Penghasil Hafizoh dan Pencetak Santriwati yang Handal

Jum'at, 10 Juni 2016 - 08:04 WIB
Penghasil Hafizoh dan Pencetak Santriwati yang Handal
Penghasil Hafizoh dan Pencetak Santriwati yang Handal
A A A
MAGELANG - Pondok pesantren (Ponpes) Putri Ad Dalhariyah, di Jalan KH Dalhar, Dukuhan, Gunungpring, Muntilan, Kabupaten Magelang dikenal luas, karena lulusannya menyandang sebagai hafizoh.

Ponpes tersebut sebelumnya dikelola KH Dalhar Nahrawi, namun sepeninggalannya kemudian diasuh istrinya, Nyai Hamimmah Zainab. Nyai Hamimmah Zainab mengasuh ponpes tersebut hingga 2010 lalu. Kemudian pengelolaan ponpes tersebut dilanjutkan putrinya, Nyai Hj Nur Hannah hingga sekarang.

Untuk mengenang jasa Dalhar yang memajukan keberadaan Ponpes, maka ponpes diberi nama Ad Dalhariyah.

Praktis ponpes ini kini diasuh Nyai Hj Nur Hannah tersebut. Lambat laun semakin dikenal luas keberadaan ponpes ini, santriwati pun berdatangan dari berbagai daerah hingga luar Jawa.

Banyak, santriwati yang mondok untuk menjadi hafizoh datang dari Semarang, Banyuwangi, Purwokerto, Temanggung, Purworejo, Kulonprogo, Ponorogo, Magelang hingga luar Jawa. Santriwati untuk belajar membaca Alquran secara benar tidak dibatasi usianya.

Selain itu, ada juga santriwati yang telah mondok di ponpes lainnya, kemudian terakhir mondok di Ponpes Ad Dalhariyah tersebut. Mereka yang berasal dari ponpes lain tersebut di Ponpes Ad Dalhariyah melakukan tabarruk.

“Kalau tabarruk atau ngalap berkah, setelah dari pondok kemudian menuju di Makam Mbah Dalhar di Gunungpring melakukan kataman dari pagi sampai sore menjelang maghrib selama lebih dari 40 hari,” ujar pengasuh Ponpes Nyai Hj Nur Hannah, Kamis (9/6/2016).

Namun demikian, ada juga santriwati yang masih sekolah. Untuk siang hari sekolah sesuai dengan pilihannya masing-masing, kemudian malamnya mondok.

Untuk mengajar para santriwani disesuaikan dengan kemampuan masing-masingnya. Dimulai dari menghafal surat maupun ayat yang pendek-pendek, setelah fasih baru meningkat ke ayat berikutnya.

“Tiap malam, santriwati membaca hafalan sesuai dengan kemampuannya. Misalnya hafal 2 lembar yang dihafalkan hingga fasih. Baru keesokannya menyerahkan setoran tersebut,” ujar Nur Hannah yang pernah mondok di Kudus maupun Purworejo, tersebut.

Saat menyampaikan setoran tersebut, katanya, bisanya santriwati menghafal Alquran di hadapannya maupun santriwati yang telah diberikan kepercayaan mendampinginya.

Menghafal Alquran tersebut dilakukan setiap malam, di mana masing-masing santriwati memili cara dan waktu sendiri.

Ada yang menghafal setelah Salat Isa hingga menjelang tidur, namun jika Ramadhan, ada yang menghafal setelah terawih atau sehabis sahur.

“Kami membekali santriwati tidak hanya bisa menghafal Alquran saja, juga memberikan keterampilan lainnya. Keterampilan lain yang kami berikan seperti pelatihan membuat roti, menjahit, memasak, merias maupun soal kesehatan,” ujarnya.

Selain itu, juga ada jadwal piket santriwati menerima tamu di ponpes maupun bersih-bersih di lingkungan ponpes.

Hal tersebut dilakukan agar semua santriwati ikut bertanggungjawab. Sedangkan bagi santriwati yang masih sekolah, jadwal tersebut diberikan pada hari Minggu.

Pihaknya mengakui jarang sekali mengikutkan santriwati dalam lomba hafiz. Namun demikian, sering diundang oleh para alumni santriwati maupun orang lainnya untuk hajatan maupun keperluan lainnya.

“Ketika itu para hafiz melafalkan Alquran, kemudian lainnya melakukan semaan Alquran,” ujarnya.

Untuk bulan Puasa Ramadan, katanya, banyak santriwati musiman. Mereka yang datang kebanyakan yang telah usia lanjut ingin belajar membawa Alquran.

Untuk santriwati musiman tersebut berlangsung hingga 25 Ramadhan. Mengingat setelah 25 Ramadhan ponpes libur memberikan kesempatan kepada santriwati Lebaran.

“Saat lebaran, ada santriwati yang piket di pondok karena banyak tamu yang datang. Santriwati dengan penuh kesadaran membagi tugas piket di ponpes,” kata dia.

Salah satu santriwati, Wabiramatul Azmi (12) asal Lampung mengaku, telah mulai mondok beberapa waktu lalu. Dia memperoleh informasi keberadaan pondok tersebut dari orangtuanya yang dulu pernah mondok juga.

“Hafalan tersebut saya baca setiap malam setelah Salat Isa. Kalau pas Puasa Ramadhan, saya membaca hafalan setelah Magrib maupun setelah Isa. Sekarang memasuki juz 5,” ujar Azmi yang juga siswi MI Maarif, itu.

Ungkapan senada disampaikan Siti SF (21) asal Kabupaten Magelang, mengaku telah 6 tahun mondok. Untuk sekarang dia telah memasuki juz 18. “Hafalan itu saya baca tiap malam. Rata-rata 1-2 halaman,” katanya.

Demikian halnya yang diungkapkan santriwati, Nurul Latifah (19) asal Ngablak Pakis, yang sudah 5 tahun mondok. Dia mengaku telah memasuki juz 18 dan setiap malamnya menghafal 1-2 halaman.

“Hafalan itu saya baca berulang-ulang hingga diperbolehkan menambah berikutnya. Baru ini menginjak berikutnya,” kata Nurul.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2677 seconds (0.1#10.140)