Kondisi Pernapasan Rizki Bocah Obesitas Membaik
A
A
A
PALEMBANG - Kondisi pernapasan anak penderita obesitas, Rizki Rahmat Ramadhan (11) membaik. Saat ini, dia sudah menggunakan alat bantu pernapasan lebih fleksibel, CPAP.
Menurut Ketua tim dokter Rizki, Julius Azwar pernapasan bocah tersebut makin mendekati pernapasan yang manual.
Rizki sudah tidak perlu menggunakan alat pernapasan (vertilator) yang membuat geraknya lebih pasif. Namun, Rizki sudah menggunakan Continus Pulmunam Airwas Presesure (CPAP) sejak, Selasa pagi (26/7/2016).
“Keputusan menggunakan alat ini, karena Rizki sudah makin bisa bernapas. Jadi CPAP dipasang saat Rizki masih sesak napas atau sulit bernapas. CPAP ini lebih fleksibel dan tidak terlalu membuat Rizki menjadi pasif,” ujarnya.
Menurut dia, kondisi pernapasan Rizki sudah lebih membaik. Rizki sudah mampu bernapas manual hingga 70% dari kemampuan bernapasnya.
Sementara sisanya, diperoleh dengan menggunakan CPAP yang sekaligus tidak membuat geraknya hanya terbaik di tempat tidur. “CPAP akan dipergunakan saat tidur atau kembali sesak napas,” timpal dia.
Meski sudah cukup membaik, Rizki masih harus dirawat di ruangan ICU. Hal ini akibat pertimbangan proses penyembuhan dan tindakan medis yang akan dilakukan tim dokter pada Rizki. “Tapi masih dirawat di ICU,” kata Julius.
Perawatan di ICU juga memudahkan tim dokter memantau perkembangan kondisi Rizki. Mengingat saat ini, anak ketujuh dari tujuh bersaudara tersebut sedang menjalani perawatan intensif terhadap beberapa penyakit penyerta akibat menderita obesitas.
Tim dokter memastikan Rizki terdeteksi menderita hipertensi. Karena selama dirawat, tekanan darahnya memperlihatkan hipertensi.
Saat diperiksa, tekanan darah Rizki mencapai 170/100. Padahal, kata Julius, untuk seorang anak dengan usia 11 tahun, Rizki harusnya memiliki tekanan darah kurang dari 120/100.
“Karena itu deteksi awalnya hipertensi. Hal ini juga mempengaruhi tindakan medis yang akan dilakukan tim dokter,” kata dokter spesialis gizi anak RSMH Palembang ini.
Selain hipertensi, dia mengatakan Rizki memiliki penyakit kulit sebagai penyerta kondisi obesitas yang dialami.
Pada lipatan tubuh yang mengalami pembengkakan, kulit Rizki cendrung akan lebih gatal. Hal ini disebabkan karena adanya jamur karena kondisi kulit yang lembab. “Ada penyakit kulitnya juga,” ungkap dia.
Untuk sementara, Rizki masih memperoleh asupan makan melalui tabung yang disalurkan ke lambung. Hal ini berupaya agar tubuh Rizki tetap mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan pengobatan pada penderita obesitas.
“Ada dua upaya yang dilakukan tim dokter, yakni melakukan pengaturan pola makan, hingga mengupayakan Rizki bergerak aktif. Namun, tim dokter masih fokus melakukan penyembuhan atas pernapasan, guna menyelamatkan jiwa Rizki,” ungkap Julius.
Dikatakan ibu Rikzi, Salia, dirinya lebih tenang melihat Rizki yang sudah cukup bisa duduk. Selama di ruang ICU, anak bungsunya tersebut lebih banyak terbaring dan sulit bergerak akibat saluran alat bantu pernapasan.
Dengan menggunakan CPAP, maka pernapasan Rizki lebih membuatnya bisa sedikit bergerak. Meski komunikasi yang dilakukan Rizki masih menggunakan ponsel milik pribadinya.
