Bantul Pasang 40 Alat Peringatan Dini Tanah Longsor
A
A
A
BANTUL - Kondisi wilayah perbukitan di Kabupaten Bantul yang memiliki kemiringan lebih dari 45 derajat dengan vegetasi yang mulai berkurang ataupun adanya vegetasi produktif yang banyak ditebangi mengakibatkan potensi tanah longsor lebih tinggi.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Dewanto Dwipoyono menuturkan untuk mengurangi dampak lebih besar resiko bencana tanah longsor ini, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan. Salah satu persiapannya adalah memasang berbagai rambu dan sistem peringatan dini. “Kami ingin masyarat lebih waspada,” tuturnya, Minggu (15/11/2015).
Memasuki musim penghujan ini, pihaknya mulai memasang rambu-rambu di 50 titik potensi bencana tanah longsor. Rambu yang bertuliskan rawan tanah longsor ini sengaja dipasang sebagai peringatan agar warga mengurangi aktivitasnya di kawasan tersebut dan bersiaga jika sewaktu-waktu terjadi tanah longsor.
Untuk sistem peringatan dini bencana tanah longsor atau Early Warning System (EWS), selama ini Bantul memang baru memiliki satu alat yaitu di wilayah Perbukitan Wonolelo.
Selain hanya satu, kondisi alat tersebut sudah usang dan tak bisa maksimal untuk difungsikan. Karenanya, pihaknya memulai memasang EWS-EWS baru yang diletakkan di bukit-bukit yang rawan longsor.
“Ada 40 EWS yang kami pasang di titik-titik rawan terutama dekat dengan pemukiman,”ujarnya.
Selain itu, pihaknya kini juga tengah melakukan relokasi terhadap 20 kepala keluarga yang sebelumnya tinggal di tanah bergerak di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri.
Ke 20 KK tersebut kini siap menempati hunian baru yang terletak beberapa kilometer dari tempat tinggal mereka. Yang pasti daerah yang mereka tinggal tersebut jauh lebih aman dibanding dengan sekarang.
Pelaksana Harian BPBD Bantul, Dwi Daryanto mengungkapkan, area daerah rawan longsor tahun ini meluas dibanding musim hujan sebelumnya.
Di musim hujan kali ini, setidaknya ada 16 desa yang dinyatakan rawan bencana tanah longsor.
Dibanding dengan musim hujan sebelumnya, luas area tanah longsor hanya 15 desa. Ke-16 desa tersebut masing-masimang ng berada di 6 kecamatan yang berada di perbukitan
“Enam kecamatan masing-masing Piyungan, Dlingo, Pleret, Imogiri, Pundong dan Pajangan,” tuturnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Dewanto Dwipoyono menuturkan untuk mengurangi dampak lebih besar resiko bencana tanah longsor ini, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan. Salah satu persiapannya adalah memasang berbagai rambu dan sistem peringatan dini. “Kami ingin masyarat lebih waspada,” tuturnya, Minggu (15/11/2015).
Memasuki musim penghujan ini, pihaknya mulai memasang rambu-rambu di 50 titik potensi bencana tanah longsor. Rambu yang bertuliskan rawan tanah longsor ini sengaja dipasang sebagai peringatan agar warga mengurangi aktivitasnya di kawasan tersebut dan bersiaga jika sewaktu-waktu terjadi tanah longsor.
Untuk sistem peringatan dini bencana tanah longsor atau Early Warning System (EWS), selama ini Bantul memang baru memiliki satu alat yaitu di wilayah Perbukitan Wonolelo.
Selain hanya satu, kondisi alat tersebut sudah usang dan tak bisa maksimal untuk difungsikan. Karenanya, pihaknya memulai memasang EWS-EWS baru yang diletakkan di bukit-bukit yang rawan longsor.
“Ada 40 EWS yang kami pasang di titik-titik rawan terutama dekat dengan pemukiman,”ujarnya.
Selain itu, pihaknya kini juga tengah melakukan relokasi terhadap 20 kepala keluarga yang sebelumnya tinggal di tanah bergerak di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri.
Ke 20 KK tersebut kini siap menempati hunian baru yang terletak beberapa kilometer dari tempat tinggal mereka. Yang pasti daerah yang mereka tinggal tersebut jauh lebih aman dibanding dengan sekarang.
Pelaksana Harian BPBD Bantul, Dwi Daryanto mengungkapkan, area daerah rawan longsor tahun ini meluas dibanding musim hujan sebelumnya.
Di musim hujan kali ini, setidaknya ada 16 desa yang dinyatakan rawan bencana tanah longsor.
Dibanding dengan musim hujan sebelumnya, luas area tanah longsor hanya 15 desa. Ke-16 desa tersebut masing-masimang ng berada di 6 kecamatan yang berada di perbukitan
“Enam kecamatan masing-masing Piyungan, Dlingo, Pleret, Imogiri, Pundong dan Pajangan,” tuturnya.
(sms)