Kronologi Meninggalnya Pendaki asal Depok di Gunung Semeru
A
A
A
MALANG - Sahat M Pasaribu, pendaki asal Sidamukti, RT 003/RW 022, Desa Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, yang meninggal di Semeru diduga karena sakit.
Dari penuturan rekan korban yang melapor ke Pos Ranupani, korban awalnya mengeluh masuk angin dan selanjutnya beberapa kali muntah-muntah.
Menurut penuturan Sulistyawan, anggota rombongan yang bersama korban mengaku jumlah rombongan totalnya ada 13 orang. Mereka berangkat dari Ranupani pada Rabu 5 Oktober 2016, pukul 16.00 WIB, dan tiba di Ranukumbolo pukul 21.30 WIB.
Pada Kamis 6 Oktober 2016, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kalimati sekira pukul 11.00 WIB. Sekira pukul 16.00 WIB, rombongan tiba di Kalimati.
Sekira pukul 19.00 WIB, rombongan makan bersama di tenda masing-masing. Saat itu, kondisi cuaca gerimis, dan angin bertiup kencang.
"Korban mengeluh masuk angin dan hanya makan sedikit. Korban sempat dikerik kemudian istirahat sampai pagi," kata rekan korban yang disampaikan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Antong Hartadi, Sabtu (8/10/2016).
Selanjutnya, pada Jumat 7 Oktober 2016, sekira pukul 01.00 WIB, tiga orang dari rombongan melanjutkan pendakian ke puncak. Sedang anggota rombongan lainnya tidak mendaki ke puncak.
Sekira pukul 08.00 WIB, korban keluar dari tenda dan langsung muntah-muntah berupa air. Korban juga mengeluh pusing dan mual. Sekira pukul 10.30 WIB, rombongan sarapan termasuk korban, namun hanya sedikit yang dimakan lalu dimuntahkan.
Pukul 12.30 WIB, rombongan hendak menuju Ranupani dan baru berjalan 200 meter korban terlihat pucat, bengong, linglung, pandangan kosong, dan tidak kuat jalan.
Rekan korban berusaha menggendong korban tapi tidak kuat. Lalu diputuskan sebagian anggota rombongan mencari bantuan ke Ranupani. Beberapa rekan korban lalu berusaha membawa Sahat menuju Jambangan dengan menggunakan tandu.
Sekira pukul 16.00 WIB, korban dan rekan-rekannya mendirikan tenda di Jambangan. Mereka juga sempat makan di Jambangan bersama korban. Korban masih mengeluh pusing dan mual.
Sekira pukul 19.00 WIB, kondisi korban terlihat semakin parah dan nafasnya mulai serak, seperti lendir di pernafasan. Badan panas, kepala pusing, serta tidak bisa diajak komunikasi. Korban istirahat dengan dua lapis sleeping bag malam itu.
Sabtu 8 Oktober, sekira pukul 00.09 WIB, tim evakuasi datang dan langsung memberikan oxygen kepada korban. Korban juga dikompres air hangat di bagian belakang leher. Sekira pukul 00.15 WIB, nafas korban semakin tidak teratur.
Dan sekira pukul 00.20 WIB, nafas korban tiba-tiba terhenti. Tim evakuasi lalu mengecek denyut jantung dan nadi, tapi tidak ada. Mereka lalu mengevakuasi korban sekira pukul 01.30 WIB menuju Ranupani.
Baca juga:
Pendaki Gunung Semeru asal Depok Meninggal di Kalimati
Dari penuturan rekan korban yang melapor ke Pos Ranupani, korban awalnya mengeluh masuk angin dan selanjutnya beberapa kali muntah-muntah.
Menurut penuturan Sulistyawan, anggota rombongan yang bersama korban mengaku jumlah rombongan totalnya ada 13 orang. Mereka berangkat dari Ranupani pada Rabu 5 Oktober 2016, pukul 16.00 WIB, dan tiba di Ranukumbolo pukul 21.30 WIB.
Pada Kamis 6 Oktober 2016, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kalimati sekira pukul 11.00 WIB. Sekira pukul 16.00 WIB, rombongan tiba di Kalimati.
Sekira pukul 19.00 WIB, rombongan makan bersama di tenda masing-masing. Saat itu, kondisi cuaca gerimis, dan angin bertiup kencang.
"Korban mengeluh masuk angin dan hanya makan sedikit. Korban sempat dikerik kemudian istirahat sampai pagi," kata rekan korban yang disampaikan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Antong Hartadi, Sabtu (8/10/2016).
Selanjutnya, pada Jumat 7 Oktober 2016, sekira pukul 01.00 WIB, tiga orang dari rombongan melanjutkan pendakian ke puncak. Sedang anggota rombongan lainnya tidak mendaki ke puncak.
Sekira pukul 08.00 WIB, korban keluar dari tenda dan langsung muntah-muntah berupa air. Korban juga mengeluh pusing dan mual. Sekira pukul 10.30 WIB, rombongan sarapan termasuk korban, namun hanya sedikit yang dimakan lalu dimuntahkan.
Pukul 12.30 WIB, rombongan hendak menuju Ranupani dan baru berjalan 200 meter korban terlihat pucat, bengong, linglung, pandangan kosong, dan tidak kuat jalan.
Rekan korban berusaha menggendong korban tapi tidak kuat. Lalu diputuskan sebagian anggota rombongan mencari bantuan ke Ranupani. Beberapa rekan korban lalu berusaha membawa Sahat menuju Jambangan dengan menggunakan tandu.
Sekira pukul 16.00 WIB, korban dan rekan-rekannya mendirikan tenda di Jambangan. Mereka juga sempat makan di Jambangan bersama korban. Korban masih mengeluh pusing dan mual.
Sekira pukul 19.00 WIB, kondisi korban terlihat semakin parah dan nafasnya mulai serak, seperti lendir di pernafasan. Badan panas, kepala pusing, serta tidak bisa diajak komunikasi. Korban istirahat dengan dua lapis sleeping bag malam itu.
Sabtu 8 Oktober, sekira pukul 00.09 WIB, tim evakuasi datang dan langsung memberikan oxygen kepada korban. Korban juga dikompres air hangat di bagian belakang leher. Sekira pukul 00.15 WIB, nafas korban semakin tidak teratur.
Dan sekira pukul 00.20 WIB, nafas korban tiba-tiba terhenti. Tim evakuasi lalu mengecek denyut jantung dan nadi, tapi tidak ada. Mereka lalu mengevakuasi korban sekira pukul 01.30 WIB menuju Ranupani.
Baca juga:
Pendaki Gunung Semeru asal Depok Meninggal di Kalimati
(san)