Oky Sempat Ragu Mendaki Gunung Merbabu
A
A
A
SEMARANG - Suasana duka masih menyelimuti kediaman mendiang Oky Kumara Putra (17), pendaki Gunung Merbabu yang meninggal akibat hipotermia pada Minggu (7/2/2016) dini hari.
Saat KORAN SINDO menyambangi rumah korban di Jalan Mustokoweni 2 RT 2/RW 1, Kelurahan Plombokan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (8/2/2016) siang, tenda sederhana masih terpasang.
Di tengah suasana rintik hujan, Rofiq Setiawan (49), ayah Oky, bercerita bahwa Oky memang belum pernah punya pengalaman naik gunung alias baru pertama kali.
"Hari Sabtu (7/2/2016) jam 8 pagi, pamitan. Pergi sama teman-teman temannya mau naik gunung di Merbabu," kata Rofiq dengan mata yang masih memerah.
Dia tidak tahu persis berapa orang yang ikut bersama Oky. Setahunya, sekira 15 anak-anak. Oky kemudian pergi membonceng sepeda motor temannya. Mulanya, tak ada perasaan waswas.
Baru ketika Minggu dini hari, Rofiq kaget. Ini setelah istrinya, tiba-tiba bangun dari tidur, sekira pukul 01.30 WIB. "Saya seperti dibangunkan Oky, ini saya cerita sampai merinding," sambung Solekhah (43), ibunda Oky.
Ternyata, itu adalah sebuah firasat. Siang hari, sekira pukul 12.00 WIB, suaminya mendapat telepon dari Polsek Getasan, mengonfirmasi soal Oky yang naik Gunung Merbabu sembari memberi informasi bahwa Oky meninggal dunia.
"Saya langsung ke RSUD Salatiga, mengurus segala keperluannya. Langsung dibawa ke Semarang, malamnya pukul 21.00 (Minggu) langsung dimakamkan di TPU Bergota," sambung Rofiq.
Rofiq tak menyangka Oky pergi begitu cepat untuk selama-lamanya. Oky adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dia satu-satunya anak laki-laki di keluarga. Kakaknya bernama Rafika Putri Kumala Sari. Sementara, adik-adiknya adalah Yulinda Putri Kumala Sari dan Lanofa Putri Kumala Setiawan. Oky adalah siswa kelas II SMKN 10 Semarang jurusan pelayaran.
Oky adalah anak yang penurut, taat ibadah dan tergolong pintar. "Tadi wali kelasnya takziah ke sini. Memang Oky baru pertama kali ini naik gunung," lanjut dia.
Meninggalnya Oky juga jadi cerita sendiri bagi kakaknya, Rafika Putri Kumala Sari. Dia yang ikut menemui KORAN SINDO di rumahnya, mengenang sampai Jumat malam, atau sehari sebelum berpamitan naik gunung, Oky sempat ragu.
Rafika mengatakan, dirinya sempat bertanya apakah Oky jadi atau tidak naik gunung. "Bingung iki, Mbak," kata Rafika menirukan jawaban adiknya.
"Tapi paginya, tahu-tahu sudah packing dan pamitan," tambah Fika, sapaan akrabnya.
Setahu Fika, Oky membawa perlengkapan yang minim. Hanya satu celana pendek, satu celana panjang, kaus oblong, jaket dan sarung tangan. Itu ditaruh di tas carrier.
"Pas adik saya sudah meninggal, saya lihat cuma pakai kaus dan celana pendek. Tasnya juga kembali. Isinya masih lengkap, ada juga handphone lengkap dengan tongsis masih ada. Di filenya masih ada video dan foto-foto perjalanan dan waktu sudah mulai naik gunung," lanjut Fika.
Dia bercerita, meskipun tidak punya riwayat sakit, adiknya memang tidak betah jika dingin. "Kalau diajak arisan keluarga ke Banjarnegara, tidak mau. Katanya dingin," sambungnya.
Saudara Oky, Cici, juga punya firasat tersendiri. Menurutnya, dia sebagai saudara perempuan yang paling dekat. "Minggu jam 2 pagi, saya seperti dibangunin Oky. Katanya,'Mbak, kowe ra mbalik ngopo (kamu kenapa tidak pulang)'," kata Cici.
Ternyata, itu adalah firasat. Cici yang tinggal bersama suaminya di Taman Sari Pedurungan Semarang, akhirnya mendapat kabar Oky meninggal dunia di Gunung Merbabu.
