Sengitnya Pertempuran Pejuang Melawan Belanda di Kebon Rojo
A
A
A
Kebon Rojo sebagaimana yang kita ketahui saat ini merupakan taman kota yang dilengkapi dengan tempat bermain dan pujasera. Namun siapa sangka di Kebon Rojo pernah terjadi perang yang menewaskan banyak orang.
Perang Kebon Rojo sebenarnya merupakan serangan balasan oleh para pejuang kita pada Belanda, yang telah menduduki kota Jombang sejak 29 Januari 1948.
Serangan ini telah direncanakan sedimikian matang, dan diangap sebagai serangan yang paling berhasil, sehingga mendapat apresiasi dari Kolonel Nasution selaku komandan Markas Besar Komando Djawa (MBKD).
Belanda ketika menduduki kota Jombang, menempati tempat-tempat strategis yang masih tersisa, yang terlewat tidak dibumihanguskan.
Yang paling utama adalah di sekitar Kebon Rojo, disekitar rumah Haji Afandi Jagalan, serta sekitar pendopo kabupaten.
Serangan ini melibatkan beberapa anasir pasukan. Bertugas sebagai pasukan penusuk di dalam kota adalah 3 kompi pasukan Mobil Brigade (istilah saat ini Brimob) pimpinan Soetopo Ismono, Yusuf Jayengrono dan Kusnadi.
Kemudian pasukan TNI Kompi MBT pimpinan Letnan Budiman, dan 2 seksi pasukan TRIP pimpinan Sulaman dan Mukayat, serta 3 regu TRIP yaitu Regu Gandu, Regu Druju, dan Regu Heru Soebandi.
Yang menyerang dari timur Kebon Rojo adalah TNI-MBT kompi Budiman, Mobrig kompi Kusnadi, TRIP Seksi Mukayat, regu Heru Soebandi. Dari selatan TRIP Kompi Yusuf. Sedang Mobrig kompi Soetopo Ismono, dan Trip Seksi Sulaman kebagian di barat.
Kompi Soetopo sebenarnya kebagian menyergap Belanda di Jagalan dari arah selatan, yaitu daerah sekitar klenteng. Demikian juga seksi Sulaiman juga bertugas menyergap jagalan dari arah utara, yaitu dari arah pasar legi.
Namun karena di pasar banyak pengungsi yang terdiri dari orang tua, wanita, dan anak-anak, sedangkan Kompi Soetopo sendiri merasa kurang leluasa ruang geraknya, maka kedua pasukan tersebut bergeser ke Kebon Rojo.
Selain pasukan-pasukan di atas, ada juga pasukan penghadang yang bertugas di lingkar luar kota, yaitu 2 seksi TNI kompi 6002 Matosin yang dipimpin Letda A. Lodji dan dibantu oleh kompi AURI pimpinan Letnan Soeprantiyo.
Mereka mengambil tempat di antara Kertosono-Perak, tepatnya di desa Kayen. Pasukan-pasukan tersebut bertugas menghadang bantuan Belanda dari barat.
Upaya penghadangan tersebut tidak hanya dengan pasukan, tetapi juga dengan menebangi pohon sepanjang jalan antara Jabon- Cangkring Randu, yang dilakukan oleh penduduk.
Sedangkan penghadangan datangnya bantuan Belanda dari timur diserahkan pada kompi Budiman.
Setelah semua persiapan dilakukan hampir sepanjang malam, dan masing-masing pasukan menempati pos-posnya, serta waktunya pun telah matang, maka genderang perang ditabuh.
Tepat pukul 04.00 dini hari tanggal 12 Januari 1949, kududukan Belanda di Kebon Rojo ditembaki dengan mortir, sebagai tanda bahwa serangan telah dimulai. Lalu diikuti dengan tembakan gencar dari seluruh pasukan yang mengepung Kebon Rojo.
Momen ketika Belanda lengah demikian sangat menguntungkan, sehingga pasukan yang mengepung Kebon Rojo leluasa untuk merangsek ke jarak yang sangat dekat. Tembak-menembak bahkan terjadi hanya dalam jarak setengah meter.
Belanda tentunya sangat terkejut, dan tidak berani keluar dari sarangnya. Tembak- menembak jarak dekat itu terjadi hingga siang hari. Pukul 10.00 pesawat musuh datang, terbang di atas kota Jombang.
