Sekolah Nyaris Roboh, Ian Kasela Waswas
A
A
A
SERANG - Puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bugel, Kampung Bugel, Desa Pasir Limus, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten, terpaksa belajar di ruang kelas yang nyaris roboh.
Siswa dari tiga kelas yakni kelas I, II, dan III terus dihantui waswas saat belajar. Mereka khawatir tertimpa bangunan rusak.
Gedung sekolah sudah mengalami kerusakan parah. Dinding retak, atap rawan ambruk, dan lantai beralaskan tanah. "Pengin bagus sekolahnya, takut kalau hujan, takut rubuh," kata siswi kelas III, Ian Kasela, saat ditemui, Kamis (28/1/2016).
Sementara itu, Guru Kelas I SDN Bugel Eni Suartini mengatakan, selama puluhan tahun mengajar di situ, sekolah tersebut belum pernah dilirik untuk mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Serang. Akibatnya, aktivitas belajar terhenti jika hujan turun.
"Saya suka ikut nangis kalau musim hujan, soalnya ngeri bangunan roboh. Pernah sesekali asbes dan pintu ada yang jatuh, tapi beruntung tidak ada yang sampai nimpa anak-anak, karena kalau hujan anak-anak kita amankan dulu," jelasnya.
Selain itu, sebelum melaksanakan kegiatan belajar, siswa di tiga kelas itu mesti menyiram lantai ruang kelasnya agar tidak berdebu. "Kalau pagi sebelum belajar kami siram dulu tembok sampai lantainya karena ngebul, anak-anak banyak yang batuk-batuk," ujarnya.
Ia juga mengaku, setiap tahun pihak sekolah sudah mengirimkan surat permohonan dan proposal agar sekolah diperbaiki, namun tak kunjung direspons.
"Hampir setiap ajaran baru kami ngirim proposal, bosan, soalnya enggak ada tindak lanjutnya. Yang meninjau sih banyak dari Dindikbud."
Siswa dari tiga kelas yakni kelas I, II, dan III terus dihantui waswas saat belajar. Mereka khawatir tertimpa bangunan rusak.
Gedung sekolah sudah mengalami kerusakan parah. Dinding retak, atap rawan ambruk, dan lantai beralaskan tanah. "Pengin bagus sekolahnya, takut kalau hujan, takut rubuh," kata siswi kelas III, Ian Kasela, saat ditemui, Kamis (28/1/2016).
Sementara itu, Guru Kelas I SDN Bugel Eni Suartini mengatakan, selama puluhan tahun mengajar di situ, sekolah tersebut belum pernah dilirik untuk mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Serang. Akibatnya, aktivitas belajar terhenti jika hujan turun.
"Saya suka ikut nangis kalau musim hujan, soalnya ngeri bangunan roboh. Pernah sesekali asbes dan pintu ada yang jatuh, tapi beruntung tidak ada yang sampai nimpa anak-anak, karena kalau hujan anak-anak kita amankan dulu," jelasnya.
Selain itu, sebelum melaksanakan kegiatan belajar, siswa di tiga kelas itu mesti menyiram lantai ruang kelasnya agar tidak berdebu. "Kalau pagi sebelum belajar kami siram dulu tembok sampai lantainya karena ngebul, anak-anak banyak yang batuk-batuk," ujarnya.
Ia juga mengaku, setiap tahun pihak sekolah sudah mengirimkan surat permohonan dan proposal agar sekolah diperbaiki, namun tak kunjung direspons.
"Hampir setiap ajaran baru kami ngirim proposal, bosan, soalnya enggak ada tindak lanjutnya. Yang meninjau sih banyak dari Dindikbud."
(zik)