Muncul 'Keraton' Lain di Cirebon

Selasa, 01 Maret 2016 - 22:57 WIB
Muncul Keraton Lain...
Muncul 'Keraton' Lain di Cirebon
A A A
CIREBON - Klaim sebagai raja bukan saja dilakukan Hasanudin. Seorang pria lain di Cirebon, Jawa Barat, juga mengklaim diri sebagai sultan dari sebuah keraton lain di luar ketiga keraton di Cirebon yang diakui secara nasional.

Mengklaim diri dengan gelar Pangeran Caruban (Ki Ageng Macan Putih), seorang pria di Desa Wargabinangun, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Muslim, diketahui mengaku sebagai penguasa dari Keraton Caruban Nagari.

Padahal, selama ini di Cirebon hanya ada tiga keraton yang diakui, masing-masing Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.

"Pria ini mengaku sebagai keturunan Sunan Gunung Jati, seperti halnya penguasa-penguasa tiga keraton di Cirebon," ungkap Budayawan Cirebon yang juga penulis aktif Koran SINDO, Nurdin M Noer, Selasa (1/3/2016).

Menurut Nurdin, sebuah kerajaan, khususnya di Jawa, memiliki tata ruang tradisional yang baku. Selain keberadaan keraton, penguasanya juga harus memiliki rakyat, adat, dan aturan perundang-undangan mengenai tata krama keraton itu sendiri. Ini pulalah yang menjadi syarat raja keraton.

Terlebih, semua keraton di Jawa menghadap utara mengingat utara mengandung medan magnet yang kuat. Keraton Caruban Nagari yang diklaim Muslim tak sesuai tata ruang tradisional yang baku. Karena itu, klaimnya tentu diragukan.

"Dari kajian budaya, keraton di Jawa itu seharusnya ada alun-alun di depan keraton, pohon beringin sebagai simbol perlindungan, masjid, dan pasar. Hak dia (Muslim) sebagai raja, tapi untuk raja sesungguhnya harus memenuhi tata ruang tradisional tadi," paparnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan Muslim tak ubahnya dengan Muhammad Abdullah Hasanudin yang dikenal sebagai 'Raja Terakhir'. Klaim sebagai raja, entah yang terakhir atau yang keberapa, dijelaskan Nurdin sebagai atavisme atau kondisi psikologis di mana karakteristik yang telah tenggelam ratusan tahun lalu dihidupkan kembali dan muncul sekarang.

Dia menyebutkan, fenomena semacam dijumpai pula di Bandung, Tasikmalaya, Demak, dan lainnya. Mereka, yang mengklaim sebagai raja, merasa kekuasaan lama yang pernah ada harus terus berlangsung dengan macam-macam alasan, termasuk kesejahteraan umat.

Nurdin yang juga jurnalis senior ini menyarankan, mereka yang mengklaim diri sebagai raja tersebut sebaiknya mendudukkan diri sebagai anggota masyarakat yang sebenarnya tanpa perlu menjadi raja. Mereka disarankan mencari peran di masyarakat yang lebih masuk akal.
(zik)
Berita Terkait
Gempar, Pria di Maros...
Gempar, Pria di Maros Minta Izin Presiden Jokowi Buat Aliran Kepercayaan Baru ‘Tilaco’
PBNU Minta Pemerintah...
PBNU Minta Pemerintah Serius Tangani Aliran Bab Kesucian di Gowa
Antisipasi Munculnya...
Antisipasi Munculnya Aliran Sesat, Kejari Sinjai Gelar Rakor Pakem
Korban Tewas Aliran...
Korban Tewas Aliran Sesat Kenya Capai 95 Orang, 8 di Antaranya Anak-anak
Heboh Ada Aliran Almahdi...
Heboh Ada Aliran Almahdi di Lampung Utara, Anggota Wajib Setor Uang Bulanan
16 Warga Penganut Aliran...
16 Warga Penganut Aliran Sesat di Pandeglang Akan Dibina
Berita Terkini
Gempa 5,5 Guncang Toli-Toli...
Gempa 5,5 Guncang Toli-Toli Sulteng, BMKG: Waspadai Gempa Susulan
27 menit yang lalu
8 Buffer Zone Disiapkan...
8 Buffer Zone Disiapkan Antisipasi Macet Horor Mudik 2025 di Pelabuhan Merak
2 jam yang lalu
Pemulihan Korban Banjir,...
Pemulihan Korban Banjir, PGN Bantu 3.000 Warga di Bekasi dan Jaktim
2 jam yang lalu
Mutasi Polri, 5 Kapolres...
Mutasi Polri, 5 Kapolres di Lampung Diganti
2 jam yang lalu
Siswa SDN di Cigombong...
Siswa SDN di Cigombong Bogor Ikuti Kegiatan MNC Peduli-MNC Land: Bermain sambil Belajar
2 jam yang lalu
Lebaran di Solo, Jokowi...
Lebaran di Solo, Jokowi Tak Gelar Open House di Rumah
3 jam yang lalu
Infografis
Pemain Termahal di Asia...
Pemain Termahal di Asia Tenggara 2025, Indonesia Mendominasi
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved