Yakinlah Garut, You'll Never Walk Alone
A
A
A
Tujuh hari setelah bencana banjir bandang melanda Garut, tim kami di Humas PKPU baru secara langsung menginjakkan kaki ke kota ini. Sebelumnya Tim Rescue dan Tim Evakuasi datang ke kota ini, baik dari kantor cabang Bandung maupun dari kantor pusat kami di Jakarta.
Puluhan relawan yang bergabung membantu tim utama melakukan evakuasi awal serta aktivitas emergency lainnya. Mobil rescue kami yang berjuluk ”Si Merah”, karena kebetulan mobil Hilux ini warnanya merah, menjadi saksi berapa banyak tim yang diantar menuju Garut.
Saat kami datang, banjir sudah lama surut. Yang tersisa hanya lumpur dan sampah di beberapa wilayah. PKPU hadir di hari pertama setelah bencana datang. Tim pertama dari Bandung masih bekerja keras ketika itu untuk mencari korban banjir serta membersihkan jalanan, rumah, serta fasilitas lainnya dari banjir dan sampah.
Tim ini bekerja bersama relawan lain yang datang dari berbagai ormas, lembaga kemanusiaan, lembaga sosial, serta sejumlah lembaga pengelola zakat yang ada di Jakarta, Bandung maupun yang ada di Garut sendiri.
Sebelum banjir bandang menerjang, Garut adalah bagian Priangan timur yang indah. Kabupaten ini merupakan wilayah yang sangat kaya sumber daya alam.
Wilayah seluas 3.065 km2 tersebut dihuni 2.737.526 jiwa (sensus penduduk 2010). Secara administrasi saat ini Kabupaten Garut terbagi menjadi 42 kecamatan, 21 kelurahan, dan 403 desa.
Kabupaten Garut dikelilingi sejumlah gunung seperti Guntur, Haruman, Kamojang, Papandayan, Cikuray, Talagabodas, serta Galunggung yang cukup terkenal akan letusannya di masa lalu. Selain pegunungan, bentang alam di selatan kabupaten ini berupa dataran dan hamparan pesisir dengan garis pantai sepanjang 80 km.
Kembali ke soal bencana Garut, ketika bencana banjir bandang ini melanda pada Rabu 21 September 2016 dan kemudian surut, ternyata tak hanya menyisakan lumpur dan onggokan sampah.
Tiba-tiba saja setelah banjir surut, banyak orang kehilangan keluarganya. Ada yang hilang anaknya, bapaknya, ibunya bahkan keduanya. Ya, banjir yang tak sampai setengah hari ini menjadikan sejumlah anak jadi yatim atau malah yatim piatu.
Dalam catatan yang diperoleh Tim Relawan Humas PKPU di posko utama bencana Garut, korban meninggal dunia tercatat ada 34 orang (data sampai 30 September 2016). Dari jumlah tersebut, ada 2 orang yang belum teridentifikasi. Keduanya ini berjenis kelamin perempuan. Korban hilang dan belum ditemukan berjumlah 19 orang. Pengungsi tercatat ada 2.525 orang dan tersebar di sejumlah tempat pengungsian.
Sejumlah kampung hancur berantakan diporakporandakan banjir dahsyat. Kampung Bojong Sudika, RW 19, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, merupakan salah satu titik terparah terkena banjir bandang. Di kampung padat penduduk ini tercatat 160 rumah porak poranda dan 22 korban meninggal.
Kampung lainnya di Kecamatan Garut Kota, seperti Kelurahan Paminggir, Pakuwon, Muara Sanding, dan Sukamentri ikut luluh lantak dan sebagian hanya menyisakan pondasi rumah. Di Kecamatan Tarogong Kidul pun kondisinya tak jauh beda, terutama yang ada di Desa Sukakarya, Jayawaras, Sukajaya, Haurpanggung, Sukagalih, dan Mekarwangi. Di lokasi-lokasi ini sejumlah rumah hancur, rusak berat, rusak ringan, serta hanya terkena lumpur dan genangan.
Sejak hari pertama terlibat, tim PKPU melihat bahwa Garut memerlukan bantuan setidaknya tiga bulan hingga enam bulan ke depan. Batas kebutuhan darurat ini hingga korban memperoleh rumah sementara atau permanen, menggantikan rumah-rumah mereka yang hancur. Ditambah pula sampai korban bencana juga mendapatkan hak-haknya kembali untuk anak-anaknya bisa bersekolah dan kembali ke kehidupan normal mereka.
Tim PKPU kini mulai beralih dari Tim Rescue dan Tim Evakuasi menuju ke Tim Pemberdayaan. Tim ini akan melakukan assessment mendalam guna memetakan lebih jauh kebutuhan pengungsi di masa yang lebih panjang dan permanen. Tim juga akan menghitung segala kemungkinan untuk ikut bersama pemerintah daerah Garut merencanakan relokasi bagi korban bencana.
Insyaallah Garut tidak sendirian. Tidak akan ditinggalkan dalam genangan banjir yang kini tinggal tapak-tapaknya. Di Garut kami datang bersama puluhan bahkan ratusan relawan lain demi membantu Garut cepat terpulihkan dan segera senyum mengembang di wajah-wajah yang menjadi korban bencana di sana. Di Garut, ada seuntai janji dari kami segenap relawan yakni you’ll never walk alone.