Tapi pesawat tersebut tidak berani mengeluarkan tembakan, karena pandangannya terganggu. Selain itu batas antara lawan dan kawan tidak jelas.
Pada pukul 10.00 itu juga di barat Kebon Rojo, disebuah ladang jagung yang sudah patah-patah batangnya terkena tembakan, mendadak puluhan penduduk muncul sambil merayap, menyerahkan bungkusan-bungkusan makanan pada pejuang. Mereka adalah penduduk sekitar Kebon Rojo, Kauman, dan selatan Rel.
Sementara itu, pasukan yang menghalau musuh di Kayen juga terlibat kontak senjata. Prediksi mereka benar, bahwa akan datang bantuan musuh dari arah Kertosono. Beberapa orang gugur di pertempuran sekitar Perak ini.
Namun para pejuang juga berhasil menghancurkan kendaraan lapis baja musuh, berikut yang di dalamnya. Sekitar pukul 12.00 dapat laporan dari penduduk, bahwa buldoser Belanda berhasil menyingkirkan pohon-pohon yang ada di jalan Jabon-Ngrandu.
Beberapa kompi TRIP kemudian mundur ke arah Jabon untuk mengantisipasi datangnya Belanda dari barat.
Ternyata jumlah pasukan Belanda yang datang cukup besar, ada 13 brencarriers, dan 7 truk yang masing-masing berisi sekitar 40 pasukan.
Di tikungan Jabon, jalan yang berjajar dengan rel, akhirnya para pejuang menembaki kendaraan yang paling belakang dari selatan rel.
Tiga orang tewas seketika. Namun akibatnya pasukan pejuang tersebut akhirnya kocar-kacir karena kalah jumlah dan senjata. Mereka masuk ke kampung Beyan, lalu terus keselatan.
Iring-iringan pasukan Belanda tadi kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Kebon Rojo. Walhasil, posisi Belanda di Kebon Rojo kembali menguat, sehingga seluruh pejuang harus ditarik pada sekitar pukul 15.00.
Dari kesaksian penduduk, ada 6 truk berisi mayat serdadu Belanda yang diangkut menuju Mojokerto. Sebuah pertempuran yang patut dikenang.
Sumber:
fathonimashun.blogspot
wikipedia
diolah dari berbagai sumber
Perang Kebon Rojo sebenarnya merupakan serangan balasan oleh para pejuang kita pada Belanda, yang telah menduduki kota Jombang sejak 29 Januari 1948.
Serangan ini telah direncanakan sedimikian matang, dan diangap sebagai serangan yang paling berhasil, sehingga mendapat apresiasi dari Kolonel Nasution selaku komandan Markas Besar Komando Djawa (MBKD).
Belanda ketika menduduki kota Jombang, menempati tempat-tempat strategis yang masih tersisa, yang terlewat tidak dibumihanguskan.
Yang paling utama adalah di sekitar Kebon Rojo, disekitar rumah Haji Afandi Jagalan, serta sekitar pendopo kabupaten.
Serangan ini melibatkan beberapa anasir pasukan. Bertugas sebagai pasukan penusuk di dalam kota adalah 3 kompi pasukan Mobil Brigade (istilah saat ini Brimob) pimpinan Soetopo Ismono, Yusuf Jayengrono dan Kusnadi.
Kemudian pasukan TNI Kompi MBT pimpinan Letnan Budiman, dan 2 seksi pasukan TRIP pimpinan Sulaman dan Mukayat, serta 3 regu TRIP yaitu Regu Gandu, Regu Druju, dan Regu Heru Soebandi.
Yang menyerang dari timur Kebon Rojo adalah TNI-MBT kompi Budiman, Mobrig kompi Kusnadi, TRIP Seksi Mukayat, regu Heru Soebandi. Dari selatan TRIP Kompi Yusuf. Sedang Mobrig kompi Soetopo Ismono, dan Trip Seksi Sulaman kebagian di barat.
Kompi Soetopo sebenarnya kebagian menyergap Belanda di Jagalan dari arah selatan, yaitu daerah sekitar klenteng. Demikian juga seksi Sulaiman juga bertugas menyergap jagalan dari arah utara, yaitu dari arah pasar legi.
