Pengurus DPC PDIP Arogan Sebabkan Ida Kalah di Pilkada Bantul
A
A
A
BANTUL - Lima belas tahun berkuasa ternyata tak menjamin mampu memenangkan kembali pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Bantul.
Tarik ulur mulai penjaringan pasangan calon (paslon) yang diusung oleh PDIP memang tempat menyeruak ketika partai penguasa di Bantul ini beberapa bulan sebelum pendaftaran resmi di KPU.
Mantan ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Bantul, Basuki Rahmad menilai arogansi pengurus partai-lah yang sebenarnya menjadi penyebab kekalahan pasangan Sri Suryawidati-Misbakhul Munir.
Selama ini arogansi pengurus partai jelas terlihat, salah satunya adalah tidak meloloskan calon bupati Suharsono.
“Padahal pencalonan Suharsono didukung 14 Pengurus Anak Cabang (Pengurus tingkat Kecamatan) dari 17 PAC,” ujarnya.
Dukungan 14 PAC tersebut sebenarnya menunjukkan suara akar rumput, atau suara mayoritas dari pendukung kalangan bawah.
Hanya saja, ternyata dukungan dari akar rumput tersebut tidak didengar dan justru meloloskan calon petahana. Padahal sebenarnya, kalangan akar rumput sudah menginginkan adanya perubahan.
Arogansi lain yang ditunjukkan oleh pengurus PDIP dengan memecat 14 pengurus PAC yang mendukung pencalonan Suharsono dan menggantikan dengan pengurus yang baru.
Bahkan, pengurus yang baru tersebut banyak yang belum berpengalaman. Pengurus baru masih diragukan kapasitas sumber daya manusianya. “Itu adalah blunder besar,”tandasnya.
Meremehkan suara akar rumput serta mengganti pengurus yang tidak mendukung pencalonan Sri Suryawidati adalah sebuah kesalahan.
Karena semua pengurus yang diganti sebenarnya sudah memiliki para pendukung atau loyalis yang setia terhadap mereka.
Jika diganti, secara otomatis yang kecewa bukan hanya pengurus tersebut tetapi juga para pendukungnya.
Jas merah, para pecatan pengurus PDIP ini juga memiliki pendukung setia. Basuki bahkan mengklaim jika 30 % dari perolehan suara PDIP di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 silam.
Dengan kekecewaan yang dialami oleh sebagian kader partai ini mengakibatkan mesin partai untuk memenangkan Pilkada 2015 ini tidak jalan.
“Di saat kondisi internal partai morat-marit karena mendapat penolakan dari suara akar rumput, kubu lawan yaitu Suharsono-Halim justru melaju kencang. Semuanya kompak baik di petinggi Partai, di gedung dewan hingga akar rumpt semuanya kompak,. Di dewan misalnya, anggota dewan dari partai pendukung berusaha merayu suara Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan rayuan kebijakan peningkatan kesejahteraan,” timpalnya.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKS Kabupaten Bantul yang selama ini getol menyuarakan kenaikan tunjangan kesejahteraan bagi PNS di Bantul, Amir Syarifudin mengklaim jika sebagian besar suara PNS di Bantul justru membelot ke pasangan nomor 1 Suharsono-Abdul Halim Muslich.
Para PNS sudah tidak mendukung lagi calon petahana yang sudah memimpin mereka sebelumnya. “Setidaknya ada 60% suara PNS yang masuk ke kubu kami (Suharsono-Halim),” ujarnya.
Tim pemenangan dari pasangan nomor urut 2, Sri Suryawidati-Misbakul Munir menengarai ada kekuatan politik di luar partai politik yang mampu menggerakkan suara rakyat Bantul ke pasangan nomor urut 1, Suharsono-Abdul Halim Muslich. Kekuatan ini tidak diduga oleh tim pemenangan pasangan petahana (incumbent) ini.
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Bantul, Aryunadi mengaku tim Sri Suryawidati sudah menerima kekalahan dalam Pilkada 2015 di Kabupaten Bantul ini.
Menurutnya kekalahan ini tidak terduga karena ada kekuatan besar di luar partai pendukung pasangan calon nomor urut 1. Kekuatan tersebut yang menyebabkan pasangan lawan menang.
“Ada kekuatan besar yang menyokong mereka (pasangan nomor urut 1),”tuturnya, Kamis 10 Desember 2015.
Namun dia enggan menyebutkannya secara jelas siapa tim tersebut. Dia juga enggan menuduh intelejen yang berada di belakang tim pasangan nomor urut 1 ini. Di tingkatan grassroot tingkat desa dan kecamatan gerakan tim di luar partai politik ini cukup masif.
Salah satu contohnya, Arjun menyebut saksi yang digunakan di hari pencoblosan saja mengimpor dari luar wilayah TPS alias bukan warga setempat tetapi suaranya cukup bagus di TPS tersebut.
“Ini ada kekuatan politik di luar parpol yang mempengaruhi suara rakyat bantul,” terangnya.
Aryun sendiri membantah kekalahan ini karena mesin pemenangan yang berada di belakang pasangan Ida-Munir tidak berjalan.
Sebab dia mengklaim semua strategi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan di detik terakhir timnya bergerak maksimal hingga monitoring tetap berjalan.
Kendati demikian, seandainya nanti Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan ternyata suara pasangan yang mereka usung lebih sedikit dibanding pasangan nomor 1, maka dia akan memberikan ucapan selamat kepada pasangan nomo urut 1, Suharsono – Halim untuk memimpin Bantul ke depan. Dan berkenaan dengan proses ini juga sebagai partai politik.
