Ketua Perindo Medan Johor Tewas Dianiaya, Diduga Oknum Polisi Terlibat
A
A
A
MEDAN - Ketua Perindo Medan Johor Gidion Ginting (42) tewas dianiaya di pos jaga Pusat Pasar Medan Jalan MT Haryono, Jumat 18 Desember kemarin. Tewasnya kader partai Perindo ini diduga melibatkan seorang oknum Polri dan oknum TNI di lokasi kejadian.
Menurut informasi yang diperoleh aksi penganiayaan berujung kematian itu berawal saat korban yang diketahui warga Jalan Pintu Air IV Lorong Satu Kelurahan Kwala Bekala, Medan Johor terlibat adu mulut dengan salah satu pedagang wanita bermarga Simanjuntak yang diketahui juga ibu dari oknum polisi yang bertugas di Polresta Medan berinisial JS.
Melihat aksi keributan itu, oknum polisi itu pun memerintahkan anggotanya agar korban dibawa masuk secara paksa ke pos jaga.
Aksi paksa tersebut disaksikan oleh dua pedagang lainnya yakni ART dan DS yang dilakukan oleh petugas sekuriti. Bahkan dua pedagang tersebut juga sempat melihat korban ditendang dari belakang agar masuk ke dalam pos jaga. Selanjutnya pintu di pos jaga ditutup agar tidak ada yang melihat aksi penganiayaan bersama-sama itu.
Beberapa saat kemudian korban pun keluar dari pos jaga dengan kondisi lemah. Korban masih menyempatkan diri menelpon adik iparnya, Arison Sembiring dengan maksud menolongnya.
Namun sayang, sang adik ipar tak bisa datang untuk menolongnya. Tak berapa lama korban tergeletak tak jauh dari pos jaga.
Melihat korban tergeletak tak berdaya, para pedagang yang melihat langsung membawanya ke Rumah Sakit Murni Teguh. Meski sudah mendapatkan perawatan medis, nyawa korban tak tertolong lagi. Untuk kepentingan autopsi, korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri Jalan Wahid Hasyim Medan.
Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan masih menyelidiki apakah oknum polisi yang bertugas di Polresta Medan terlibat atau tidak.
"Masih kita selidiki apakah terlibat atau tidak oknum polisi tersebut. Hingga sejauh ini belum ada tersangka. Semua orang masih diperiksa termasuk petuga sekuriti Pusat Pasar," ungkap Mardiaz.
Menurut informasi yang diperoleh aksi penganiayaan berujung kematian itu berawal saat korban yang diketahui warga Jalan Pintu Air IV Lorong Satu Kelurahan Kwala Bekala, Medan Johor terlibat adu mulut dengan salah satu pedagang wanita bermarga Simanjuntak yang diketahui juga ibu dari oknum polisi yang bertugas di Polresta Medan berinisial JS.
Melihat aksi keributan itu, oknum polisi itu pun memerintahkan anggotanya agar korban dibawa masuk secara paksa ke pos jaga.
Aksi paksa tersebut disaksikan oleh dua pedagang lainnya yakni ART dan DS yang dilakukan oleh petugas sekuriti. Bahkan dua pedagang tersebut juga sempat melihat korban ditendang dari belakang agar masuk ke dalam pos jaga. Selanjutnya pintu di pos jaga ditutup agar tidak ada yang melihat aksi penganiayaan bersama-sama itu.
Beberapa saat kemudian korban pun keluar dari pos jaga dengan kondisi lemah. Korban masih menyempatkan diri menelpon adik iparnya, Arison Sembiring dengan maksud menolongnya.
Namun sayang, sang adik ipar tak bisa datang untuk menolongnya. Tak berapa lama korban tergeletak tak jauh dari pos jaga.
Melihat korban tergeletak tak berdaya, para pedagang yang melihat langsung membawanya ke Rumah Sakit Murni Teguh. Meski sudah mendapatkan perawatan medis, nyawa korban tak tertolong lagi. Untuk kepentingan autopsi, korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri Jalan Wahid Hasyim Medan.
Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan masih menyelidiki apakah oknum polisi yang bertugas di Polresta Medan terlibat atau tidak.
"Masih kita selidiki apakah terlibat atau tidak oknum polisi tersebut. Hingga sejauh ini belum ada tersangka. Semua orang masih diperiksa termasuk petuga sekuriti Pusat Pasar," ungkap Mardiaz.
(sms)