Pengakuan ABK Bekerja di Kapal Malaysia Dipaksa Mencuri Ikan di Indonesia
A
A
A
BATAM - Sulitnya pekerjaan di negeri sendiri memaksa puluhan warga Indonesia bekerja di kapal Malaysia. Ironisnya, hanya karena upah yang besar, mereka mau dipaksa mencuri ikan oleh kapal Malaysia di perairan Indonesia.
Gaji besar yang didapat mereka pun menjadi tidak sebanding dengan keuntungan yang dikeruk oleh kapal Malaysia. Puluhan warga Indonesia itu dipekerjakan sebagai Anak Buah Kapal (ABK) kapal Malaysia.
"Gajinya 100 ringgit perhari. Kami pulang ke Malaysia harus bawa ikan, walau menangkap ikan di perairan Indonesia," kata Sutikno, Nahkoda KM PKFA milik Malaysia, di Kantor PSDKP, Jalan Trans Barelang, Jembatan II Barelang, Minggu (14/2/2016).
Hingga kini, sudah dua tahun lebih Sutikno bekerja pada kapal Malaysia. Sebelumnya, dia lama bekerja di daratan Malaysia sebagai kuli kasar. Sedang di dalam kapal, dia langsung diangkat sebagai nahkoda dan punya lima anak buah.
Dia mengaku memilih bekerja di Malaysia karena di Indoensia sulit mendapatkan pekerjaan. Selain itu, upah di Malaysia lebih tinggi ketimbang di Indonesia. Ironisnya, demi gaji besar Sutikno rela mengkhianati negerinya sendiri.
Orang-orang seperti Sutikno cukup banyak jumlahnya. Jika Sutikno terpaksa "melacur" di Malaysia karena tergiur upah yang lebih besar, tidak sedikit juga orang yang bekerja di Indonesia tetapi melacur kepada negara asing. Ironis!
Gaji besar yang didapat mereka pun menjadi tidak sebanding dengan keuntungan yang dikeruk oleh kapal Malaysia. Puluhan warga Indonesia itu dipekerjakan sebagai Anak Buah Kapal (ABK) kapal Malaysia.
"Gajinya 100 ringgit perhari. Kami pulang ke Malaysia harus bawa ikan, walau menangkap ikan di perairan Indonesia," kata Sutikno, Nahkoda KM PKFA milik Malaysia, di Kantor PSDKP, Jalan Trans Barelang, Jembatan II Barelang, Minggu (14/2/2016).
Hingga kini, sudah dua tahun lebih Sutikno bekerja pada kapal Malaysia. Sebelumnya, dia lama bekerja di daratan Malaysia sebagai kuli kasar. Sedang di dalam kapal, dia langsung diangkat sebagai nahkoda dan punya lima anak buah.
Dia mengaku memilih bekerja di Malaysia karena di Indoensia sulit mendapatkan pekerjaan. Selain itu, upah di Malaysia lebih tinggi ketimbang di Indonesia. Ironisnya, demi gaji besar Sutikno rela mengkhianati negerinya sendiri.
Orang-orang seperti Sutikno cukup banyak jumlahnya. Jika Sutikno terpaksa "melacur" di Malaysia karena tergiur upah yang lebih besar, tidak sedikit juga orang yang bekerja di Indonesia tetapi melacur kepada negara asing. Ironis!
(san)