Dilarang Menikah, Aip Saripudin Gantung Diri di Pohon Nangka
A
A
A
CIAMIS - Nahas dialami Aip Saripudin (25) warga Desa Sumberjaya, Kecamatan Cihaurbeut, Kabupaten Ciamis. Pemuda asal Ciamis ini tewas gantung diri di pohon nangka dengan seutas tali tambang.
Diduga, korban nekat mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri karena frustasi dilarang menikah terlebih dahulu oleh kakak kandungnya yang saat ini masih jomblo.
Kapolsek Cihaurbeuti AKP Dies Ratmono menuturkan, korban ditemukan pertama kali oleh ibunya Esih (60). Saat ditemukan, korban telah tergantung di pohon nangka belakang rumahnya.
Saat itu, Esih hendak membuang air bekas cucian alat rumah tangga di pagi hari. Melihat anaknya tewas tergantung, Esih teriak histeris. Warga yang penasaran akhirnya mendatangi lokasi dan menghubungi polisi.
Setelah mendapat laporan, petugas kepolisian dibantu tim medis langsung menuju lokasi dan melakukan pemeriksaan terhadap jasad korban. Petugas juga langsung melakukan olah tempat kejadian perkara, dan mengevakuasi jasad korban.
Berdasarkan keterangan dari keluarga, beberapa hari belakangan korban yang biasa berjualan makanan ringan ini sempat menyampaikan maksudnya ingin menikah dengan wanita pujaan hatinya.
Namun kakak korban Enceng, melarang keinginan korban dengan alasan tidak mau dilangkahi. Mendengar keterangan itu, korban lantas menjadi murung, pendiam, dan uring-uringan.
Menurut kakak kandung korban Titin, keluarga sebetulnya tidak melarang korban untuk menikah. Namun sebelum menikah harus memiliki cukup bekal dan pekerjaan yang layak. Aip merupakan anak ke-6 dari tujuh bersaudara.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dan tim identifikasi, korban langsung dimandikan untuk kemudian jasad korban dikebumikan di pemakaman umum desa setempat.
Diduga, korban nekat mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri karena frustasi dilarang menikah terlebih dahulu oleh kakak kandungnya yang saat ini masih jomblo.
Kapolsek Cihaurbeuti AKP Dies Ratmono menuturkan, korban ditemukan pertama kali oleh ibunya Esih (60). Saat ditemukan, korban telah tergantung di pohon nangka belakang rumahnya.
Saat itu, Esih hendak membuang air bekas cucian alat rumah tangga di pagi hari. Melihat anaknya tewas tergantung, Esih teriak histeris. Warga yang penasaran akhirnya mendatangi lokasi dan menghubungi polisi.
Setelah mendapat laporan, petugas kepolisian dibantu tim medis langsung menuju lokasi dan melakukan pemeriksaan terhadap jasad korban. Petugas juga langsung melakukan olah tempat kejadian perkara, dan mengevakuasi jasad korban.
Berdasarkan keterangan dari keluarga, beberapa hari belakangan korban yang biasa berjualan makanan ringan ini sempat menyampaikan maksudnya ingin menikah dengan wanita pujaan hatinya.
Namun kakak korban Enceng, melarang keinginan korban dengan alasan tidak mau dilangkahi. Mendengar keterangan itu, korban lantas menjadi murung, pendiam, dan uring-uringan.
Menurut kakak kandung korban Titin, keluarga sebetulnya tidak melarang korban untuk menikah. Namun sebelum menikah harus memiliki cukup bekal dan pekerjaan yang layak. Aip merupakan anak ke-6 dari tujuh bersaudara.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dan tim identifikasi, korban langsung dimandikan untuk kemudian jasad korban dikebumikan di pemakaman umum desa setempat.
(san)