Satu Keluarga Asal Jeneponto Hilang sejak Oktober 2015
A
A
A
MAKASSAR - Satu keluarga di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang terdiri dari suami, istri, dan dua anak serta seorang pekerja rumah tangganya hilang sejak Oktober 2015. Diduga, mereka menjadi pengikut organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)
Kelimanya yakni Abdul Qadir Nasir (32), Hasriani Hafid (30), seorang anak laki-laki, Habiyan (3), seorang bayi perempuan, Berlian (6 bulan), dan seorang pembantu rumah tangga, Ratih (25). Mereka hilang sejak 20 Oktober 2015.
Ayah kandung Hasriani, Abdul Hafidz, yang dihubungi mengatakan, anak dan menantunya sejak beberapa tahun terakhir menjadi anggota organisasi Gafatar.
"Sejak tahun 2011, menantu saya itu Ketua Gafatar di Jeneponto, kalau di Sulsel dia sekretaris. Di rumahnya banyak buku-buku Gafatar," ujarnya, Selasa (12/1/2015) malam.
Ia menjelaskan, dirinya telah melaporkan perihal hilangnya anak, menantu, dan cucunya pada pihak Polda Sulselbar sejak November 2015. Namun, sampai tadi malam belum ada informasi mengenai keberadaan mereka.
Menurutnya, sejak meninggalkan rumah mereka di Jalan Lingkar, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Hasriani hanya menghubungi ibunya sebanyak satu kali, yakni pada Desember 2015 lalu.
"Cuma satu kali, tapi habis itu nomornya tidak pernah aktif," lanjutnya.
Sejak anaknya aktif di organisasi tersebut, dia mengatakan terjadi perubahan drastis pada ketaatan beragama keluarga anaknya tersebut. Hasriani yang merupakan PNS di Kabupaten Jeneponto tersebut disebutnya tidak lagi melaksanakan salat lima waktu, apalagi puasa Ramadan.
Ia mengaku khawatir melihat perubahan tersebut dan cemas terhadap keselamatan keluarganya saat ini. Karena itu, ia berharap aparat keamanan segera menemukan mereka.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Frans Barung Mangera membenarkan adanya orang hilang tersebut. Menurutnya hal itu sudah dilaporkan ke Polda Sulselbar pada November 2015.
"Kontak terakhir berada di Bandung 30 Desember 2015," jelasnya, Selasa (12/1/2016) malam.
Kabid Humas meminta agar hal ini menjadi perhatian Mabes Polri dan diharapkan masing-masing polres mendata warga yang hilang terutama mereka yang masuk kelompok tertentu.
"Kelompok Gafatar menjadi sorotan nasional dengan sepak terjangnya seperti digambarkan di atas," pungkasnya.
Kelimanya yakni Abdul Qadir Nasir (32), Hasriani Hafid (30), seorang anak laki-laki, Habiyan (3), seorang bayi perempuan, Berlian (6 bulan), dan seorang pembantu rumah tangga, Ratih (25). Mereka hilang sejak 20 Oktober 2015.
Ayah kandung Hasriani, Abdul Hafidz, yang dihubungi mengatakan, anak dan menantunya sejak beberapa tahun terakhir menjadi anggota organisasi Gafatar.
"Sejak tahun 2011, menantu saya itu Ketua Gafatar di Jeneponto, kalau di Sulsel dia sekretaris. Di rumahnya banyak buku-buku Gafatar," ujarnya, Selasa (12/1/2015) malam.
Ia menjelaskan, dirinya telah melaporkan perihal hilangnya anak, menantu, dan cucunya pada pihak Polda Sulselbar sejak November 2015. Namun, sampai tadi malam belum ada informasi mengenai keberadaan mereka.
Menurutnya, sejak meninggalkan rumah mereka di Jalan Lingkar, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Hasriani hanya menghubungi ibunya sebanyak satu kali, yakni pada Desember 2015 lalu.
"Cuma satu kali, tapi habis itu nomornya tidak pernah aktif," lanjutnya.
Sejak anaknya aktif di organisasi tersebut, dia mengatakan terjadi perubahan drastis pada ketaatan beragama keluarga anaknya tersebut. Hasriani yang merupakan PNS di Kabupaten Jeneponto tersebut disebutnya tidak lagi melaksanakan salat lima waktu, apalagi puasa Ramadan.
Ia mengaku khawatir melihat perubahan tersebut dan cemas terhadap keselamatan keluarganya saat ini. Karena itu, ia berharap aparat keamanan segera menemukan mereka.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Frans Barung Mangera membenarkan adanya orang hilang tersebut. Menurutnya hal itu sudah dilaporkan ke Polda Sulselbar pada November 2015.
"Kontak terakhir berada di Bandung 30 Desember 2015," jelasnya, Selasa (12/1/2016) malam.
Kabid Humas meminta agar hal ini menjadi perhatian Mabes Polri dan diharapkan masing-masing polres mendata warga yang hilang terutama mereka yang masuk kelompok tertentu.
"Kelompok Gafatar menjadi sorotan nasional dengan sepak terjangnya seperti digambarkan di atas," pungkasnya.
(zik)