Air Sumur Warga Blitar Mendadak Panas, Ratusan Warga Berdatangan
A
A
A
BLITAR - Suhu air sumur milik Jamini (59) warga Dusun Demangan RT 04 RW 02 Desa Dermojayan, Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar tiba tiba meninggi (panas) dan mengeluarkan bau busuk sejenis belerang.
Fenomena ini memancing perhatian ratusan warga datang ke lokasi. Bahkan sejumlah warga meyakini air mengandung khasiat untuk menyembuhkan penyakit.
Dari pantauan di lokasi, selain panas yang juga mengepulkan asap tipis, warna air juga berubah keruh kekuning kuningan. "Padahal sebelumnya airnya juga jernih, " tutur Siti Ropipah (41) anak Jamini, Rabu (2/3/2016).
Sumur dengan diameter sekitar 120 cm itu berada di samping rumah. Almarhum Misran alias Eyang, suami Jamini membangun sarana mandi cuci kakus mulai tahun 1982.
Lokasi sumur berkedelaman sekitar 10 meter itu dikelilingi tembok separuh badan yang sekaligus menjadi pembatas kamar mandi yang berada di sebelahnya.
Sejak berubah panas dan mengeluarkan busuk yang menyengat, keluarga Jamini tidak lagi berani menggunakan air sumur.
Mereka khawatir akan membawa dampak pada kesehatan kulit dan tubuh. "Untuk mandi dan keperluan lainya sudah empat hari ini kami pindah ke tetangga," terang Ropipah.
Tidak diketahui pasti apakah berkaitan atau tidak. Sebelum suhu air berubah tinggi, kata Ropipah sempat terjadi hubungan arus pendek (konsleting) pada tiang listrik yang berjarak hanya sedepa dengan sumur.
Akibat konsleting itu, tiang besi di sebelah timur sumur itu menghantarkan arus listrik. Begitu juga dengan dinding sumur yang mendadak mengeluarkan setrum ketika disentuh.
Meski berdaya sengat kecil, aliran listrik itu, kata Ropipah sempat membuat was was. "Setelah diperbaiki PLN, tiang listriknya tidak konslet lagi," terangnya.
Dari pantauan di lapangan, tiang listrik itu juga mengeluarkan panas. Bahkan pada bagian paling bawah yang bersentuhan dengan tanah, suhu panas semakin terasa.
Pada tembok pembatas sumur warga membuat tulisan "awas berbahaya". Meski tidak sedikit yang menyakini air sumur bisa menjadi obat, namun banyak yang menghimbau untuk tidak diminum.
Di lokasi sumur beberapa warga mulai memasang kotak amal dan menjual bekas botol air mineral untuk para pengunjung sumur.
Harga setiap botol mineral ukuran satu liter Rp 1000. Tidak hanya dari Blitar. Beberapa pengunjung berasal dari Kabupaten Tulungagung dan Kediri.
Warga setempat juga menempatkan air sumur ke dalam kaleng bekas cat ukuran 20 kilogram. Setiap pengunjung dipersilahkan mencoba panasnya air dengan merendam kaki sebelum mengisi botol mineralnya. "Uang yang terkumpul kita berikan kepada pemilik rumah," tutur Tholib (55) warga setempat yang juga masih kerabat Jamini.
Pj Sekretaris Desa Dermojayan Sukarji mengaku sudah melaporkan fenomena itu kepada instansi terkait. Belum lama ini aparat kepolisian, anggota Koramil, dinas kesehatan Pemkab Blitar, perwakilan Bina Marga dan PLN meninjau lokasi sumur.
Petugas juga sudah melakukan pengambilan sampel air untuk mengetahui penyebab fenomena.
Sempat muncul dugaan panasnya air berasal dari arus pendek listrik. Sebab saat dilakukan pengurasan sumur, mata air yang berasal dari arah tiang listrik terasa panas.
Sedangkan mata air yang berasal dari bawah tetap dingin. "Ada dua mata air yang mengisi sumur. Dan kita sempat menyedotnya sebanyak dua kali. Namun kalau memang arus pendek tentunya air sumur juga mengalirkan listrik," terangnya.
