Balita Penderita Hidrosefalus Ini Butuh Bantuan

Kamis, 10 Maret 2016 - 11:47 WIB
Balita Penderita Hidrosefalus Ini Butuh Bantuan
Balita Penderita Hidrosefalus Ini Butuh Bantuan
A A A
PANGANDARAN - Seorang balita bernama Epi (2), anak dari pasangan suami istri Wariman dan Tarsini, warga Dusun Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menderita penyakit yang menyerang organ otak atau hidrosefalus.

Sehari-hari, ayah Epi, Wariman bekerja sebagai buruh nelayan dan buruh serabutan dengan penghasilan tidak menentu. Dia harus menanggung beban kebutuhan pokok kehidupan keluarganya untuk bisa bertahan hidup.

"Kami mempunyai lima anak, yang pertama perempuan, setelah lulus SLTP tidak melanjutkan ke SLTA karena tidak ada biaya dan memilih bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta," kata Wariman, Kamis (10/3/2016).

Begitu juga dengan anak keduanya, seorang laki-laki yang hanya lulusan SLTP terpaksa harus putus sekolah karena tidak mempunyai biaya dan sekarang menjadi buruh nelayan bersama Wariman untuk meringankan beban kehidupan ekonomi keluarga.

"Sedangkan yang ketiga laki-laki dan keempat perempuan yang saat ini masih SD, dan terakhir Epi yang usianya masih 2 tahun," tambahnya.

Gubuk tempat mereka tinggal berdindingkan anyaman bilik bambu yang tak layak huni dan dari hari ke hari rapuh karena termakan usia. Sementara, atap gubuk yang terbuat dari anyaman pohon dahon pun kerap mengalami bocor saat musim hujan.

"Maaf, keadaan rumah kami seperti ini. Jangankan berharap memiliki rumah yang sempurna, untuk memperbaiki keadaan gubuk pun tidak ada biaya, karena hasil saya bekerja hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari," papar Wariman.

Tarsini, istri Wariman, selama dua tahun tiap hari harus menggendong Epi. Sebab, setiap direbahkan Epi selalu menangis dan susah bernapas dan tersengal-sengal.

"Penderitaan ini kami jalani bertahun-tahun dan selama dua tahun saya tidak bisa bekerja atau beraktivitas karena Epi tidak bisa lepas dari gendongan," kata Tarsini.

Tarsini menambahkan, Epi pernah diperiksa ke salah satu dokter dan hasil pemeriksaan menyarankan agar Epi segera dioperasi untuk menyembuhkan kelainan pada kepalanya.

"Saya bukan tidak mau mengobati anak saya. Untuk biaya hidup kebutuhan pokok pun kesulitan karena penghasilan suami tidak menentu, sehingga tak mampu memberikan biaya perawatan Epi," tambah Tarsini sambil meneteskan air mata.

Kini, Wariman dan Tarsini hanya pasrah terhadap kondisi yang dialami anaknya sambil menunggu keajaiban datang untuk kesembuhan Epi.

Sementara, salah satu tokoh setempat, Jumri, yang secara kebetulan berada di gubuk Wariman mengatakan, lingkungan setempat
telah berupaya meringankan beban kehidupan keluarga Wariman dengan membantu kebutuhan pokok ala kadarnya baik berupa makanan atau kebutuhan pakaian.

"Selain itu juga kami sedang memproses BPJS yang telah diajukan kurang lebih dua minggu sebelumnya dan saat ini sedang diproses," kata Jumri.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6594 seconds (0.1#10.140)