Ratusan Nelayan Waduk Gajah Mungkur Mulai Kesulitan Cari Ikan
A
A
A
WONOGIRI - Kemarau panjang di Wonogiri, Jawa Tengah, tidak hanya berdampak terhadap para petani. Ratusan nelayan yang biasa beroperasi di perairan Waduk Gajah Mungkur pun mulai mengeluh, lantaran kesulitan mencari ikan. Penyebabnya, air waduk terus mengalami penyusutan sehingga populasi ikan semakin berkurang.
"Kalau seharian cuma dapet dua atau tiga kilo kan rugi, Mas," ungkap Wasiman, nelayan yang biasa beroperasi di perairan Kedungareng, Desa Sendang, Wonogiri.
Kelangkaan ikan tersebut, memaksa para nelayan menambatkan perahunya lantaran pendapatan mereka mencari ikan tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
Populasi ikan di hulu perairan Waduk Gajah Mungkur otomatis makin menipis menyusul berkurangnya tampungan air waduk yang terus mengalami penyusutan drastis.
Para nelayan mengatakan, jika air waduk penuh mereka sehari bisa mendapat ikan tangkapan hingga 50 kg tiap nelayan. Tetapi, menjelang air kering saat ini, hasil tangkapan mereka tak lebih dari 7 kg setiap harinya. Akibatnya, sebagian besar nelayan mengaku memilih berdiam menunggu di rumah. Sebagian lagi memilih bertani atau mempersiapkan lahan sewaktu-waktu datang hujan.
Potensi ikan tangkap di perairan Waduk Gajah Mungkur, selama ini telah dijadikan tumpuan hidup bagi 1200-an nelayan yang tersebar di enam kecamatan di sekitar hulu perairan. Para nelayan di wilayah perairan tersebut selama ini mampu menghasilkan ikan sebanyak seribu ton lebih setiap tahunnya. Namun, pascapenyusutan air waduk, produksi ikan tangkapan pun menurun hingga 80 persen.
Hingga saat ini, kondisi air tampungan Waduk Gajah Mungkur diperkirakan hanya tersisa 10 persen dari kondisi normal. Pihak Perum Jasa Tirta selaku pengelola waduk tersebut sejak awal Oktober 2015 lalu telah menutup pintu pelimpasan air waduk dalam rangka perawatan teknis, menyambut musim hujan di awal November ini.
Namun, jika fenomena iklim global El Nino berdampak terhadap mundurnya jadwal musim hujan di wilayah Wonogiri, kekeringan air di waduk tersebut diperkirakan menjadi persoalan kompleks bukan saja bagi pemerintah daerah, tetapi juga bagi pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.
"Kalau seharian cuma dapet dua atau tiga kilo kan rugi, Mas," ungkap Wasiman, nelayan yang biasa beroperasi di perairan Kedungareng, Desa Sendang, Wonogiri.
Kelangkaan ikan tersebut, memaksa para nelayan menambatkan perahunya lantaran pendapatan mereka mencari ikan tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
Populasi ikan di hulu perairan Waduk Gajah Mungkur otomatis makin menipis menyusul berkurangnya tampungan air waduk yang terus mengalami penyusutan drastis.
Para nelayan mengatakan, jika air waduk penuh mereka sehari bisa mendapat ikan tangkapan hingga 50 kg tiap nelayan. Tetapi, menjelang air kering saat ini, hasil tangkapan mereka tak lebih dari 7 kg setiap harinya. Akibatnya, sebagian besar nelayan mengaku memilih berdiam menunggu di rumah. Sebagian lagi memilih bertani atau mempersiapkan lahan sewaktu-waktu datang hujan.
Potensi ikan tangkap di perairan Waduk Gajah Mungkur, selama ini telah dijadikan tumpuan hidup bagi 1200-an nelayan yang tersebar di enam kecamatan di sekitar hulu perairan. Para nelayan di wilayah perairan tersebut selama ini mampu menghasilkan ikan sebanyak seribu ton lebih setiap tahunnya. Namun, pascapenyusutan air waduk, produksi ikan tangkapan pun menurun hingga 80 persen.
Hingga saat ini, kondisi air tampungan Waduk Gajah Mungkur diperkirakan hanya tersisa 10 persen dari kondisi normal. Pihak Perum Jasa Tirta selaku pengelola waduk tersebut sejak awal Oktober 2015 lalu telah menutup pintu pelimpasan air waduk dalam rangka perawatan teknis, menyambut musim hujan di awal November ini.
Namun, jika fenomena iklim global El Nino berdampak terhadap mundurnya jadwal musim hujan di wilayah Wonogiri, kekeringan air di waduk tersebut diperkirakan menjadi persoalan kompleks bukan saja bagi pemerintah daerah, tetapi juga bagi pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.
(zik)