Polisi Bongkar Kuburan Bayi yang Diduga Dibunuh Ayah Kandung
A
A
A
MEDAN - Demi kepentingan autopsi, Tim DVI Polda Sumut dan Polresta Medan menggali kuburan bayi yang sudah dimakamkan selama 33 hari di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Tuasan/Dahlia Kelurahan Siderjo Hilir, Kecamatan Medan Tembung, Selasa (29/3/2016).
Monica Sari Silaban (22), ibu korban mengatakan, bayi laki-laki itu merupakan hasil hubungan gelap antara dirinya dengan kekasihnya bernama Sardian Junius Faomasiwate, (24), warga Jalan Durung Medan.
"Bayi ini rencananya akan kami beri nama Gabriel Wate, dia lahir tanggal 24 Februari 2016, setelah umurnya enam hari, sekitar tanggal 2 Maret anak itu meninggal dunia," kata Monica.
Dia menyebutkan, banyak kejanggalan yang terjadi ketika anaknya meninggal dunia, terutama pada bagian hidungnya (korban) mengalami luka memar dan pendarahan.
Namun, ketika dirinya menanyakan kecurigaan itu kepada kekasihnya (Ayah kandung korban), langsung dijawab dengan hardikan yang membuat korban diam.
"Sebelum meninggal, saya disuruhnya membeli jajan, nah begitu kembali, saya lihat anak kami sudah meninggal, katanya karena ada sakitnya, tapi aku curiga, gak lama hari itu juga dimakamkanlah anak kami," ujarnya sembari menyebut hubungan keduanya belum resmi.
Sehingga pelaku menginginkan Bayinya digugurkan sejak masih dalam kandungan. Namun, permintaan pelaku selalu ditolak oleh Ibu korban.
"Memang hubungan kami belum resmi, dari awal dia bilang ingin menggugurkan bayi ini, tapi saya gak mau," sebutnya.
Mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Medan ini mengatakan, dia dan kekasihnya berkenalan lewat media jejaring sosial (facebook) tahun 2015. Setelah berkenalan, keduanya lalu memutuskan untuk berpacaran.
"Dia (pelaku) kerja di Alfamart Pancing, awalnya dia orangnya baik, pandai bergaul, gak merokok, gak narkoba makanya aku heran, sikapnya semakin berubah sama saya setelah kami semakin dekat dan dia nekat memperkosa saya hingga hamil, terus disuruhnya saya meninggalkan kuliah dan keluarga saya kalau tidak akan menyebarkan foto (bugil) saya, di rumah pun saya dikurung, makanya semua keluarga cariin saya, dikira saya hilang," ungkapnya.
Setelah tidak berkuliah, dan putus hubungan dengan keluarganya, korban dan pelaku lalu tinggal kumpul kebo di Jalan Karya Bakti Medan Tembung.
Siksaan batin dan fisik terus dialaminya hingga bayinya lahir, dan mencapai puncaknya setelah enam hari berada dunia, bayi yang dikandungnya selama Sembilan bulan meninggal dunia.
"Di situ aku sudah gak tahan, pergi aku diam diam dari rumah, aku bertanya ke pendeta, dikasih saran agar aku melapor ke polisi," ucapnya.
Nah, polisi yang menerima laporan ini kasus kematian bayi yang diduga kuat dianiaya oleh ayahnya langsung melakukan penyelidikan.
Lantaran bayi sudah dikubur, polisi pun terpaksa membongkar kembali untuk kepentingan autopsi memastikan penyebab kematian korban.
Tim forensik yang melakukan autopsi menemukan luka lebam di jasad Gabriel Wate, bayi yang diduga telah dibunuh ayahnya di Medan. Luka itu diduga akibat hantaman benda tumpul.
"Untuk sementara ini masih terlihat juga tanda-tanda kekerasannya. Meski jasad sudah membusuk, dari warnanya saja sudah terlihat tanda kekerasan," kata Dr Mistar Ritonga, Ketua Tim Forensik yang melakukan autopsi terhadap jasad Gabriel.
Berdasarkan pemeriksaan luar pun ditemukan sejumlah lebam di tubuh bayi yang meninggal pada usia enam hari itu.
"Lebam di kulit, di hidung, bibir bagian dalam kanan, kepala belakang, serta perut bagian belakang dan depan. Itu akibat terkena benda tumpul," ujarnya.
Petugas Polresta Medan yang menerima informasi bahwasanya korban tewas diduga kuat dianiaya langsung melakukan penelusuran, mencari Sardian Junius Faomasiwate, ayah sekaligus pembunuh bayi itu. Kediaman orangtuanya di Jalan pun didatangi polisi.
"Tadi sama orang Intel (Polresta) sudah ke rumahnya, tapi sudah gak ada orang, kerjaannya pun sudah didatangi di Alfamart tapi dia sudah resign," kata R Boru Hombing yang merupakan nenek korban.
Dirinya berharap agar polisi segera menangkap pelaku pembunuhan bayi ini karena dianggap sudah melewati batas.
"Secepatnya ditangkap, karena sudah 7 orang perempuan dihamilinya terus digugurkannya, kalau lihat mukanya gak nyangka dia itu berkelakuan kejam, mungkin ada kelainan dan bisa jadi dia pesugihan," tandasnya.
Sementara Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Aldi Subartono belum memberikan keterangan terkait kasus kematian bayi yang diduga dibunuh oleh ayahnya sendiri.
