Derita Kanker Tulang, Sonia Adelia Tak Bisa Bersekolah
A
A
A
CIAMIS - Sonia Adelia Indriani (17), pelajar kelas XII di salah satu sekolah menengah kejuruan negeri di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kini kondisinya cukup memprihatinkan.
Selama dua bulan terakhir, dia hanya tergolek lemah. Warga Dusun Rancautama RT 01 RW 07 Desa Pawindan, Kecamatan Ciamis ini menderita kanker tulang atau osteosarkoma, sehingga membuatnya tidak bisa lagi beraktivitas dan pergi ke sekolah.
Benjolan cukup besar tampak di lutut sebelah kanannya. Kini, sehari-harinya, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Ina Herlina dan Didi Rasadisatra ini hanya tidur di sebuah kasur yang sengaja disimpan di tengah rumah dan sesekali memainkan smartphone yang dimilikinya atau nonton televisi.
Padahal, sebelum kanker tulang menyerang kakinya, Sonia merupakan siswi yang aktif di berbagai bidang, salah satunya beladiri karate.
Menurut ibunya, Ina Herlina, tanda-tanda sakit yang diderita Sonia berawal dari umur 10 tahun ketika duduk di kelas 5 sekolah dasar. Saat itu, Sonia sering mengeluh sakit pada bagian belakang lututnya.
Awalnya, dia mengira Sonia hanya terkilir atau keseleo biasa. Lalu keluarga mencoba menyembuhkannya dengan cara dipijat, namun kondisinya tidak membaik.
"Waktu di kelas 1 SMP, mulai terlihat ada pembengkakan, lalu kami bawa ke dokter untuk diobati, dokter memberi obat, tapi bengkaknya tidak sembuh-sembuh tidak mengecil, jadi pengobatannya dihentikan sementara," ungkapnnya saat ditemui di kediamannya.
Bengkak semakin membesar, bahkan timbul benjolan. Keluarga yang khawatir dengan kondisi kaki Sonia yang semakin parah, lalu membawanya ke RSUD Ciamis. Dokter menyimpulkan dan memvonis kaki Sonia terserang osteosarkoma dan harus segera diamputasi.
Pihak rumah sakit kemudian merujuknya ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung serta melakukan observasi di sana selama satu bulan.
"Karena tidak ada biaya untuk terus melakukan observasi dengan biaya Rp3.500.000, akhirnya keluarga memutuskan untuk pulang kembali ke Ciamis dan tidak berobat lagi. Tadinya keluarga juga keberatan apabila kaki Sonia harus diamputasi," tuturnya.
Meski benjolan pada lutut kanan membesar, Sonia masih tetap bisa beraktivitas seperti biasanya. Bahkan, pergi ke sekolah menggunakan sepeda motor sendiri.
Namun, di akhir tahun 2015 kondisi lututnya semakin membengkak dan membesar. Sakit sering dirasakannya. Selepas ujian akhir sekolah, kondisi Sonia drop, tidak bisa lagi berjalan dan melakukan aktivitas.
"Sekarang sudah tidak bisa beraktivitas, ke sekolah juga tidak bisa. Waktu terakhir sekolah itu pas sedang ujian, setiap hari diantar jemput karena ingin ikut ujian," katanya.
Beberapa waktu lalu, keluarga memutuskan untuk menyembuhkan Sonia dengan kembali membawanya ke RS Hasan Sadikin Bandung.
"Kemarin sudah ke Bandung lagi, tetapi karena kondisi Sonia kurang baik sehingga tidak bisa dilakukan operasi. Dokter menyarankan untuk dirawat terlebih dahulu, jadi kembali lagi dulu ke Ciamis. Tadinya mau di rawat di sini, tapi rumah sakit penuh, yang penting sekarang kondisinya harus baik dulu," paparnya.
Menurut Ina, guru-guru dan teman-teman di sekolah Sonia dari SMP maupun SMK sangat baik. Mereka datang untuk memberikan dukungan kepada Sonia agar tetap semangat.
Pihak pemerintah desa pun demikian. Mereka telah melihat langsung kondisi Sonia. Namun, Pemerintah Kabupaten Ciamis sampai saat ini belum ada perhatiannya sama sekali.
"Kemarin informasi katanya, ibu bupati mau datang ke sini, mungkin karena kesibukannya jadi belum sempat ke sini."
Paman Sonia, Ilan Heryana menambahkan, yang dibutuhkan Sonia saat ini adalah dukungan moril maupun finansial. Sebab, bagaimanapun untuk operasi dan pascaoperasi memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Anda berminat membantu?
