Keterbatasan Fisik Bukan Penghalang
A
A
A
JOMBANG - Keterbatasan fisik bukan halangan bagi seseorang untuk berkarya. Di Jombang, Jawa Timur, berkat semangatnya yang luar biasa, seorang penyandang disabilitas berhasil menempuh pendidikan S-2 secara gratis dan kini menjadi dosen.
Sehari-hari, Nurudin Bramono, pria asal Desa Peterongan, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi di Jombang.
Nurudin mengaku tidak membayangkan dirinya akan menjadi seorang dosen, karena kondisi fisiknya yang cacat di bagian kaki. Menurutnya, cacat ini ia alami saat lulus SMP dan akan mendaftar ke SMU.
Dalam perjalanan, dia ditabrak truk dan kakinya terlindas. Nurudin langsung merasa shock dan seolah kehilangan harapan untuk mengejar cita-citanya menjadi dokter.
Namun, hidup terus berjalan. Tanpa mau menyerah, Nurudin terus melanjutkan studi hingga lulus program Strata 2 (S-2) di Universitas Negeri Surakarta dan meraih gelar Magister Humaniora.
Nurudin kemudian melamar kerja dan diterima menjadi pengajar di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang. Bahkan, kini Nurudin bukan hanya menjadi dosen biasa, tetapi menjabat sebagai ketua Program Studi Sastra Inggris.
Bagi Nurudin, keterbatasan fisik bukan kendala untuk berkarya. Meski gagal menjadi dokter, ia merasa senang karena saat ini menjadi dosen.
Bahkan, dengan kemampuan bahasa inggrisnya, ia juga dipercaya menjadi pengurus Himpunan Penerjemah Indonesia Provinsi Jawa Timur. Berkat kelebihannya, pria tersebut juga kerap dipercaya menjadi penerjemah bagi pejabat dan tamu-tamu asing yang berkunjung ke Kota Santri.
Nurudin juga aktif menulis buku tentang pembelajaran bahasa inggris. Bahkan, beberapa bukunya tentang pendidikan bahasa inggris kini juga sudah banyak beredar di masyarakat.
PILIHAN:
Tuanku Tambusai, Harimau Paderi dari Rokan
Sunan Kalijaga dan Sejarah Kota Salatiga
Sehari-hari, Nurudin Bramono, pria asal Desa Peterongan, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi di Jombang.
Nurudin mengaku tidak membayangkan dirinya akan menjadi seorang dosen, karena kondisi fisiknya yang cacat di bagian kaki. Menurutnya, cacat ini ia alami saat lulus SMP dan akan mendaftar ke SMU.
Dalam perjalanan, dia ditabrak truk dan kakinya terlindas. Nurudin langsung merasa shock dan seolah kehilangan harapan untuk mengejar cita-citanya menjadi dokter.
Namun, hidup terus berjalan. Tanpa mau menyerah, Nurudin terus melanjutkan studi hingga lulus program Strata 2 (S-2) di Universitas Negeri Surakarta dan meraih gelar Magister Humaniora.
Nurudin kemudian melamar kerja dan diterima menjadi pengajar di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang. Bahkan, kini Nurudin bukan hanya menjadi dosen biasa, tetapi menjabat sebagai ketua Program Studi Sastra Inggris.
Bagi Nurudin, keterbatasan fisik bukan kendala untuk berkarya. Meski gagal menjadi dokter, ia merasa senang karena saat ini menjadi dosen.
Bahkan, dengan kemampuan bahasa inggrisnya, ia juga dipercaya menjadi pengurus Himpunan Penerjemah Indonesia Provinsi Jawa Timur. Berkat kelebihannya, pria tersebut juga kerap dipercaya menjadi penerjemah bagi pejabat dan tamu-tamu asing yang berkunjung ke Kota Santri.
Nurudin juga aktif menulis buku tentang pembelajaran bahasa inggris. Bahkan, beberapa bukunya tentang pendidikan bahasa inggris kini juga sudah banyak beredar di masyarakat.
PILIHAN:
Tuanku Tambusai, Harimau Paderi dari Rokan
Sunan Kalijaga dan Sejarah Kota Salatiga
(zik)