@Nana Sudiana dan Tim Humas PKPU
Puluhan relawan yang bergabung membantu tim utama melakukan evakuasi awal serta aktivitas emergency lainnya. Mobil rescue kami yang berjuluk ”Si Merah”, karena kebetulan mobil Hilux ini warnanya merah, menjadi saksi berapa banyak tim yang diantar menuju Garut.
Saat kami datang, banjir sudah lama surut. Yang tersisa hanya lumpur dan sampah di beberapa wilayah. PKPU hadir di hari pertama setelah bencana datang. Tim pertama dari Bandung masih bekerja keras ketika itu untuk mencari korban banjir serta membersihkan jalanan, rumah, serta fasilitas lainnya dari banjir dan sampah.
Tim ini bekerja bersama relawan lain yang datang dari berbagai ormas, lembaga kemanusiaan, lembaga sosial, serta sejumlah lembaga pengelola zakat yang ada di Jakarta, Bandung maupun yang ada di Garut sendiri.
Sebelum banjir bandang menerjang, Garut adalah bagian Priangan timur yang indah. Kabupaten ini merupakan wilayah yang sangat kaya sumber daya alam.
Wilayah seluas 3.065 km2 tersebut dihuni 2.737.526 jiwa (sensus penduduk 2010). Secara administrasi saat ini Kabupaten Garut terbagi menjadi 42 kecamatan, 21 kelurahan, dan 403 desa.
Kabupaten Garut dikelilingi sejumlah gunung seperti Guntur, Haruman, Kamojang, Papandayan, Cikuray, Talagabodas, serta Galunggung yang cukup terkenal akan letusannya di masa lalu. Selain pegunungan, bentang alam di selatan kabupaten ini berupa dataran dan hamparan pesisir dengan garis pantai sepanjang 80 km.
Kembali ke soal bencana Garut, ketika bencana banjir bandang ini melanda pada Rabu 21 September 2016 dan kemudian surut, ternyata tak hanya menyisakan lumpur dan onggokan sampah.
Tiba-tiba saja setelah banjir surut, banyak orang kehilangan keluarganya. Ada yang hilang anaknya, bapaknya, ibunya bahkan keduanya. Ya, banjir yang tak sampai setengah hari ini menjadikan sejumlah anak jadi yatim atau malah yatim piatu.
Dalam catatan yang diperoleh Tim Relawan Humas PKPU di posko utama bencana Garut, korban meninggal dunia tercatat ada 34 orang (data sampai 30 September 2016). Dari jumlah tersebut, ada 2 orang yang belum teridentifikasi. Keduanya ini berjenis kelamin perempuan. Korban hilang dan belum ditemukan berjumlah 19 orang. Pengungsi tercatat ada 2.525 orang dan tersebar di sejumlah tempat pengungsian.
Sejumlah kampung hancur berantakan diporakporandakan banjir dahsyat. Kampung Bojong Sudika, RW 19, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, merupakan salah satu titik terparah terkena banjir bandang. Di kampung padat penduduk ini tercatat 160 rumah porak poranda dan 22 korban meninggal.
Kampung lainnya di Kecamatan Garut Kota, seperti Kelurahan Paminggir, Pakuwon, Muara Sanding, dan Sukamentri ikut luluh lantak dan sebagian hanya menyisakan pondasi rumah. Di Kecamatan Tarogong Kidul pun kondisinya tak jauh beda, terutama yang ada di Desa Sukakarya, Jayawaras, Sukajaya, Haurpanggung, Sukagalih, dan Mekarwangi. Di lokasi-lokasi ini sejumlah rumah hancur, rusak berat, rusak ringan, serta hanya terkena lumpur dan genangan.
Sejak hari pertama terlibat, tim PKPU melihat bahwa Garut memerlukan bantuan setidaknya tiga bulan hingga enam bulan ke depan. Batas kebutuhan darurat ini hingga korban memperoleh rumah sementara atau permanen, menggantikan rumah-rumah mereka yang hancur. Ditambah pula sampai korban bencana juga mendapatkan hak-haknya kembali untuk anak-anaknya bisa bersekolah dan kembali ke kehidupan normal mereka.
Tim PKPU kini mulai beralih dari Tim Rescue dan Tim Evakuasi menuju ke Tim Pemberdayaan. Tim ini akan melakukan assessment mendalam guna memetakan lebih jauh kebutuhan pengungsi di masa yang lebih panjang dan permanen. Tim juga akan menghitung segala kemungkinan untuk ikut bersama pemerintah daerah Garut merencanakan relokasi bagi korban bencana.
Insyaallah Garut tidak sendirian. Tidak akan ditinggalkan dalam genangan banjir yang kini tinggal tapak-tapaknya. Di Garut kami datang bersama puluhan bahkan ratusan relawan lain demi membantu Garut cepat terpulihkan dan segera senyum mengembang di wajah-wajah yang menjadi korban bencana di sana. Di Garut, ada seuntai janji dari kami segenap relawan yakni you’ll never walk alone.
@Nana Sudiana dan Tim Humas PKPU
(poe)