Bojongsalawe dan Kisah Dua Putri Berebut Raden Surya Ningrat

Jum'at, 11 Maret 2016 - 05:00 WIB
Bojongsalawe dan Kisah...
Bojongsalawe dan Kisah Dua Putri Berebut Raden Surya Ningrat
A A A
PANGANDARAN - Seperti nama-nama daerah lainnya di Indonesia, ada cerita di balik nama Dusun Bojongsalawe yang terletak di Desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Seorang tokoh di Dusun Bojongsalawe, Ki Dahori (83), mengatakan, nama Bojongsalawe berasal dari kisah cinta berujung 'pembunuhan' seorang pria tampan.

Suatu ketika, muncul seorang putri nan cantik bernama Nyimas Ningrum Kusuma di daerah Cireundang, tepatnya di Blok Ranca Keureup, yang lokasinya sekarang menjadi bangunan SMAN 1 Parigi.

Nyimas Ningrum Kusuma tiba-tiba muncul di tempat itu. Nyimas Ningrum Kusuma ternyata mempunyai misi untuk mencari seorang pria tampan bernama Raden Surya Ningrat yang berasal dari salah satu kerajaan. Mereka pun dikisahkan bertemu tepat di tempat munculnya Nyimas Ningrum Kusuma.

Ki Dahori menambahkan, setelah Nyimas Ningrum Kusuma bertemu Raden Surya Ningrat, akhirnya terjalin kisah asmara. Namun, kisah asmara mereka berujung pahit, karena tiba-tiba datang lagi seorang putri yang kecantikannya menyamai Nyimas Ningrum Kusuma. Putri tersebut bernama Nyimas Putri Banas Pati. Konon, Nyimas Banas Pati berasal dari kerajaan yang berbeda.

Nyimas Putri Banas Pati pun akhirnya jatuh cinta kepada Raden Surya Ningrat dan berusaha merebutnya dari Nyimas Ningrum Kusuma. Namun, Raden Surya Ningrat ternyata lebih memilih Nyimas Ningrum Kusuma.

Karena cintanya ditolak, Nyimas Putri Banas Pati memanggil salah satu pasukan dari kerajaannya bernama Kilang Laung untuk menculik Raden Surya Ningrat dan membunuhnya dengan cara dihanyutkan di laut. Nyimas Putri Banas Pati pun merasa puas dengan 'matinya' Raden Surya Ningrat.

Tetapi, sesungguhnya Raden Surya Ningrat pada waktu itu tidak mati. Tubuhnya terselip di antara batu karang laut. Berkat ilmu kanuragan yang dimilikinya, Raden Surya Ningrat lebih memilih hidup di impitan batu karang dengan alasan menjaga perasaan dua putri yang mencintainya.

Saat Raden Surya Ningrat hidup di antara impitan batu karang, rambutnya yang panjang menjadi mainan salah satu siluman bernama Naga Gini. Karena ketampanannya, akhirnya Naga Gini menjalin asmara dengan Raden Surya Ningrat di impitan batu karang tersebut.

Sementara, Nyimas Putri Banas Pati yang meyakini Raden Surya Ningrat sudah mati, menyuruh masyarakat untuk melakukan ritual di pesisir pantai dengan menyediakan sebanyak 25 nasi tumpeng.

Nyimas Ningrum Kusuma yang mengetahui bakal adanya acara tersebut merasa sedih dan terpukul sehingga menangis dan menuju ke daerah Cireundang, tepatnya di Blok Ranca Keureup, tempat pertama kali dirinya muncul.

Sambil menangis, Nyimas Ningrum Kusuma menuju tempat tersebut dan akhirnya menghilang tepat di tempat dia muncul sebelumnya.

Ritual yang dilakukan oleh Nyimas Banas Pati dahulu digelar setiap tahun dan akhirnya menjadi budaya masyarakat setempat hingga saat ini.

Kata Bojongsalawe pun konon berasal dari simbol nasi tumpeng yang diperintahkan oleh Nyimas Banas Pati kepada masyarakat waktu itu.

Kepada Sindonews, Kepala Desa Karangjaladri Dedi Kurniadi mengaku tak berani memastikan kebenaran cerita di balik nama Bojongsalawe tersebut, dengan alasan itu sesuatu yang sakral.

Dia hanya menyebut bahwa kegiatan larung sesaji yang kini dilakukan masyarakat merupakan agenda tahunan yang dilakukan setiap bulan Muharam.

Di acara yang sudah jadi agenda resmi Dinas Pariwisata setempat itu, para nelayan memberikan makanan kepada warga yang selama setahun membeli hasil tangkapan mereka. Upacara larung sesaji itu dipimpin Ki Dahori, yang merupakan sesepuh Bojongsalawe.

Sementara, Kusin, ketua Rukun Nelayan setempat juga mengatakan, tak tahu tentang kisah Nyimas Banas Pati. Menurutnya, ritual yang dilakukan nelayan saat ini dan dipimpin Ki Dahori serta satu orang lainnya merupakan kegiatan adat yang digelar setiap tahun dan menjadi agenda tahunan Dinas Kelautan dan Dinas Pariwisata.

Selain membuang sesaji, di acara itu pula para nelayan melakukan kegiatan sosial seperti sunatan massal dan menyantuni anak yatim piatu.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1194 seconds (0.1#10.140)