Hujan Deras Iringi Pemberangkatan Jenazah Polisi Korban Keganasan Teroris Poso

Rabu, 10 Februari 2016 - 21:49 WIB
Hujan Deras Iringi Pemberangkatan...
Hujan Deras Iringi Pemberangkatan Jenazah Polisi Korban Keganasan Teroris Poso
A A A
SEI RAMPAH - Hujan deras mengiringi pemberangkatan jasad Brigadir Kepala Anumerta Wahyudi Syahputra ke Pemakaman Umum di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai (Sergai), Sumatera Utara, Rabu (10/2/2016).

Jenazah korban keganasan kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah ini bahkan tak sempat disemayamkan di rumah duka. Mobil ambulans yang membawanya dari KNIA, langsung berhenti di Masjid Al Huda, KampungTempel, Kelurahan Simpang Tiga Pekan, Kecamatan Perbaungan.

Warga tampak berjubel di masjid yang berjarak 300 meter dari rumah orangtua korban, Anjasmani (60) dan Juriah (48). Sepasukan Brimob juga telah bersiaga dalam barisan upacara.

Seusai disalatkan, persis pukul 17.00 WIB, Suwardi, Kepala Lingkungan setempat, mewakili keluarga menyerahkan jasad bapak dari dua anak, Fahmi Syahputra (5) dan Aldi (1) ini kepada pihak Kepolisian, guna pelaksanaan upacara pemakaman secara kedinasan.

Hujan yang turun dengan derasnya sesaat setelah jasad almarhum mulai disalatkan tak mengurangi kekhidmatan upacara tersebut.

Acara yang berlangsung di halaman Masjid Al Huda, dikomandani Kompol Hendra Budianto, Kanit Anti Teror Sat Resmob Sumut. Sedangkan Inspektur Upacara adalah Waka Kor Brimob Polri Brigadir Jenderal Anang Refa Daka.

Tampak hadir, Wakapolda Sumut Brigjen Pol Ilham Salahudin, Kapolres Sergai AKBP Hernowo Yulianto, Dandim 0204/DS Letkol Inf Handryan Indrawira, Sekdakab Haris Fadillah, Ketua DPRD Sergai Syahlan Siregar, Bupati Terpilih Sergai Soekirman, dan Camat Perbaungan Akmal Koto.

"Brigadir Wahyudi Syahputra adalah polisi yang gagah berani. Dia gugur dalam operasi yang digelar Polri bersama TNI untuk memberantas kelompok teroris Santoso, di Poso," kata Brigjen Pol Anang Refa Daka.

"Percayalah, pengorbanan almarhum tidak sia-sia untuk negara dan bangsa ini," tambahnya.

Sementara, Anjasamani, ayah Wahyudi, tampak lebih banyak diam. Sedangkan istrinya Juriah, lebih sering menangis. Bahkan,dia harus dipapah sanak keluarga.

"Begitu jadi polisi tahun 2005 lalu, almarhum ini baru pulang dua kali. Yang ketiganya, yang ini," ungkap Herianto, kerabat korban.

PILIHAN:
Diana Fitrie Ingin Ivy Safatilah Dimakamkan di Yogyakarta

Jatuh saat Mesin Hidup, Super Tucano Seperti Membuat Lubang
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2158 seconds (0.1#10.140)