Namun karena di pasar banyak pengungsi yang terdiri dari orang tua, wanita, dan anak-anak, sedangkan Kompi Soetopo sendiri merasa kurang leluasa ruang geraknya, maka kedua pasukan tersebut bergeser ke Kebon Rojo.
Selain pasukan-pasukan di atas, ada juga pasukan penghadang yang bertugas di lingkar luar kota, yaitu 2 seksi TNI kompi 6002 Matosin yang dipimpin Letda A. Lodji dan dibantu oleh kompi AURI pimpinan Letnan Soeprantiyo.
Mereka mengambil tempat di antara Kertosono-Perak, tepatnya di desa Kayen. Pasukan-pasukan tersebut bertugas menghadang bantuan Belanda dari barat.
Upaya penghadangan tersebut tidak hanya dengan pasukan, tetapi juga dengan menebangi pohon sepanjang jalan antara Jabon- Cangkring Randu, yang dilakukan oleh penduduk.
Sedangkan penghadangan datangnya bantuan Belanda dari timur diserahkan pada kompi Budiman.
Setelah semua persiapan dilakukan hampir sepanjang malam, dan masing-masing pasukan menempati pos-posnya, serta waktunya pun telah matang, maka genderang perang ditabuh.
Tepat pukul 04.00 dini hari tanggal 12 Januari 1949, kududukan Belanda di Kebon Rojo ditembaki dengan mortir, sebagai tanda bahwa serangan telah dimulai. Lalu diikuti dengan tembakan gencar dari seluruh pasukan yang mengepung Kebon Rojo.
Momen ketika Belanda lengah demikian sangat menguntungkan, sehingga pasukan yang mengepung Kebon Rojo leluasa untuk merangsek ke jarak yang sangat dekat. Tembak-menembak bahkan terjadi hanya dalam jarak setengah meter.
Belanda tentunya sangat terkejut, dan tidak berani keluar dari sarangnya. Tembak- menembak jarak dekat itu terjadi hingga siang hari. Pukul 10.00 pesawat musuh datang, terbang di atas kota Jombang.
Tapi pesawat tersebut tidak berani mengeluarkan tembakan, karena pandangannya terganggu. Selain itu batas antara lawan dan kawan tidak jelas.
Pada pukul 10.00 itu juga di barat Kebon Rojo, disebuah ladang jagung yang sudah patah-patah batangnya terkena tembakan, mendadak puluhan penduduk muncul sambil merayap, menyerahkan bungkusan-bungkusan makanan pada pejuang. Mereka adalah penduduk sekitar Kebon Rojo, Kauman, dan selatan Rel.
Sementara itu, pasukan yang menghalau musuh di Kayen juga terlibat kontak senjata. Prediksi mereka benar, bahwa akan datang bantuan musuh dari arah Kertosono. Beberapa orang gugur di pertempuran sekitar Perak ini.
Namun para pejuang juga berhasil menghancurkan kendaraan lapis baja musuh, berikut yang di dalamnya. Sekitar pukul 12.00 dapat laporan dari penduduk, bahwa buldoser Belanda berhasil menyingkirkan pohon-pohon yang ada di jalan Jabon-Ngrandu.
Beberapa kompi TRIP kemudian mundur ke arah Jabon untuk mengantisipasi datangnya Belanda dari barat.
Ternyata jumlah pasukan Belanda yang datang cukup besar, ada 13 brencarriers, dan 7 truk yang masing-masing berisi sekitar 40 pasukan.
Di tikungan Jabon, jalan yang berjajar dengan rel, akhirnya para pejuang menembaki kendaraan yang paling belakang dari selatan rel.
Tiga orang tewas seketika. Namun akibatnya pasukan pejuang tersebut akhirnya kocar-kacir karena kalah jumlah dan senjata. Mereka masuk ke kampung Beyan, lalu terus keselatan.
Iring-iringan pasukan Belanda tadi kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Kebon Rojo. Walhasil, posisi Belanda di Kebon Rojo kembali menguat, sehingga seluruh pejuang harus ditarik pada sekitar pukul 15.00.
Dari kesaksian penduduk, ada 6 truk berisi mayat serdadu Belanda yang diangkut menuju Mojokerto. Sebuah pertempuran yang patut dikenang.
Sumber:
fathonimashun.blogspot
wikipedia
diolah dari berbagai sumber
(nag)