PILIHAN:
Tugu Juang Lobusona, Saksi Perjuangan Melawan Belanda
Selama dua bulan terakhir, dia hanya tergolek lemah. Warga Dusun Rancautama RT 01 RW 07 Desa Pawindan, Kecamatan Ciamis ini menderita kanker tulang atau osteosarkoma, sehingga membuatnya tidak bisa lagi beraktivitas dan pergi ke sekolah.
Benjolan cukup besar tampak di lutut sebelah kanannya. Kini, sehari-harinya, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Ina Herlina dan Didi Rasadisatra ini hanya tidur di sebuah kasur yang sengaja disimpan di tengah rumah dan sesekali memainkan smartphone yang dimilikinya atau nonton televisi.
Padahal, sebelum kanker tulang menyerang kakinya, Sonia merupakan siswi yang aktif di berbagai bidang, salah satunya beladiri karate.
Menurut ibunya, Ina Herlina, tanda-tanda sakit yang diderita Sonia berawal dari umur 10 tahun ketika duduk di kelas 5 sekolah dasar. Saat itu, Sonia sering mengeluh sakit pada bagian belakang lututnya.
Awalnya, dia mengira Sonia hanya terkilir atau keseleo biasa. Lalu keluarga mencoba menyembuhkannya dengan cara dipijat, namun kondisinya tidak membaik.
"Waktu di kelas 1 SMP, mulai terlihat ada pembengkakan, lalu kami bawa ke dokter untuk diobati, dokter memberi obat, tapi bengkaknya tidak sembuh-sembuh tidak mengecil, jadi pengobatannya dihentikan sementara," ungkapnnya saat ditemui di kediamannya.
Bengkak semakin membesar, bahkan timbul benjolan. Keluarga yang khawatir dengan kondisi kaki Sonia yang semakin parah, lalu membawanya ke RSUD Ciamis. Dokter menyimpulkan dan memvonis kaki Sonia terserang osteosarkoma dan harus segera diamputasi.
Pihak rumah sakit kemudian merujuknya ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung serta melakukan observasi di sana selama satu bulan.
"Karena tidak ada biaya untuk terus melakukan observasi dengan biaya Rp3.500.000, akhirnya keluarga memutuskan untuk pulang kembali ke Ciamis dan tidak berobat lagi. Tadinya keluarga juga keberatan apabila kaki Sonia harus diamputasi," tuturnya.
Meski benjolan pada lutut kanan membesar, Sonia masih tetap bisa beraktivitas seperti biasanya. Bahkan, pergi ke sekolah menggunakan sepeda motor sendiri.
Namun, di akhir tahun 2015 kondisi lututnya semakin membengkak dan membesar. Sakit sering dirasakannya. Selepas ujian akhir sekolah, kondisi Sonia drop, tidak bisa lagi berjalan dan melakukan aktivitas.
"Sekarang sudah tidak bisa beraktivitas, ke sekolah juga tidak bisa. Waktu terakhir sekolah itu pas sedang ujian, setiap hari diantar jemput karena ingin ikut ujian," katanya.
Beberapa waktu lalu, keluarga memutuskan untuk menyembuhkan Sonia dengan kembali membawanya ke RS Hasan Sadikin Bandung.
"Kemarin sudah ke Bandung lagi, tetapi karena kondisi Sonia kurang baik sehingga tidak bisa dilakukan operasi. Dokter menyarankan untuk dirawat terlebih dahulu, jadi kembali lagi dulu ke Ciamis. Tadinya mau di rawat di sini, tapi rumah sakit penuh, yang penting sekarang kondisinya harus baik dulu," paparnya.
Menurut Ina, guru-guru dan teman-teman di sekolah Sonia dari SMP maupun SMK sangat baik. Mereka datang untuk memberikan dukungan kepada Sonia agar tetap semangat.
Pihak pemerintah desa pun demikian. Mereka telah melihat langsung kondisi Sonia. Namun, Pemerintah Kabupaten Ciamis sampai saat ini belum ada perhatiannya sama sekali.
"Kemarin informasi katanya, ibu bupati mau datang ke sini, mungkin karena kesibukannya jadi belum sempat ke sini."
Paman Sonia, Ilan Heryana menambahkan, yang dibutuhkan Sonia saat ini adalah dukungan moril maupun finansial. Sebab, bagaimanapun untuk operasi dan pascaoperasi memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Anda berminat membantu?
PILIHAN:
Tugu Juang Lobusona, Saksi Perjuangan Melawan Belanda
(zik)