Rumah Rata dengan Tanah, Yayat Kehilangan Istri, Jabang Bayi, dan Dua Anak
A
A
A
SUMEDANG - Raut kesedihan tergurat jelas di wajah Yayat (45) korban bencana longsor di Dusun Cimareme RT 05/11, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.
Selain rumah semi permanen ukuran 5x6 meter persegi miliknya rata dengan tanah, dia juga harus kehilangan istrinya Desi (40) dan kedua anaknya. Anak sulung, Iqlima Mustika Kencana Sudirman (17) dan anak bungsungnya, Kentaro (10) juga tewas tertimbun longsor.
Bapak tiga anak ini juga harus kehilangan jabang bayi usia 4 bulan yang tengah di kandung istrinya. Sementara anak keduanya, Gia (11) lolos dari maut setelah berhasil keluar dari timbunan longsor.
"Allahu Akbar, Astagfirullahaladzin, ini musibah saya pasrah," ujarnya histeris ditemui Koran SINDO di rumah adiknya, Aam Amanah (36) di Dusun Gunung RT 02/16, Pasanggrahan Baru, Sumedang Selatan usai menguburkan istri dan kedua anaknya yang tertimbun longsor Rabu (21/9/2016) .
Setelah mengusap air matanya, dengan nada terbata-bata, Akeh (sapaan akrab Yayat), mulai bercerita terkait musiibah longsor yang terjadi Selasa malam kemarin sekitar pukul 21.00 WIB.
"Hujan besar memang terjadi sejak sore. Tapi saat itu saya tidak punya firasat buruk apa pun. Sebelum kejadian pun, saya, istri, dan dua anak saya (Iqlima, Gia) lagi nonton TV, tiba-tiba atap rumah dengan cepat ambruk dan langsung menimpa kami. Istri dan anak sulung saya tertimbun, tapi posisi saya dan anak yang kedua saat itu terhalang lemari, sementara istri dan anak sulung saya langsung tertimbun urugan (longsor)," tuturnya.
Saat itu, dia dan anak keduanya, berupaya keluar dari reruntuhan, namun tak mampu menyelematkan nyawa istri dan anak sulungnya karena telah tertimbun dalam material longsoran. Sementara si bungsu, Kentaro, saat kejadi tengah terlelap tidur di kamar.
"Saat longsor itu saya terselamatkan lemari, sehingga lemari itu menghalangi saya dan anak saya dari longsoran. Sementara istri saya langsung tertimbun longsoran sehingga saya tidak bisa menyelamatkannya. Begitu pula dengan anak yang bungsu, dia ada di kamar dan tak sempat saya selamatkan karena rumah sudah nyaris ambruk," timpalnya.
Baru, kata dia, setelah petugas datang, sekitar pukul 22.30 WIB, istri dan anak sulungnya bisa dievakuasi dalam keadaan tak bernyawa.
Namun, petugas sempat menghentikan pencarian korban Kentaro karena kondisi cuaca kembali hujan dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian.
"Anak saya yang bungsu bisa dievakuasi pagi harinya sekitar pukul 06.30 WIB. Setelah jasad anak saya yang bungsu ditemukan, saya langsung memakamkan istri dan anak-anak saya itu. Saya pasrah ini musibah," ucapnya.
Kurnia (30) tetangga terdekat Yayat mengatakan, saat malam kejadian suasana di areal pemukiman warga yang berlokasi di atas gunung dengan kemiringan 80 derajat ini begitu mencekam.
"Suara gemuruh terdengar beberapa kali. Saya keluarga keluar rumah, rumah Pak Yayat sudah tertimbun longsor. Kami yang di sekitarnya pun bergegas turun ke bawah untuk menyelamatkan diri," tandasnya.
Selain rumah semi permanen ukuran 5x6 meter persegi miliknya rata dengan tanah, dia juga harus kehilangan istrinya Desi (40) dan kedua anaknya. Anak sulung, Iqlima Mustika Kencana Sudirman (17) dan anak bungsungnya, Kentaro (10) juga tewas tertimbun longsor.
Bapak tiga anak ini juga harus kehilangan jabang bayi usia 4 bulan yang tengah di kandung istrinya. Sementara anak keduanya, Gia (11) lolos dari maut setelah berhasil keluar dari timbunan longsor.
"Allahu Akbar, Astagfirullahaladzin, ini musibah saya pasrah," ujarnya histeris ditemui Koran SINDO di rumah adiknya, Aam Amanah (36) di Dusun Gunung RT 02/16, Pasanggrahan Baru, Sumedang Selatan usai menguburkan istri dan kedua anaknya yang tertimbun longsor Rabu (21/9/2016) .
Setelah mengusap air matanya, dengan nada terbata-bata, Akeh (sapaan akrab Yayat), mulai bercerita terkait musiibah longsor yang terjadi Selasa malam kemarin sekitar pukul 21.00 WIB.
"Hujan besar memang terjadi sejak sore. Tapi saat itu saya tidak punya firasat buruk apa pun. Sebelum kejadian pun, saya, istri, dan dua anak saya (Iqlima, Gia) lagi nonton TV, tiba-tiba atap rumah dengan cepat ambruk dan langsung menimpa kami. Istri dan anak sulung saya tertimbun, tapi posisi saya dan anak yang kedua saat itu terhalang lemari, sementara istri dan anak sulung saya langsung tertimbun urugan (longsor)," tuturnya.
Saat itu, dia dan anak keduanya, berupaya keluar dari reruntuhan, namun tak mampu menyelematkan nyawa istri dan anak sulungnya karena telah tertimbun dalam material longsoran. Sementara si bungsu, Kentaro, saat kejadi tengah terlelap tidur di kamar.
"Saat longsor itu saya terselamatkan lemari, sehingga lemari itu menghalangi saya dan anak saya dari longsoran. Sementara istri saya langsung tertimbun longsoran sehingga saya tidak bisa menyelamatkannya. Begitu pula dengan anak yang bungsu, dia ada di kamar dan tak sempat saya selamatkan karena rumah sudah nyaris ambruk," timpalnya.
Baru, kata dia, setelah petugas datang, sekitar pukul 22.30 WIB, istri dan anak sulungnya bisa dievakuasi dalam keadaan tak bernyawa.
Namun, petugas sempat menghentikan pencarian korban Kentaro karena kondisi cuaca kembali hujan dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian.
"Anak saya yang bungsu bisa dievakuasi pagi harinya sekitar pukul 06.30 WIB. Setelah jasad anak saya yang bungsu ditemukan, saya langsung memakamkan istri dan anak-anak saya itu. Saya pasrah ini musibah," ucapnya.
Kurnia (30) tetangga terdekat Yayat mengatakan, saat malam kejadian suasana di areal pemukiman warga yang berlokasi di atas gunung dengan kemiringan 80 derajat ini begitu mencekam.
"Suara gemuruh terdengar beberapa kali. Saya keluarga keluar rumah, rumah Pak Yayat sudah tertimbun longsor. Kami yang di sekitarnya pun bergegas turun ke bawah untuk menyelamatkan diri," tandasnya.
(sms)