Rakyat Indonesia Belum Merdeka dari Buta Aksara
A
A
A
YOGYAKARTA - Rakyat Indonesia belum merdeka dari buta aksara. Bukan hanya di desa tertinggal, di kota besar juga terdapat orang yang buta aksara. Sedikitnya ada enam provinsi dan 25 kabupaten di Indonesia yang angka buta aksaranya paling tinggi.
"Sebagai negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia, Indonesia hingga 2014 masih memiliki 5,97 juta jiwa atau 3,7% yang buta aksara," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Senin (9/11/2015).
Dari enam provinsi tertinggi yang penduduknya mengalami buta aksara, Papua merupakan yang pertama. Sebanyak 28.61% warga Indonesia di Papua hingtga kini belum merdeka dari buta aksara.
Lebih lanjut, Anies mengklaim jumlah penduduk Indonesia yang buta aksara semakin berkurang setiap tahunnya. Di 2010, dia menyebut masyarakat di Indonesia yang belum merdeka dari buta huruf masih 5,3% atau lebih dari 9 juta jiwa. Sayang dia tidak menyebut warga yang buta aksara saat ini.
Meski begitu, angka tahun 2010 itu menurutnya sudah kecil, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sangat memprihatinkan.
"Penuntasan buta aksara harus digarap melalui kegiatan-kegiatan inovatif. Tak hanya dengan mengajarkan membaca, menulis, dan menghitung. Tetapi juga harus dilanjutkan dengan program pelestarian," ungkapnya.
Menurutnya, keaksaraan di zaman sekarang tak hanya menyangkut baca, tulis, dan hitung. Tetapi juga harus diperkuat dengan peningkatan budaya, sosial, dan ekonomi. Ketiga hal itu bisa meningkat martabat dan peradaban bangsa.
Terpisah, Gubernur DIY Hamengku Buwono X mengatakan, buta aksara sangat erat kaitannya dengan kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan. Persoalan buta aksara merupakan masalah besar yang memengaruhi indeks kualitas pembangunan manusia.
"Saat ini warga DIY yang buta aksara masih 5,56%. Untuk mempercepat penuntasan buta aksara, kami membentuk satuan tugas pengentasan buta aksara dan proses pembelajaran di masing-masing kabupaten/kota," pungkasnya.
"Sebagai negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia, Indonesia hingga 2014 masih memiliki 5,97 juta jiwa atau 3,7% yang buta aksara," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Senin (9/11/2015).
Dari enam provinsi tertinggi yang penduduknya mengalami buta aksara, Papua merupakan yang pertama. Sebanyak 28.61% warga Indonesia di Papua hingtga kini belum merdeka dari buta aksara.
Lebih lanjut, Anies mengklaim jumlah penduduk Indonesia yang buta aksara semakin berkurang setiap tahunnya. Di 2010, dia menyebut masyarakat di Indonesia yang belum merdeka dari buta huruf masih 5,3% atau lebih dari 9 juta jiwa. Sayang dia tidak menyebut warga yang buta aksara saat ini.
Meski begitu, angka tahun 2010 itu menurutnya sudah kecil, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sangat memprihatinkan.
"Penuntasan buta aksara harus digarap melalui kegiatan-kegiatan inovatif. Tak hanya dengan mengajarkan membaca, menulis, dan menghitung. Tetapi juga harus dilanjutkan dengan program pelestarian," ungkapnya.
Menurutnya, keaksaraan di zaman sekarang tak hanya menyangkut baca, tulis, dan hitung. Tetapi juga harus diperkuat dengan peningkatan budaya, sosial, dan ekonomi. Ketiga hal itu bisa meningkat martabat dan peradaban bangsa.
Terpisah, Gubernur DIY Hamengku Buwono X mengatakan, buta aksara sangat erat kaitannya dengan kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan. Persoalan buta aksara merupakan masalah besar yang memengaruhi indeks kualitas pembangunan manusia.
"Saat ini warga DIY yang buta aksara masih 5,56%. Untuk mempercepat penuntasan buta aksara, kami membentuk satuan tugas pengentasan buta aksara dan proses pembelajaran di masing-masing kabupaten/kota," pungkasnya.
(san)