Perut Nenek Nurbaya Membengkak sejak 2002
A
A
A
PALOPO - Nurbaya, seorang nenek berusia 70 tahun di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, hidup dengan kondisi yang sangat menderita. Perutnya membengkak sejak tahun 2002. Nenek tersebut sudah tidak bisa berdiri.
Nurbaya adalah warga Kelurahan Tamarundung, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo. Dia diduga menderita tumor ganas di dalam perutnya sejak tahun 2002. Kondisi ini membuat Nenek Nurbaya menghabiskan waktu selama 14 tahun terakhir untuk duduk, mengesot, dan tidur di rumahnya yang sangat sederhana.
Meski belum ada kejelasan penyakit yang dialaminya hingga membuat perutnya semakin membengkak, Nenek Nurbaya enggan melakukan pemeriksaan ke dokter karena keterbatasan ekonomi.
Selain itu, lokasi rumah Nenek Nurbaya yang diapit persawahan juga menjadi salah satu kendala untuk memeriksakan penyakitnya tersebut ke puskesmas, karena dua tidak mampu melewati jalan berlubang dan sejumlah pematang sawah.
Nurbaya tinggal bersama suami dan seorang cucunya. Sehari-hari, cucunya yang merawat Nenek Nurbaya serta membuatkan makanan dan minum. Jika kondisinya sedang membaik, sesekali Nurbaya membantu suami mencari uang tambahan dengan menjahit sepatu rusak yang diantarkan warga ke rumahnya.
Edi, suami Nurbaya, juga mengalami gangguan pendengaran sehingga dia hanya bisa melakoni profesi sebagai tukang kayu. Penghasilan yang didapatkan tidak menentu. Kadang, mereka terkadang hanya menunggu uluran tangan para tetangganya.
Menurut Nurbaya, Rabu (24/8/2016), sejak menderita penyakit perut membengkak, dia belum pernah mendapat bantuan dari Pemkot Palopo. Bahkan, belum ada petugas dari Dinas Kesehatan yang menjeguk dan memeriksa penyakitnya tersebut.
Nurbaya adalah warga Kelurahan Tamarundung, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo. Dia diduga menderita tumor ganas di dalam perutnya sejak tahun 2002. Kondisi ini membuat Nenek Nurbaya menghabiskan waktu selama 14 tahun terakhir untuk duduk, mengesot, dan tidur di rumahnya yang sangat sederhana.
Meski belum ada kejelasan penyakit yang dialaminya hingga membuat perutnya semakin membengkak, Nenek Nurbaya enggan melakukan pemeriksaan ke dokter karena keterbatasan ekonomi.
Selain itu, lokasi rumah Nenek Nurbaya yang diapit persawahan juga menjadi salah satu kendala untuk memeriksakan penyakitnya tersebut ke puskesmas, karena dua tidak mampu melewati jalan berlubang dan sejumlah pematang sawah.
Nurbaya tinggal bersama suami dan seorang cucunya. Sehari-hari, cucunya yang merawat Nenek Nurbaya serta membuatkan makanan dan minum. Jika kondisinya sedang membaik, sesekali Nurbaya membantu suami mencari uang tambahan dengan menjahit sepatu rusak yang diantarkan warga ke rumahnya.
Edi, suami Nurbaya, juga mengalami gangguan pendengaran sehingga dia hanya bisa melakoni profesi sebagai tukang kayu. Penghasilan yang didapatkan tidak menentu. Kadang, mereka terkadang hanya menunggu uluran tangan para tetangganya.
Menurut Nurbaya, Rabu (24/8/2016), sejak menderita penyakit perut membengkak, dia belum pernah mendapat bantuan dari Pemkot Palopo. Bahkan, belum ada petugas dari Dinas Kesehatan yang menjeguk dan memeriksa penyakitnya tersebut.
(zik)