiliki tradisi pembacaan sejarah Kacijulangan,” kata Erik.

Erik berharap, tradisi kuno tersebut bisa dipertahankan dan jangan sampai punah lantaran salah satu aset tradisi jatidiri warga Pangandaran.

“Tahun ini kami bisa menyelenggarakan tradisi kuno pembacaan sejarah Kacijulangan karena masih ada juru bacanya yaitu Aki Ajim, entah tahun depan bisa lagi dilaksanakan entah tidak lantaran sampai saat ini minim sumber daya manusia (SDM) yang memiliki talenta tersebut,” tambah Erik.

Sementara Ketua Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kabupaten Pangandaran Edi Rusmiadi mengapresiasi pelaksanaan pembacaan sejarah Kacijulangan tersebut.

“Tradisi ini harus dipertahankan, kami harap kepada pelaku pembacaan sejarah Kacijulangan memiliki agenda dan jadwal tetap supaya tradisi ini bisa dikenal oleh masyarakat umum dan memiliki daya tarik tersendiri,” timpalnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6531 seconds (0.1#10.140)