Masyarakat Banten Kidul Gelar Ritual Seren Taun
A
A
A
LEBAK - Ribuan masyarakat Banten Kidul menggelar ritual adat Seren Taun yang dipusatkan di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten.
Ritual adat Cisungsang merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Banten Kidul terhadap Tuhan. Ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat Kesepuhan Cisungsang ini diadakan setahun sekali, setelah panen padi.
Padi tersebut kemudian disimpan kedalam lumbung dengan ritual adat. Dinamakan Kasepuhan lantaran Seren Taun dilakukan oleh empat desa yang menjadi satu kesatuan adat, yakni Desa Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar.
Cisungsang memiliki wilayah kurang lebih 2.800 kilometer persegi, dan terletak di kaki Gunung Halimun.
Pelaksanaan Seren Taun digelar selama tujuh hari tujuh malam, sejak 23 Agustus 2016 hingga 29 Agustus 2016, dan difokuskan di Imah Gede yang merupakan rumah Kepala Adat Cisungsang yang kini dijabat Abah Usep Suyatma.
Ritual Seren Taun menurut keterangan Abah Usep sudah berlangsung kurang lebih 700 tahun. Hingga kini, tradisi leluhur itu terus dijaga guna menjaga warisan budaya Banten Kidul.
Masyarakat Kasepuhan Cisungsang berbeda dengan suku Baduy. Di Cisungsang, masyarakat sangat terbuka dengan modernisme, meskipun masyarakat adat tidak lupa dan tetap memegang teguh budaya leluhur.
"Kita tidak alergi (modernisasi), dengan itu tradisi masyarakat Cisungsang menjadi daya tarik tersendiri, baik ditingkat nasional bahkan dunia," tuturnya, kepada wartawan, Minggu (28/8/2016).
Sementara itu, Gubernur Banten Rano Karno mengungkapkan budaya adat Banten Kidul merupakan aset yang dimiliki oleh Banten dengan segala ciri khasnya. Selanjutnya, gubernur mengusulkan agar ritual Seren Taun menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Provinsi Banten.
"Seren Taun Cisungsang adalah kearifan lokal sebagai salah satu jati diri Banten yang harus kita lestarikan, sehingga kita akan mengusulkan sebagai warisan budaya," kata Rano.
Untuk mendukung pariwisata di Banten Selatan, perbaikan jalan terus dilakukan agar menopang perekonomian masyarakat. "Delapan puluh persen kondisi infrastruktur jalan sudah baik, sebisanya akan terus kita benahi, dibantu pemerintah Kabupaten/Kota," ujarnya.
Ritual adat Cisungsang merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Banten Kidul terhadap Tuhan. Ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat Kesepuhan Cisungsang ini diadakan setahun sekali, setelah panen padi.
Padi tersebut kemudian disimpan kedalam lumbung dengan ritual adat. Dinamakan Kasepuhan lantaran Seren Taun dilakukan oleh empat desa yang menjadi satu kesatuan adat, yakni Desa Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar.
Cisungsang memiliki wilayah kurang lebih 2.800 kilometer persegi, dan terletak di kaki Gunung Halimun.
Pelaksanaan Seren Taun digelar selama tujuh hari tujuh malam, sejak 23 Agustus 2016 hingga 29 Agustus 2016, dan difokuskan di Imah Gede yang merupakan rumah Kepala Adat Cisungsang yang kini dijabat Abah Usep Suyatma.
Ritual Seren Taun menurut keterangan Abah Usep sudah berlangsung kurang lebih 700 tahun. Hingga kini, tradisi leluhur itu terus dijaga guna menjaga warisan budaya Banten Kidul.
Masyarakat Kasepuhan Cisungsang berbeda dengan suku Baduy. Di Cisungsang, masyarakat sangat terbuka dengan modernisme, meskipun masyarakat adat tidak lupa dan tetap memegang teguh budaya leluhur.
"Kita tidak alergi (modernisasi), dengan itu tradisi masyarakat Cisungsang menjadi daya tarik tersendiri, baik ditingkat nasional bahkan dunia," tuturnya, kepada wartawan, Minggu (28/8/2016).
Sementara itu, Gubernur Banten Rano Karno mengungkapkan budaya adat Banten Kidul merupakan aset yang dimiliki oleh Banten dengan segala ciri khasnya. Selanjutnya, gubernur mengusulkan agar ritual Seren Taun menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Provinsi Banten.
"Seren Taun Cisungsang adalah kearifan lokal sebagai salah satu jati diri Banten yang harus kita lestarikan, sehingga kita akan mengusulkan sebagai warisan budaya," kata Rano.
Untuk mendukung pariwisata di Banten Selatan, perbaikan jalan terus dilakukan agar menopang perekonomian masyarakat. "Delapan puluh persen kondisi infrastruktur jalan sudah baik, sebisanya akan terus kita benahi, dibantu pemerintah Kabupaten/Kota," ujarnya.
(san)