DKI Tak Miliki Konsep Menata Estetika Kota

DKI Tak Miliki Konsep Menata Estetika Kota
A
A
A
JAKARTA - Banyak wacana yang dilontarkan Pemprov DKI Jakarta usai proyek Mass Rapid Transit (MRT) dinilai tanpa ada konsep. Pemprov DKI Jakarta sepertinya belum memiliki konsep menata estetika sebuah kota.
Hal itu diutarakan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Joga. Dia menuturkan, Pemprov DKI belum memiliki konsep yang matang dalam menata estetika sebuah kota seperti New York, Paris atau Orchard, Singapura. Sebab, sejauh ini Nirwono hanya mendengar wacana pelebaran jalur dan pemasangan LED tanpa ada konsep keseluruhan usai proyek MRT selesai.
Menurut Nirwono, impian Ahok untuk menjadikan kawasan Sudirman-Thamrin menjadi sebuah etalase kota itu tidak dibarengi dengan konsep dan kajian matang. "DKI belum pernah menjelaskan rencana keseluruhan setelah pembangunan MRT selesai. Apakah masih ada bus Transjakarta Koridor I. Jalur lambat otomatis motor tidak bisa lewat. Kalau DKI serius, larang juga bus Transjakarta karena sudah ada MRT. Konsep ini kalau tidak matang saya takut tumpang tindih," jelasnya.
Nirwono menuturkan, standarisasi etalase sebuah kota di negara berkembang itu minimal memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH), jalur sepeda, jalur pejalan kaki, jalur ramah disabilitas, lanjut usia dan anak-anak serta jalur mobil.
Terkait pemasangan LED, Nirwono menyarankan agar Ahok tidak hanya mewajibkan LED terhadap reklame, melainkan seluruh lampu penerangan jalan dan sebagainya. Sebab, selain mengurangi beban listrik sebesar 30%, keberadaan LED tentunya menambah estetika kota.
"Kalau itu yang direncanakan usai pembangunan MRT, saya yakin akan menjadi hadiah besar bagi masyarakat Jakarta," ungkapnya.
Hal itu diutarakan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Joga. Dia menuturkan, Pemprov DKI belum memiliki konsep yang matang dalam menata estetika sebuah kota seperti New York, Paris atau Orchard, Singapura. Sebab, sejauh ini Nirwono hanya mendengar wacana pelebaran jalur dan pemasangan LED tanpa ada konsep keseluruhan usai proyek MRT selesai.
Menurut Nirwono, impian Ahok untuk menjadikan kawasan Sudirman-Thamrin menjadi sebuah etalase kota itu tidak dibarengi dengan konsep dan kajian matang. "DKI belum pernah menjelaskan rencana keseluruhan setelah pembangunan MRT selesai. Apakah masih ada bus Transjakarta Koridor I. Jalur lambat otomatis motor tidak bisa lewat. Kalau DKI serius, larang juga bus Transjakarta karena sudah ada MRT. Konsep ini kalau tidak matang saya takut tumpang tindih," jelasnya.
Nirwono menuturkan, standarisasi etalase sebuah kota di negara berkembang itu minimal memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH), jalur sepeda, jalur pejalan kaki, jalur ramah disabilitas, lanjut usia dan anak-anak serta jalur mobil.
Terkait pemasangan LED, Nirwono menyarankan agar Ahok tidak hanya mewajibkan LED terhadap reklame, melainkan seluruh lampu penerangan jalan dan sebagainya. Sebab, selain mengurangi beban listrik sebesar 30%, keberadaan LED tentunya menambah estetika kota.
"Kalau itu yang direncanakan usai pembangunan MRT, saya yakin akan menjadi hadiah besar bagi masyarakat Jakarta," ungkapnya.
(whb)