Pergerakan Tanah, Ratusan Rumah di Garut Rusak
A
A
A
GARUT - Sebanyak 128 rumah mengalami rusak sedang dan berat akibat pergerakan tanah di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut.
Khawatir pergerakan tanah susulan, sekitar 571 jiwa warga dua dusun di desa tersebut terpaksa diungsikan ke tempat aman.
Danramil Cisompet Kapten Infanteri Samud mengatakan pergerakan tanah itu terjadi di Dusun Ciawi dan Lengkong, Desa Sindangsari. Menurut dia, perumahan warga yang berada di lokasi pergerakan tanah sebanyak 243 rumah.
Menurut Samud, pergerakan tanah terjadi sejak Jumat 19 Februari 2016 malam. Akibat pergerakan tanah itu, sejumlah sawah dan jalan mengalami rekahan, tembok rumah retak, dan terjadi perubahan posisi rumah.
"Rekahan tanah sekitar 10 sentimeter. Ada yang ambles sehingga rumah banyak yang bergeser. Kerusakan rumah tidak ada yang ringan, tapi rusak sedang dan berat," kata Samud, Sabtu (20/2/2016).
Samud menjelaskan, pergerakan tanah itu dipicu oleh guyuran hujan deras setiap hari. Dia menduga, kontur perbukitan dan kondisi tanah yang labil membuat pergerakan tanah meluas. "Awalnya hanya 50 rumah yang rusak," ujarnya.
Khawatir pergerakan tanah susulan, sebanyak 571 jiwa terpaksa mengungsi ke tenda-tenda dan kerabat mereka masing-masing.
"Sampai Sabtu petang, hujan deras masih mengguyur desa tersebut. Warga pun khawatir dan memutuskan mengungsi," katanya.
Samud menyebutkan, ratusan warga lain masih bertahan di rumah mereka. Mereka adalah warga yang rumahnya tidak rusak oleh pergerakan tanah.
"Sewaktu retakan terjadi, terdengar bunyi kretak dari dalam tanah. Bunyi itu bersamaan dengan rumah-rumah yang rusak. Sementara rumah yang tidak rusak, penghuninya masih bertahan tapi mereka sudah diminta tetap waspada dengan kondisi sekitar," sebutnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dadi Dzakaria, didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik Rachmat Supriatin, membenarkan adanya bencana pergerakan tanah yang menimpa dua dusun di Desa Sindangsari Kecamatan Cisompet itu.
Dadi mengungkapkan, pergerakan tanah tersebut disebabkan hujan terus-menerus yang mengguyur Desa Sindangsari selama beberapa hari terakhir. Terlebih, topografi wilayah yang pegunungan dan berbukit membuat daerah itu rawan pergerakan tanah.
"Tapi, tidak terjadi longsor, hanya rekahan tanah yang menyebabkan jalan, sawah, dan rumah rusak," ucapnya.
Menurut Dadi, rekahan tanah di daerah tersebut tak terlepas dari musim kemarau panjang yang menyebabkan tanah mengering dan retak-retak. Ketika diguyur hujan, retakan tanah itu memicu pergerakan tanah.
"Untuk mengantisipasi bencana susulan, kami mengimbau warga yang terdampak segera mengungsi ke tempat aman. Sebagian warga mengungsi ke rumah kerabat mereka, sedangkan sebagian lainnya bernauang di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan BPBD," pungkasnya.
Khawatir pergerakan tanah susulan, sekitar 571 jiwa warga dua dusun di desa tersebut terpaksa diungsikan ke tempat aman.
Danramil Cisompet Kapten Infanteri Samud mengatakan pergerakan tanah itu terjadi di Dusun Ciawi dan Lengkong, Desa Sindangsari. Menurut dia, perumahan warga yang berada di lokasi pergerakan tanah sebanyak 243 rumah.
Menurut Samud, pergerakan tanah terjadi sejak Jumat 19 Februari 2016 malam. Akibat pergerakan tanah itu, sejumlah sawah dan jalan mengalami rekahan, tembok rumah retak, dan terjadi perubahan posisi rumah.
"Rekahan tanah sekitar 10 sentimeter. Ada yang ambles sehingga rumah banyak yang bergeser. Kerusakan rumah tidak ada yang ringan, tapi rusak sedang dan berat," kata Samud, Sabtu (20/2/2016).
Samud menjelaskan, pergerakan tanah itu dipicu oleh guyuran hujan deras setiap hari. Dia menduga, kontur perbukitan dan kondisi tanah yang labil membuat pergerakan tanah meluas. "Awalnya hanya 50 rumah yang rusak," ujarnya.
Khawatir pergerakan tanah susulan, sebanyak 571 jiwa terpaksa mengungsi ke tenda-tenda dan kerabat mereka masing-masing.
"Sampai Sabtu petang, hujan deras masih mengguyur desa tersebut. Warga pun khawatir dan memutuskan mengungsi," katanya.
Samud menyebutkan, ratusan warga lain masih bertahan di rumah mereka. Mereka adalah warga yang rumahnya tidak rusak oleh pergerakan tanah.
"Sewaktu retakan terjadi, terdengar bunyi kretak dari dalam tanah. Bunyi itu bersamaan dengan rumah-rumah yang rusak. Sementara rumah yang tidak rusak, penghuninya masih bertahan tapi mereka sudah diminta tetap waspada dengan kondisi sekitar," sebutnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dadi Dzakaria, didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik Rachmat Supriatin, membenarkan adanya bencana pergerakan tanah yang menimpa dua dusun di Desa Sindangsari Kecamatan Cisompet itu.
Dadi mengungkapkan, pergerakan tanah tersebut disebabkan hujan terus-menerus yang mengguyur Desa Sindangsari selama beberapa hari terakhir. Terlebih, topografi wilayah yang pegunungan dan berbukit membuat daerah itu rawan pergerakan tanah.
"Tapi, tidak terjadi longsor, hanya rekahan tanah yang menyebabkan jalan, sawah, dan rumah rusak," ucapnya.
Menurut Dadi, rekahan tanah di daerah tersebut tak terlepas dari musim kemarau panjang yang menyebabkan tanah mengering dan retak-retak. Ketika diguyur hujan, retakan tanah itu memicu pergerakan tanah.
"Untuk mengantisipasi bencana susulan, kami mengimbau warga yang terdampak segera mengungsi ke tempat aman. Sebagian warga mengungsi ke rumah kerabat mereka, sedangkan sebagian lainnya bernauang di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan BPBD," pungkasnya.
(nag)