Tolong, Bayi Pengidap Atresia Bilier Butuh Rp40 Juta untuk Operasi
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Lidiya Permata Aninda (1,3 tahun), bayi yang mengidap penyakit atresia bilier atau kelainan saluran empedu kondisinya semakin hari semakin menghawatirkan.
Keinginan untuk melakukan operasi transplantasi hati ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, terhenti karena tidak ada biaya.
Balita yang tinggal bersama kedua orangtuanya di sebuah barak, Jalan Gunung Slamet, Kelurahan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dapat disembuhkan jika melakukan operasi transplantasi hati.
Tapi orang tua Lidiya tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran biaya operasi yang mencapai ratusan juta rupiah.
“Saat ini kondisi anak saya semakin mengkhawatirkan, perutnya semakin mengeras, dan selalu menangis. Kata dokter dia harus segera dioperasi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta,” ungkap Lili Sukma Wati, Senin (5/9/2016).
Berbagai upaya terus ditempuh Lili agar anaknya bisa dioperasi. Termasuk melakukan transplantasi hati untuk diberikan kepada anak bungsunya. Dia rela melakukan apapun, nyawanyapun dia rela korbankan demi menyelamatkan sang anak.
“Kata dokternya kekurangan dana sekitar Rp40 juta,” ujarnya.
Lili berkeinginan, untuk bisa memberangkatkan balitanya ke rumah sakit rujukan di Jakarta agar segera dioperasi. Namun apa daya, niat untuk mengobati anaknya terhalang karena tidak adanya biaya.
Sementara suaminya bekerja sebagai Satpam di salah satu perusahaan. “Saya hanya bisa berharap kepada pemerintah daerah maupun para dermawan, semoga bisa membantu biaya pengobatan anak saya,” harapnya.
Pemerintah Kotawaringin Timur juga kata Lili sudah pernah memberikan bantuan biaya berobat kepada balita mungil itu, tapi bantuan tersebut masih kurang. Sedangkan BPJS tidak mampu menanggung seutuhnya biaya operasi.
Keinginan untuk melakukan operasi transplantasi hati ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, terhenti karena tidak ada biaya.
Balita yang tinggal bersama kedua orangtuanya di sebuah barak, Jalan Gunung Slamet, Kelurahan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dapat disembuhkan jika melakukan operasi transplantasi hati.
Tapi orang tua Lidiya tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran biaya operasi yang mencapai ratusan juta rupiah.
“Saat ini kondisi anak saya semakin mengkhawatirkan, perutnya semakin mengeras, dan selalu menangis. Kata dokter dia harus segera dioperasi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta,” ungkap Lili Sukma Wati, Senin (5/9/2016).
Berbagai upaya terus ditempuh Lili agar anaknya bisa dioperasi. Termasuk melakukan transplantasi hati untuk diberikan kepada anak bungsunya. Dia rela melakukan apapun, nyawanyapun dia rela korbankan demi menyelamatkan sang anak.
“Kata dokternya kekurangan dana sekitar Rp40 juta,” ujarnya.
Lili berkeinginan, untuk bisa memberangkatkan balitanya ke rumah sakit rujukan di Jakarta agar segera dioperasi. Namun apa daya, niat untuk mengobati anaknya terhalang karena tidak adanya biaya.
Sementara suaminya bekerja sebagai Satpam di salah satu perusahaan. “Saya hanya bisa berharap kepada pemerintah daerah maupun para dermawan, semoga bisa membantu biaya pengobatan anak saya,” harapnya.
Pemerintah Kotawaringin Timur juga kata Lili sudah pernah memberikan bantuan biaya berobat kepada balita mungil itu, tapi bantuan tersebut masih kurang. Sedangkan BPJS tidak mampu menanggung seutuhnya biaya operasi.
(san)