"Cita-citanya mau kerja di pelayaran. Sempat ngomong ke saya, kalau uang gajinya mau dikasih semua ke orangtua," tutup Cici mengenang.
Saat KORAN SINDO menyambangi rumah korban di Jalan Mustokoweni 2 RT 2/RW 1, Kelurahan Plombokan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (8/2/2016) siang, tenda sederhana masih terpasang.
Di tengah suasana rintik hujan, Rofiq Setiawan (49), ayah Oky, bercerita bahwa Oky memang belum pernah punya pengalaman naik gunung alias baru pertama kali.
"Hari Sabtu (7/2/2016) jam 8 pagi, pamitan. Pergi sama teman-teman temannya mau naik gunung di Merbabu," kata Rofiq dengan mata yang masih memerah.
Dia tidak tahu persis berapa orang yang ikut bersama Oky. Setahunya, sekira 15 anak-anak. Oky kemudian pergi membonceng sepeda motor temannya. Mulanya, tak ada perasaan waswas.
Baru ketika Minggu dini hari, Rofiq kaget. Ini setelah istrinya, tiba-tiba bangun dari tidur, sekira pukul 01.30 WIB. "Saya seperti dibangunkan Oky, ini saya cerita sampai merinding," sambung Solekhah (43), ibunda Oky.
Ternyata, itu adalah sebuah firasat. Siang hari, sekira pukul 12.00 WIB, suaminya mendapat telepon dari Polsek Getasan, mengonfirmasi soal Oky yang naik Gunung Merbabu sembari memberi informasi bahwa Oky meninggal dunia.
"Saya langsung ke RSUD Salatiga, mengurus segala keperluannya. Langsung dibawa ke Semarang, malamnya pukul 21.00 (Minggu) langsung dimakamkan di TPU Bergota," sambung Rofiq.
Rofiq tak menyangka Oky pergi begitu cepat untuk selama-lamanya. Oky adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dia satu-satunya anak laki-laki di keluarga. Kakaknya bernama Rafika Putri Kumala Sari. Sementara, adik-adiknya adalah Yulinda Putri Kumala Sari dan Lanofa Putri Kumala Setiawan. Oky adalah siswa kelas II SMKN 10 Semarang jurusan pelayaran.
Oky adalah anak yang penurut, taat ibadah dan tergolong pintar. "Tadi wali kelasnya takziah ke sini. Memang Oky baru pertama kali ini naik gunung," lanjut dia.
Meninggalnya Oky juga jadi cerita sendiri bagi kakaknya, Rafika Putri Kumala Sari. Dia yang ikut menemui KORAN SINDO di rumahnya, mengenang sampai Jumat malam, atau sehari sebelum berpamitan naik gunung, Oky sempat ragu.
Rafika mengatakan, dirinya sempat bertanya apakah Oky jadi atau tidak naik gunung. "Bingung iki, Mbak," kata Rafika menirukan jawaban adiknya.
"Tapi paginya, tahu-tahu sudah packing dan pamitan," tambah Fika, sapaan akrabnya.
Setahu Fika, Oky membawa perlengkapan yang minim. Hanya satu celana pendek, satu celana panjang, kaus oblong, jaket dan sarung tangan. Itu ditaruh di tas carrier.
"Pas adik saya sudah meninggal, saya lihat cuma pakai kaus dan celana pendek. Tasnya juga kembali. Isinya masih lengkap, ada juga handphone lengkap dengan tongsis masih ada. Di filenya masih ada video dan foto-foto perjalanan dan waktu sudah mulai naik gunung," lanjut Fika.
Dia bercerita, meskipun tidak punya riwayat sakit, adiknya memang tidak betah jika dingin. "Kalau diajak arisan keluarga ke Banjarnegara, tidak mau. Katanya dingin," sambungnya.
Saudara Oky, Cici, juga punya firasat tersendiri. Menurutnya, dia sebagai saudara perempuan yang paling dekat. "Minggu jam 2 pagi, saya seperti dibangunin Oky. Katanya,'Mbak, kowe ra mbalik ngopo (kamu kenapa tidak pulang)'," kata Cici.
Ternyata, itu adalah firasat. Cici yang tinggal bersama suaminya di Taman Sari Pedurungan Semarang, akhirnya mendapat kabar Oky meninggal dunia di Gunung Merbabu.
"Cita-citanya mau kerja di pelayaran. Sempat ngomong ke saya, kalau uang gajinya mau dikasih semua ke orangtua," tutup Cici mengenang.
(zik)