Sembilan Dusun di Mamuju Utara Terendam Air
A
A
A
MAKASSAR - Banjir yang terjadi di Desa Lariang Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara (Matra) dalam beberapa hari terakhir belum juga surut. Banjir bahkan makin mengepung setidaknya sembilan dusun di desa tersebut
Rahmat, salah seorang warga Dusun Kalulumbeo, mengaku musibah banjir kiriman yang terjadi di wiayahnya memasuki hari ke delapan. "Airnya belum surut, banjir datang lagi. Jadi, memang tidak berhenti,ā€¯tuturnya.
Informasi yang dihimpun, banjir yang terjadi di Desa Lariang tersebut kini telah menerjang sembilan dusun. Ketinggian air mencapai satu meter.
Menurut pengakuan beberapa warga setempat, luapan sungai Lariang kian menjadi-jadi akibat tanggul milik salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit jebol. Jebolnya tanggul itu ikut menggenagi pemukiman maupun lahan pertanian masyarakat.
Selain menggenangi pemukiman warga, sejumlah fasilitas umum seperti gedung sekolah dan jalan trans Sulawesi turut menghambat aktivitas warga setempat akibat volume air semakin meninggi.
Salah seorang warga lainnya, Alimuddin mengatakan meski banjir kiriman telah datang, namun warga masih memilih bertahan di rumah.
Alasannya, alasan banjir yang terjadi saat ini adalah banjir musiman yang terjadi setiap tahunnya. Mereka hanya berharap, hujan di wilayah hulu berhenti sehingga volume air tidak makin bertambah.
Warga juga meminta agar pemerintah daerah segera turun tangan untuk mengatasi dampak bencana banjir kiriman yang telah berlangsung selama delapan hari itu.
"Kalau pemerintah tutup mata maka warga yang terisolor banjir terancam kelaparan," tandasnya.
Kepala Desa Lariang, Andi Firdaus yang dikonfirmasi mengakui banjir kiriman telah melanda sedikitnya sembilan dusun di desanya.
Dia mengatakan, banjir kiriman tersebut kian meluas sehingga ikut menyulitkan warga untuk melakukan aktivitas kesehariannya.
"Ada sembilan dusun yang dihuni 2.875 jiwa menjadi korban bencana banjir kiriman yang terjadi di daerah hulu sungai Kabupaten Poso, Sulteng," tuturnya.
Rahmat, salah seorang warga Dusun Kalulumbeo, mengaku musibah banjir kiriman yang terjadi di wiayahnya memasuki hari ke delapan. "Airnya belum surut, banjir datang lagi. Jadi, memang tidak berhenti,ā€¯tuturnya.
Informasi yang dihimpun, banjir yang terjadi di Desa Lariang tersebut kini telah menerjang sembilan dusun. Ketinggian air mencapai satu meter.
Menurut pengakuan beberapa warga setempat, luapan sungai Lariang kian menjadi-jadi akibat tanggul milik salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit jebol. Jebolnya tanggul itu ikut menggenagi pemukiman maupun lahan pertanian masyarakat.
Selain menggenangi pemukiman warga, sejumlah fasilitas umum seperti gedung sekolah dan jalan trans Sulawesi turut menghambat aktivitas warga setempat akibat volume air semakin meninggi.
Salah seorang warga lainnya, Alimuddin mengatakan meski banjir kiriman telah datang, namun warga masih memilih bertahan di rumah.
Alasannya, alasan banjir yang terjadi saat ini adalah banjir musiman yang terjadi setiap tahunnya. Mereka hanya berharap, hujan di wilayah hulu berhenti sehingga volume air tidak makin bertambah.
Warga juga meminta agar pemerintah daerah segera turun tangan untuk mengatasi dampak bencana banjir kiriman yang telah berlangsung selama delapan hari itu.
"Kalau pemerintah tutup mata maka warga yang terisolor banjir terancam kelaparan," tandasnya.
Kepala Desa Lariang, Andi Firdaus yang dikonfirmasi mengakui banjir kiriman telah melanda sedikitnya sembilan dusun di desanya.
Dia mengatakan, banjir kiriman tersebut kian meluas sehingga ikut menyulitkan warga untuk melakukan aktivitas kesehariannya.
"Ada sembilan dusun yang dihuni 2.875 jiwa menjadi korban bencana banjir kiriman yang terjadi di daerah hulu sungai Kabupaten Poso, Sulteng," tuturnya.
(nag)