Gusti Nurul, Si Kembang Mangkunegaran Dimakamkan di Astana Girilayu

Rabu, 11 November 2015 - 16:32 WIB
Gusti Nurul, Si Kembang...
Gusti Nurul, Si Kembang Mangkunegaran Dimakamkan di Astana Girilayu
A A A
SOLO - Gusti Raden Ayu (GRAy) Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani Soerjosoejarso atau dikenal sebagai si Kembang Mangkunegaran yang sebelumnya wafat di Bandung dimakamkan di Kompleks Pemakaman Mangkunegaran di Astana Girilayu di Kecamatan Matesih Karanganyar, Rabu (11/11/2015) siang.

Putri mantan penguasa Pura Mangkunegaran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro VII tersebut sebelumnya meninggal dunia di usia 94 tahun akibat sakit yang diderita.

Gusti Nurul, sapaan semasa hidup, meninggal dunia pada Selasa pagi 10 November sekitar pukul 08.00 WIB di Rumah Sakit ST Carolus Bandung.

Sebelum dimakamkan di Kompleks Pemakaman Mangkunegaran di Astana Girilayu di Kecamatan Matesih Karanganyar, jenazah semayamkan terlebih dahulu di Puro Mangkunegaran, Rabu (11/11/2015) siang.

Jenazah tiba di Puro Mangkunegaran dari Bandara Adi Soemarmo setelah diterbangkan dari Cengkareng melalui pesawat komersial Garuda Indonesia.

“Karena gulanya darahnya tinggi, kemudian merembet ke organ yang lain lain,” ungkap Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Sularso Basarah, Soerjosoejarso, putra sulung Gusti Nurul di sela-sela prosesi pemakaman di Pura Mangkunegaran, Rabu (11/11/2015) siang.

Penyakit gula darah memang telah lama diderita. Namun selama ini tidak terlihat hal hal yang serius. Namun mendadak gula darah naik dan kondisi drop sebelum akhirnya meninggal dunia.

Dari pernikahannya dengan Surjosularso, mantan Komandan pusat persenjataan Kavaleri (Pusenkav) di Bandung, Gusti Nurul memiliki tujuh anak, 14 cucu dan empat cicit. Bagi anak-anaknya, Gusti Nurul merupakan sosok yang moderat, sabar, dan bijaksana.

Bahkan ketika memilih pasangan hidup, orangtuanya tidak pernah menjodoh jodohkan dan dipersilahkan memilih sendiri. Yang penting, pasangan hidup yang dipilih dapat membahagiakan hidup keluarga.

“Ibu telah menetap di Bandung sejak tahun 1950,” bebernya. Kala itu, sang ibu meninggalkan Kota Solo untuk mengikuti ayahnya ketika usia sekitar 31 tahun.

Ayahnya, Surjosularso terlebih dahulu telah meninggal di usia 83 tahun pada tahun 1999. Ibunya merupakan anak tunggal dari GKR Timur Mursudariyah permaisuri Mangkunegara VII.

Nama Gusti Nurul sendiri memang cukup dikenal. Banyak artikel yang menceritakan seklumit tentang kisah hidupnya.

Perempuan yang dilahirkan tahun 1921 ini memiliki pemikiran yang cemerlang yang cenderung melampaui zamannya karena mengenyam pendidikan di sekolah Belanda.

Sebagai putri keraton, Gusti Nurul yang mahir menari pada tahun 1937 diundang ke Belanda untuk menari di pernikahan Putri Juliana.

Ratu Wilhelmina yang kagum pada Gusti Nurul memberinya gelar de bloem van Mangkunegaran atau kembang dari Mangkunegaran. Kecantikan menjadikannya sebagai sosok yang dikagumi.

Ada empat tokoh yang sempat jatuh hati. Mereka adalah Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX, Sutan Sjahrir dan Kolonel GPH Djatikusumo.

Pada saat itu Soekarno orang nomor satu di republik, Sultan HB IX orang nomor satu di Yogyakarta, Sutan Sjahrir perdana menteri dan Djatikusumo adalah panglima tentara (KSAD).

Namun yang justru menjadi tambatan hati Gusti Nurul adalah Surjosularso seorang Kolonel angkatan darat yang terhitung masih sepupu sendiri.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0835 seconds (0.1#10.140)