Racun untuk Membunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Seharga 1.000 Dinar
A
A
A
SURABAYA - Peristiwa terbunuhnya salah satu Khulafaur-Rasyidin yakni Ali bin Thalib juga tidak lepas karena racun seperti halnya Wayan Mirna Salihin. Sejarah mencatat bahwa menantu Nabi Muhammad SAW itu terbunuh melalui racun yang dilumurkan dalam sebilah pedang.
Bahkan, dalam literatur salah satunya dalam Shahih Tarikh Ath Thabari Al Rusul Wa Al Muluk tercatat racun yang digunakan untuk membunuh Sayyidina Ali ini seharga 1.000 Dinar.
Peneliti Sejarah Brains Community Muhammad Hafi mengatakan, peristiwa itu terjadi setelah Perang Siffin. Tepatnya pada 19 Ramadan tahun 40 Hijriah di Masjid Najaf.
"Saat itu Ali bin Abi Thalib sedang mengimami shalat jamaah subuh di masjid tersebut dan setelah sujud terakhir langsung ditebas seorang pembunuh yang bernama Abdurraham bin Muljam. Dan pedangnya itu sudah dilumuri racun yang dahsyat," kata Hafi saat berbincang, di Surabaya, Kamis (4/2/2016).
Menurut Hafi, motif dari peristiwa tersebut adalah perbedaan teologi. Oleh Golongan Abdurrahman Bin Muljam, Ali Bin Abi Thalib sudah dihukumi sebagai kafir.
Hafi menjelaskan, racun yang dilumurkan ke pedang tersebut, didapat dari orang-orang Arab pada waktu itu. Namun setelah peristiwa itu, Sayydina Ali masih bisa bertahan selama dua hari akibat racun tersebut.
Bahkan, sempat mencari tabib hingga ke Mesir untuk mencari kesembuhan dari racun tersebut. Dan ternyata tabib dari Mesir itu tidak bisa menyembuh dan meminta kepada Ali bin Thalib untuk segera menuliskan wasiat.
"Salah satu riwayat menceritakan bahwa tabib tersebut meletakan daging kambing diatas kepala Ali bin Thalib. Daging tersebut gosong karena ganasnya racun. Maka Tabib itu berpesan kepada Ali bin Abu Thalib untuk segera menulis wasiat karena melihat kondisinya yang seperti itu," katanya. Hingga Ali bin Abi Thalib meninggal dunia pada 21 Ramadan tahun 40 Hijriah.
Sementara, nasib Abdurraham bin Muljam ditangkap oleh orang muslim dan dipenjara. Pernah sempat akan dibunuh oleh para sahabat yang hadir pada waktu itu.
Namun, oleh Ali bin Abi Thalib tidak diperbolehkan. Sang pembunuh harus diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.
Riwayat lain juga menyatakan, pernah suatu ketika saat Ali bin Abi Thalib sekarat, putra Hasan bin Abi Thalib membawakan segelas susu. Hal ini untuk menjaga kondisi agar Ali bin Abi Thalib tetap sehat.
"Ini yang membuat terenyuh. Ali bin Abi Thalib menolak susu tersebut dan disuruh memberikan kepada Abdurrahman bin Muljam yang saat itu berada dipenjara. Karena dia lebih membutuhkan," pungkasnya.
Bahkan, dalam literatur salah satunya dalam Shahih Tarikh Ath Thabari Al Rusul Wa Al Muluk tercatat racun yang digunakan untuk membunuh Sayyidina Ali ini seharga 1.000 Dinar.
Peneliti Sejarah Brains Community Muhammad Hafi mengatakan, peristiwa itu terjadi setelah Perang Siffin. Tepatnya pada 19 Ramadan tahun 40 Hijriah di Masjid Najaf.
"Saat itu Ali bin Abi Thalib sedang mengimami shalat jamaah subuh di masjid tersebut dan setelah sujud terakhir langsung ditebas seorang pembunuh yang bernama Abdurraham bin Muljam. Dan pedangnya itu sudah dilumuri racun yang dahsyat," kata Hafi saat berbincang, di Surabaya, Kamis (4/2/2016).
Menurut Hafi, motif dari peristiwa tersebut adalah perbedaan teologi. Oleh Golongan Abdurrahman Bin Muljam, Ali Bin Abi Thalib sudah dihukumi sebagai kafir.
Hafi menjelaskan, racun yang dilumurkan ke pedang tersebut, didapat dari orang-orang Arab pada waktu itu. Namun setelah peristiwa itu, Sayydina Ali masih bisa bertahan selama dua hari akibat racun tersebut.
Bahkan, sempat mencari tabib hingga ke Mesir untuk mencari kesembuhan dari racun tersebut. Dan ternyata tabib dari Mesir itu tidak bisa menyembuh dan meminta kepada Ali bin Thalib untuk segera menuliskan wasiat.
"Salah satu riwayat menceritakan bahwa tabib tersebut meletakan daging kambing diatas kepala Ali bin Thalib. Daging tersebut gosong karena ganasnya racun. Maka Tabib itu berpesan kepada Ali bin Abu Thalib untuk segera menulis wasiat karena melihat kondisinya yang seperti itu," katanya. Hingga Ali bin Abi Thalib meninggal dunia pada 21 Ramadan tahun 40 Hijriah.
Sementara, nasib Abdurraham bin Muljam ditangkap oleh orang muslim dan dipenjara. Pernah sempat akan dibunuh oleh para sahabat yang hadir pada waktu itu.
Namun, oleh Ali bin Abi Thalib tidak diperbolehkan. Sang pembunuh harus diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.
Riwayat lain juga menyatakan, pernah suatu ketika saat Ali bin Abi Thalib sekarat, putra Hasan bin Abi Thalib membawakan segelas susu. Hal ini untuk menjaga kondisi agar Ali bin Abi Thalib tetap sehat.
"Ini yang membuat terenyuh. Ali bin Abi Thalib menolak susu tersebut dan disuruh memberikan kepada Abdurrahman bin Muljam yang saat itu berada dipenjara. Karena dia lebih membutuhkan," pungkasnya.
(sms)