“Sudah boleh duduk, dan alat vertilator sudah dilepas. Rizki lebih mudah bernapas sekarang. Meski ada cairan di paru atau amandel, nampaknya Rizki lebih membaik sekarang,” tandasnya.
Menurut Ketua tim dokter Rizki, Julius Azwar pernapasan bocah tersebut makin mendekati pernapasan yang manual.
Rizki sudah tidak perlu menggunakan alat pernapasan (vertilator) yang membuat geraknya lebih pasif. Namun, Rizki sudah menggunakan Continus Pulmunam Airwas Presesure (CPAP) sejak, Selasa pagi (26/7/2016).
“Keputusan menggunakan alat ini, karena Rizki sudah makin bisa bernapas. Jadi CPAP dipasang saat Rizki masih sesak napas atau sulit bernapas. CPAP ini lebih fleksibel dan tidak terlalu membuat Rizki menjadi pasif,” ujarnya.
Menurut dia, kondisi pernapasan Rizki sudah lebih membaik. Rizki sudah mampu bernapas manual hingga 70% dari kemampuan bernapasnya.
Sementara sisanya, diperoleh dengan menggunakan CPAP yang sekaligus tidak membuat geraknya hanya terbaik di tempat tidur. “CPAP akan dipergunakan saat tidur atau kembali sesak napas,” timpal dia.
Meski sudah cukup membaik, Rizki masih harus dirawat di ruangan ICU. Hal ini akibat pertimbangan proses penyembuhan dan tindakan medis yang akan dilakukan tim dokter pada Rizki. “Tapi masih dirawat di ICU,” kata Julius.
Perawatan di ICU juga memudahkan tim dokter memantau perkembangan kondisi Rizki. Mengingat saat ini, anak ketujuh dari tujuh bersaudara tersebut sedang menjalani perawatan intensif terhadap beberapa penyakit penyerta akibat menderita obesitas.
Tim dokter memastikan Rizki terdeteksi menderita hipertensi. Karena selama dirawat, tekanan darahnya memperlihatkan hipertensi.
Saat diperiksa, tekanan darah Rizki mencapai 170/100. Padahal, kata Julius, untuk seorang anak dengan usia 11 tahun, Rizki harusnya memiliki tekanan darah kurang dari 120/100.
“Karena itu deteksi awalnya hipertensi. Hal ini juga mempengaruhi tindakan medis yang akan dilakukan tim dokter,” kata dokter spesialis gizi anak RSMH Palembang ini.
Selain hipertensi, dia mengatakan Rizki memiliki penyakit kulit sebagai penyerta kondisi obesitas yang dialami.
Pada lipatan tubuh yang mengalami pembengkakan, kulit Rizki cendrung akan lebih gatal. Hal ini disebabkan karena adanya jamur karena kondisi kulit yang lembab. “Ada penyakit kulitnya juga,” ungkap dia.
Untuk sementara, Rizki masih memperoleh asupan makan melalui tabung yang disalurkan ke lambung. Hal ini berupaya agar tubuh Rizki tetap mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan pengobatan pada penderita obesitas.
“Ada dua upaya yang dilakukan tim dokter, yakni melakukan pengaturan pola makan, hingga mengupayakan Rizki bergerak aktif. Namun, tim dokter masih fokus melakukan penyembuhan atas pernapasan, guna menyelamatkan jiwa Rizki,” ungkap Julius.
Dikatakan ibu Rikzi, Salia, dirinya lebih tenang melihat Rizki yang sudah cukup bisa duduk. Selama di ruang ICU, anak bungsunya tersebut lebih banyak terbaring dan sulit bergerak akibat saluran alat bantu pernapasan.
Dengan menggunakan CPAP, maka pernapasan Rizki lebih membuatnya bisa sedikit bergerak. Meski komunikasi yang dilakukan Rizki masih menggunakan ponsel milik pribadinya.
“Sudah boleh duduk, dan alat vertilator sudah dilepas. Rizki lebih mudah bernapas sekarang. Meski ada cairan di paru atau amandel, nampaknya Rizki lebih membaik sekarang,” tandasnya.
(sms)