PDIP mengucapkan selamat kepada Gerindra dan PKB yang telah mencalonkan Suharsono Halim untuk menjadi calon Pilkada 2015.
Tarik ulur mulai penjaringan pasangan calon (paslon) yang diusung oleh PDIP memang tempat menyeruak ketika partai penguasa di Bantul ini beberapa bulan sebelum pendaftaran resmi di KPU.
Mantan ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Bantul, Basuki Rahmad menilai arogansi pengurus partai-lah yang sebenarnya menjadi penyebab kekalahan pasangan Sri Suryawidati-Misbakhul Munir.
Selama ini arogansi pengurus partai jelas terlihat, salah satunya adalah tidak meloloskan calon bupati Suharsono.
“Padahal pencalonan Suharsono didukung 14 Pengurus Anak Cabang (Pengurus tingkat Kecamatan) dari 17 PAC,” ujarnya.
Dukungan 14 PAC tersebut sebenarnya menunjukkan suara akar rumput, atau suara mayoritas dari pendukung kalangan bawah.
Hanya saja, ternyata dukungan dari akar rumput tersebut tidak didengar dan justru meloloskan calon petahana. Padahal sebenarnya, kalangan akar rumput sudah menginginkan adanya perubahan.
Arogansi lain yang ditunjukkan oleh pengurus PDIP dengan memecat 14 pengurus PAC yang mendukung pencalonan Suharsono dan menggantikan dengan pengurus yang baru.
Bahkan, pengurus yang baru tersebut banyak yang belum berpengalaman. Pengurus baru masih diragukan kapasitas sumber daya manusianya. “Itu adalah blunder besar,”tandasnya.
Meremehkan suara akar rumput serta mengganti pengurus yang tidak mendukung pencalonan Sri Suryawidati adalah sebuah kesalahan.
Karena semua pengurus yang diganti sebenarnya sudah memiliki para pendukung atau loyalis yang setia terhadap mereka.
Jika diganti, secara otomatis yang kecewa bukan hanya pengurus tersebut tetapi juga para pendukungnya.
Jas merah, para pecatan pengurus PDIP ini juga memiliki pendukung setia. Basuki bahkan mengklaim jika 30 % dari perolehan suara PDIP di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 silam.
Dengan kekecewaan yang dialami oleh sebagian kader partai ini mengakibatkan mesin partai untuk memenangkan Pilkada 2015 ini tidak jalan.
“Di saat kondisi internal partai morat-marit karena mendapat penolakan dari suara akar rumput, kubu lawan yaitu Suharsono-Halim justru melaju kencang. Semuanya kompak baik di petinggi Partai, di gedung dewan hingga akar rumpt semuanya kompak,. Di dewan misalnya, anggota dewan dari partai pendukung berusaha merayu suara Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan rayuan kebijakan peningkatan kesejahteraan,” timpalnya.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKS Kabupaten Bantul yang selama ini getol menyuarakan kenaikan tunjangan kesejahteraan bagi PNS di Bantul, Amir Syarifudin mengklaim jika sebagian besar suara PNS di Bantul justru membelot ke pasangan nomor 1 Suharsono-Abdul Halim Muslich.
Para PNS sudah tidak mendukung lagi calon petahana yang sudah memimpin mereka sebelumnya. “Setidaknya ada 60% suara PNS yang masuk ke kubu kami (Suharsono-Halim),” ujarnya.
Tim pemenangan dari pasangan nomor urut 2, Sri Suryawidati-Misbakul Munir menengarai ada kekuatan politik di luar partai politik yang mampu menggerakkan suara rakyat Bantul ke pasangan nomor urut 1, Suharsono-Abdul Halim Muslich. Kekuatan ini tidak diduga oleh tim pemenangan pasangan petahana (incumbent) ini.
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Bantul, Aryunadi mengaku tim Sri Suryawidati sudah menerima kekalahan dalam Pilkada 2015 di Kabupaten Bantul ini.
Menurutnya kekalahan ini tidak terduga karena ada kekuatan besar di luar partai pendukung pasangan calon nomor urut 1. Kekuatan tersebut yang menyebabkan pasangan lawan menang.
“Ada kekuatan besar yang menyokong mereka (pasangan nomor urut 1),”tuturnya, Kamis 10 Desember 2015.
Namun dia enggan menyebutkannya secara jelas siapa tim tersebut. Dia juga enggan menuduh intelejen yang berada di belakang tim pasangan nomor urut 1 ini. Di tingkatan grassroot tingkat desa dan kecamatan gerakan tim di luar partai politik ini cukup masif.
Salah satu contohnya, Arjun menyebut saksi yang digunakan di hari pencoblosan saja mengimpor dari luar wilayah TPS alias bukan warga setempat tetapi suaranya cukup bagus di TPS tersebut.
“Ini ada kekuatan politik di luar parpol yang mempengaruhi suara rakyat bantul,” terangnya.
Aryun sendiri membantah kekalahan ini karena mesin pemenangan yang berada di belakang pasangan Ida-Munir tidak berjalan.
Sebab dia mengklaim semua strategi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan di detik terakhir timnya bergerak maksimal hingga monitoring tetap berjalan.
Kendati demikian, seandainya nanti Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan ternyata suara pasangan yang mereka usung lebih sedikit dibanding pasangan nomor 1, maka dia akan memberikan ucapan selamat kepada pasangan nomo urut 1, Suharsono – Halim untuk memimpin Bantul ke depan. Dan berkenaan dengan proses ini juga sebagai partai politik.
PDIP mengucapkan selamat kepada Gerindra dan PKB yang telah mencalonkan Suharsono Halim untuk menjadi calon Pilkada 2015.
(sms)