Para pengunjung terus berdatangan. Jumlahnya setiap hari mencapai ratusan. Sukarji memperkirakan fenomena ini akan hilang sendiri ketika penyebab panasnya air sumur diketahui secara pasti. Solichan arif
Fenomena ini memancing perhatian ratusan warga datang ke lokasi. Bahkan sejumlah warga meyakini air mengandung khasiat untuk menyembuhkan penyakit.
Dari pantauan di lokasi, selain panas yang juga mengepulkan asap tipis, warna air juga berubah keruh kekuning kuningan. "Padahal sebelumnya airnya juga jernih, " tutur Siti Ropipah (41) anak Jamini, Rabu (2/3/2016).
Sumur dengan diameter sekitar 120 cm itu berada di samping rumah. Almarhum Misran alias Eyang, suami Jamini membangun sarana mandi cuci kakus mulai tahun 1982.
Lokasi sumur berkedelaman sekitar 10 meter itu dikelilingi tembok separuh badan yang sekaligus menjadi pembatas kamar mandi yang berada di sebelahnya.
Sejak berubah panas dan mengeluarkan busuk yang menyengat, keluarga Jamini tidak lagi berani menggunakan air sumur.
Mereka khawatir akan membawa dampak pada kesehatan kulit dan tubuh. "Untuk mandi dan keperluan lainya sudah empat hari ini kami pindah ke tetangga," terang Ropipah.
Tidak diketahui pasti apakah berkaitan atau tidak. Sebelum suhu air berubah tinggi, kata Ropipah sempat terjadi hubungan arus pendek (konsleting) pada tiang listrik yang berjarak hanya sedepa dengan sumur.
Akibat konsleting itu, tiang besi di sebelah timur sumur itu menghantarkan arus listrik. Begitu juga dengan dinding sumur yang mendadak mengeluarkan setrum ketika disentuh.
Meski berdaya sengat kecil, aliran listrik itu, kata Ropipah sempat membuat was was. "Setelah diperbaiki PLN, tiang listriknya tidak konslet lagi," terangnya.
Dari pantauan di lapangan, tiang listrik itu juga mengeluarkan panas. Bahkan pada bagian paling bawah yang bersentuhan dengan tanah, suhu panas semakin terasa.
Pada tembok pembatas sumur warga membuat tulisan "awas berbahaya". Meski tidak sedikit yang menyakini air sumur bisa menjadi obat, namun banyak yang menghimbau untuk tidak diminum.
Di lokasi sumur beberapa warga mulai memasang kotak amal dan menjual bekas botol air mineral untuk para pengunjung sumur.
Harga setiap botol mineral ukuran satu liter Rp 1000. Tidak hanya dari Blitar. Beberapa pengunjung berasal dari Kabupaten Tulungagung dan Kediri.
Warga setempat juga menempatkan air sumur ke dalam kaleng bekas cat ukuran 20 kilogram. Setiap pengunjung dipersilahkan mencoba panasnya air dengan merendam kaki sebelum mengisi botol mineralnya. "Uang yang terkumpul kita berikan kepada pemilik rumah," tutur Tholib (55) warga setempat yang juga masih kerabat Jamini.
Pj Sekretaris Desa Dermojayan Sukarji mengaku sudah melaporkan fenomena itu kepada instansi terkait. Belum lama ini aparat kepolisian, anggota Koramil, dinas kesehatan Pemkab Blitar, perwakilan Bina Marga dan PLN meninjau lokasi sumur.
Petugas juga sudah melakukan pengambilan sampel air untuk mengetahui penyebab fenomena.
Sempat muncul dugaan panasnya air berasal dari arus pendek listrik. Sebab saat dilakukan pengurasan sumur, mata air yang berasal dari arah tiang listrik terasa panas.
Sedangkan mata air yang berasal dari bawah tetap dingin. "Ada dua mata air yang mengisi sumur. Dan kita sempat menyedotnya sebanyak dua kali. Namun kalau memang arus pendek tentunya air sumur juga mengalirkan listrik," terangnya.
Para pengunjung terus berdatangan. Jumlahnya setiap hari mencapai ratusan. Sukarji memperkirakan fenomena ini akan hilang sendiri ketika penyebab panasnya air sumur diketahui secara pasti. Solichan arif
(nag)