Kenapa Gafatar Banyak Merekrut Perempuan dan Kaum Intelek?
A
A
A
BANDUNG - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat hingga kini belum menemukan penyebab banyaknya perempuan yang direkrut oleh Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Hal itu membuat pihak MUI heran.
"Saya tidak tahu persis apa pola yang diterapkan mereka (merekrut perempuan)," ujar Sekretaris Umum MUI Jawa Barat Rafani Achyar, kepada wartawan, Senin (25/1/2016).
Tapi dugaan sementara, mereka mudah direkrut karena rentan terhadap pengaruh yang diberikan pengikut Gafatar. Hasilnya, mereka ikut terjebak dan bergabung dengan Gafatar. Hal sama juga terjadi pada mereka yang masih anak-anak.
"Mungkin perempuan dan anak-anak lebih mudah dipengaruhi. Anak-anak mungkin karena masih lugu. Kalau perempuan mungkin karena dijanjikan sesuatu," ungkapnya.
Di luar perempuan dan anak-anak, Gafatar juga merekrut kalangan intelektual atau mereka yang berpendidikan cukup tinggi. Aktivitas sosial yang dilakukan Gafatar disinyalir jadi penyebab kalangan intelektual mau bergabung.
Mereka kemungkinan merasa tersentuh dengan pola kebaikan yang diamalkan oleh Gafatar. Sedangkan bagi kalangan menengah bawah, tertariknya mereka bergabung dengan Gafatar karena mereka jadi penerima berbagai bantuan yang digelar Gafatar.
Bagi mereka yang malas beribadah dengan alasan kesibukan, Gafatar juga dinilai memudahkan. Sebab mereka tidak perlu melaksanakan salat. Tapi dalam saat bersamaan, mereka bisa melaksanakan kebaikan secara nyata.
"Pasti menurut saya ada satu kekuatan yang mendorong mereka semua bergabung, mungkin karena dorongan ideologi atau doktrin keyakinan. Tapi ini masih analisa," pungkas Rafani.
"Saya tidak tahu persis apa pola yang diterapkan mereka (merekrut perempuan)," ujar Sekretaris Umum MUI Jawa Barat Rafani Achyar, kepada wartawan, Senin (25/1/2016).
Tapi dugaan sementara, mereka mudah direkrut karena rentan terhadap pengaruh yang diberikan pengikut Gafatar. Hasilnya, mereka ikut terjebak dan bergabung dengan Gafatar. Hal sama juga terjadi pada mereka yang masih anak-anak.
"Mungkin perempuan dan anak-anak lebih mudah dipengaruhi. Anak-anak mungkin karena masih lugu. Kalau perempuan mungkin karena dijanjikan sesuatu," ungkapnya.
Di luar perempuan dan anak-anak, Gafatar juga merekrut kalangan intelektual atau mereka yang berpendidikan cukup tinggi. Aktivitas sosial yang dilakukan Gafatar disinyalir jadi penyebab kalangan intelektual mau bergabung.
Mereka kemungkinan merasa tersentuh dengan pola kebaikan yang diamalkan oleh Gafatar. Sedangkan bagi kalangan menengah bawah, tertariknya mereka bergabung dengan Gafatar karena mereka jadi penerima berbagai bantuan yang digelar Gafatar.
Bagi mereka yang malas beribadah dengan alasan kesibukan, Gafatar juga dinilai memudahkan. Sebab mereka tidak perlu melaksanakan salat. Tapi dalam saat bersamaan, mereka bisa melaksanakan kebaikan secara nyata.
"Pasti menurut saya ada satu kekuatan yang mendorong mereka semua bergabung, mungkin karena dorongan ideologi atau doktrin keyakinan. Tapi ini masih analisa," pungkas Rafani.
(san)