65.000 Warga Karawang Alami Buta Aksara
A
A
A
KARAWANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sedikitnya ada 65.000 warga Karawang yang masih buta aksara. Angka ini dipertanyakan oleh Pemkab Karawang, karena dinilai terlalu tinggi.
“Kami akan melakukan pendataan ulang sebagai data pembanding dari data BPS. Bukan kami tidak percaya, tapi untuk memastikan kebenaran data yang dimilki BPS kami akan turun sendiri melakukan pendataan,” kata Kabid Pendidikan Non Formal dan Informal Disdikpora Amid Mulyana, Senin (28/12/2015).
Menurut Amid, pendataan yang dilakukan Pemkab Karawang berbeda dengan yang dilakukan BPS. Oleh karena itu, dia memperkirakan data yang dimiliki BPS akan lebih besar daripada yang dimiliki Pemkab Karawang.
Pendataan buta aksara yang dilakukan oleh Disdikpora hanya melingkupi warga yang berusia 18 sampai 59 tahun. “Jika usianya 60 tahun ke atas tidak dihitung ke dalam warga yang buta aksara,” tuturnya.
Amid menjelaskan, untuk melakukan pendataan warga yang buta aksara, pihaknya akan menugaskan guru PAUD yang ada di Karawang untuk melakukan survey. Caranya satu orang guru PAUD mendata jumlah penduduk yang buta aksara di satu RW.
“Jumlah RW di Karawang ada 2.000 lebih, maka diharapkan pendataan itu bisa lebih rill, karena dilakukan ke semua rumah di Karawang,” paparnya.
Menurut Amid, untuk pendataan itu setiap guru PAUD akan mendapatkan honor sebesar Rp100 ribu. Pendataan itu diharapkan bisa dilakukan pada tahun 2016 mendatang, agar didapatkan data warga yang buta aksara by name and by address.
“Setelah ada data maka kami akan mengajukan anggaran di APBD perubahan sesuai jumlah rill warga yang buta aksara,” jelasnya.
Amib berharap, dari data itu dilengkapi dengan nama serta alamat masyarakat yang masih mengalami buta aksara. Dengan demikian pihaknya dapat mengumpulkan dan mendidik warga tersebut agar bisa membaca, menulis, dan menghitung.
“Pemerintah sangat konsen untuk mengentaskan buta aksara ini sesuai dengan intruksi Bu Cellica sebagai Plt bupati,” katanya.
Menurut Amid, semua masyarakat Karawang mau tidak mau harus bisa membaca dan menulis. Sebab kini Karawang menjadi salah satu daerah di Jawa Barat yang terus mengalami perkembangan. “Kami upayakan terus agar terjadi penurunan buta aksara hingga sampai 100 persen nantinya,” pungkasnya.
“Kami akan melakukan pendataan ulang sebagai data pembanding dari data BPS. Bukan kami tidak percaya, tapi untuk memastikan kebenaran data yang dimilki BPS kami akan turun sendiri melakukan pendataan,” kata Kabid Pendidikan Non Formal dan Informal Disdikpora Amid Mulyana, Senin (28/12/2015).
Menurut Amid, pendataan yang dilakukan Pemkab Karawang berbeda dengan yang dilakukan BPS. Oleh karena itu, dia memperkirakan data yang dimiliki BPS akan lebih besar daripada yang dimiliki Pemkab Karawang.
Pendataan buta aksara yang dilakukan oleh Disdikpora hanya melingkupi warga yang berusia 18 sampai 59 tahun. “Jika usianya 60 tahun ke atas tidak dihitung ke dalam warga yang buta aksara,” tuturnya.
Amid menjelaskan, untuk melakukan pendataan warga yang buta aksara, pihaknya akan menugaskan guru PAUD yang ada di Karawang untuk melakukan survey. Caranya satu orang guru PAUD mendata jumlah penduduk yang buta aksara di satu RW.
“Jumlah RW di Karawang ada 2.000 lebih, maka diharapkan pendataan itu bisa lebih rill, karena dilakukan ke semua rumah di Karawang,” paparnya.
Menurut Amid, untuk pendataan itu setiap guru PAUD akan mendapatkan honor sebesar Rp100 ribu. Pendataan itu diharapkan bisa dilakukan pada tahun 2016 mendatang, agar didapatkan data warga yang buta aksara by name and by address.
“Setelah ada data maka kami akan mengajukan anggaran di APBD perubahan sesuai jumlah rill warga yang buta aksara,” jelasnya.
Amib berharap, dari data itu dilengkapi dengan nama serta alamat masyarakat yang masih mengalami buta aksara. Dengan demikian pihaknya dapat mengumpulkan dan mendidik warga tersebut agar bisa membaca, menulis, dan menghitung.
“Pemerintah sangat konsen untuk mengentaskan buta aksara ini sesuai dengan intruksi Bu Cellica sebagai Plt bupati,” katanya.
Menurut Amid, semua masyarakat Karawang mau tidak mau harus bisa membaca dan menulis. Sebab kini Karawang menjadi salah satu daerah di Jawa Barat yang terus mengalami perkembangan. “Kami upayakan terus agar terjadi penurunan buta aksara hingga sampai 100 persen nantinya,” pungkasnya.
(san)