"Kita telusuri dulu, sekarang kita sedang melakukan pengembangan dan mengungkap petunjuk penyelidikan," pungkasnya.
Monica Sari Silaban (22), ibu korban mengatakan, bayi laki-laki itu merupakan hasil hubungan gelap antara dirinya dengan kekasihnya bernama Sardian Junius Faomasiwate, (24), warga Jalan Durung Medan.
"Bayi ini rencananya akan kami beri nama Gabriel Wate, dia lahir tanggal 24 Februari 2016, setelah umurnya enam hari, sekitar tanggal 2 Maret anak itu meninggal dunia," kata Monica.
Dia menyebutkan, banyak kejanggalan yang terjadi ketika anaknya meninggal dunia, terutama pada bagian hidungnya (korban) mengalami luka memar dan pendarahan.
Namun, ketika dirinya menanyakan kecurigaan itu kepada kekasihnya (Ayah kandung korban), langsung dijawab dengan hardikan yang membuat korban diam.
"Sebelum meninggal, saya disuruhnya membeli jajan, nah begitu kembali, saya lihat anak kami sudah meninggal, katanya karena ada sakitnya, tapi aku curiga, gak lama hari itu juga dimakamkanlah anak kami," ujarnya sembari menyebut hubungan keduanya belum resmi.
Sehingga pelaku menginginkan Bayinya digugurkan sejak masih dalam kandungan. Namun, permintaan pelaku selalu ditolak oleh Ibu korban.
"Memang hubungan kami belum resmi, dari awal dia bilang ingin menggugurkan bayi ini, tapi saya gak mau," sebutnya.
Mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Medan ini mengatakan, dia dan kekasihnya berkenalan lewat media jejaring sosial (facebook) tahun 2015. Setelah berkenalan, keduanya lalu memutuskan untuk berpacaran.
"Dia (pelaku) kerja di Alfamart Pancing, awalnya dia orangnya baik, pandai bergaul, gak merokok, gak narkoba makanya aku heran, sikapnya semakin berubah sama saya setelah kami semakin dekat dan dia nekat memperkosa saya hingga hamil, terus disuruhnya saya meninggalkan kuliah dan keluarga saya kalau tidak akan menyebarkan foto (bugil) saya, di rumah pun saya dikurung, makanya semua keluarga cariin saya, dikira saya hilang," ungkapnya.
Setelah tidak berkuliah, dan putus hubungan dengan keluarganya, korban dan pelaku lalu tinggal kumpul kebo di Jalan Karya Bakti Medan Tembung.
Siksaan batin dan fisik terus dialaminya hingga bayinya lahir, dan mencapai puncaknya setelah enam hari berada dunia, bayi yang dikandungnya selama Sembilan bulan meninggal dunia.
"Di situ aku sudah gak tahan, pergi aku diam diam dari rumah, aku bertanya ke pendeta, dikasih saran agar aku melapor ke polisi," ucapnya.
Nah, polisi yang menerima laporan ini kasus kematian bayi yang diduga kuat dianiaya oleh ayahnya langsung melakukan penyelidikan.
Lantaran bayi sudah dikubur, polisi pun terpaksa membongkar kembali untuk kepentingan autopsi memastikan penyebab kematian korban.
Tim forensik yang melakukan autopsi menemukan luka lebam di jasad Gabriel Wate, bayi yang diduga telah dibunuh ayahnya di Medan. Luka itu diduga akibat hantaman benda tumpul.
"Untuk sementara ini masih terlihat juga tanda-tanda kekerasannya. Meski jasad sudah membusuk, dari warnanya saja sudah terlihat tanda kekerasan," kata Dr Mistar Ritonga, Ketua Tim Forensik yang melakukan autopsi terhadap jasad Gabriel.
Berdasarkan pemeriksaan luar pun ditemukan sejumlah lebam di tubuh bayi yang meninggal pada usia enam hari itu.
"Lebam di kulit, di hidung, bibir bagian dalam kanan, kepala belakang, serta perut bagian belakang dan depan. Itu akibat terkena benda tumpul," ujarnya.
Petugas Polresta Medan yang menerima informasi bahwasanya korban tewas diduga kuat dianiaya langsung melakukan penelusuran, mencari Sardian Junius Faomasiwate, ayah sekaligus pembunuh bayi itu. Kediaman orangtuanya di Jalan pun didatangi polisi.
"Tadi sama orang Intel (Polresta) sudah ke rumahnya, tapi sudah gak ada orang, kerjaannya pun sudah didatangi di Alfamart tapi dia sudah resign," kata R Boru Hombing yang merupakan nenek korban.
Dirinya berharap agar polisi segera menangkap pelaku pembunuhan bayi ini karena dianggap sudah melewati batas.
"Secepatnya ditangkap, karena sudah 7 orang perempuan dihamilinya terus digugurkannya, kalau lihat mukanya gak nyangka dia itu berkelakuan kejam, mungkin ada kelainan dan bisa jadi dia pesugihan," tandasnya.
Sementara Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Aldi Subartono belum memberikan keterangan terkait kasus kematian bayi yang diduga dibunuh oleh ayahnya sendiri.
"Kita telusuri dulu, sekarang kita sedang melakukan pengembangan dan mengungkap petunjuk penyelidikan," pungkasnya.
(nag)