YLKI Sebut Pemerintah Gagal Antisipasi Kemacetan Jalur Mudik Lebaran

Senin, 04 Juli 2016 - 12:53 WIB
YLKI Sebut Pemerintah...
YLKI Sebut Pemerintah Gagal Antisipasi Kemacetan Jalur Mudik Lebaran
A A A
JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah telah gagal mengantisipasi kemacetan saat mudik Lebaran, khususnya di ruas Tol Pejagan-Brebes Timur. Pasalnya, pemudik harus rela menghabiskan waktu di jalan karena waktu tempuh dari Jakarta hingga Brebes mencapai 24 jam.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, selesainya beberapa ruas tol digadang-gadang bisa mengatasi kemacetan parah saat mudik Lebaran tahun ini. Namun, hal tersebut tidak terjadi saat ini.

"Ternyata hal ini hanya impian kosong belaka. Terbukti Jakarta-Brebes ditempuh 24 jam, pada Sabtu-Minggu kemarin. Bahkan hingga pagi ini kemacetan mengular masih terjadi," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (4/7/2016).

Menurutnya, yang terjadi saat ini hanyalah memindahkan kemacetan yang sebelumnya berada di ruas Cikampek dan Palikanci. Sekarang, kemacetan berpindah ke Brebes Timur dan pemerintah telah gagal mengantisipasi hal tersebut.

"Dulu kemacetan di ruas Cikampek dan Palikanci, sekarang berpindah ke Brebes Timur. Pemerintah dan kepolisian gagal mengantisipasi kemacetan saat mudik Lebaran, khususnya di ruas Tol Brebes Timur."

Tulus menilai, kepolisian kurang progresif dalam melakukan rekayasa manajemen lalu lintas, terutama di pusat kemacetan seperti pintu exit Brebes Timur. Seharusnya, sambung dia, pengelola tol dan kepolisian bisa memaksa pengguna tol untuk tidak keluar hanya lewat exit Brebes Timur.

"Atau ruas Tol Brebes Timur ditutup saja sampai kondisi lalu lintas mencair."

Selain itu, kata Tulus, Kementerian Perhubungan seharusnya berani melakukan tindakan ekstrem dengan menggratiskan tarif tol untuk mengurai kemacetan. Sebab, konsumen telah dirugikan dua kali karena harus membayar tol namun perjalanan tidak bebas hambatan.

"Apalah gunanya Tol Brebes Timur yang didesain untuk melancarkan arus barang dan manusia, tetapi justru berfungsi sebaliknya? Ini namanya kemacetan berbayar. Dulu macet total di jalan pantura, kita tidak bayar, karena jalan nontol. Sekarang kemacetan berpindah di tol dan berbayar. Konsumen dirugikan dua kali dan akhirnya hanya pengelola tol yang diuntungkan," tandasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1384 seconds (0.1#10.140)