Kabut Asap Pekat, Nelayan Kalbar Takut Melaut
A
A
A
PONTIANAK - Aktivitas para nelayan di Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, terganggu karena kabut asap yang menyelimuti Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.
Para nelayan tradisional ini kembali lagi ke Dermaga Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (18/9/2015) pagi lantaran ketebalan kabut asap membuat jarak pandang di perairan sangat terbatas.
Jika dipaksakan tetap melaut, banyak risiko yang harus dihadapi para nelayan, di antaranya penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA. Selain itu, para nelayan juga merasa khawatir mengalami kecelakaan di laut dan tidak mampu kembali ke dermaga.
"Situasi ini sudah berlangsung selama sepekan belakangan, sehingga pendapatan para nelayan yang menggantungkan hidupnya di laut menjadi berkurang," kata Apung, salah seorang nelayan tradisional.
Apung dan rekannya sesama nelayan sudah tiga hari tidak menjalankan aktivitas menangkap ikan di laut. Meski hujan buatan sempat mengguyur, kabut asap kembali pekat. "Kami terpaksa kembali lagi ke dermaga, lantaran jarak pandang hanya berkisar antara 50 sampai 100 meter," ungkapnya.
Karena tidak melaut, Apung pun tidak bisa mendapatkan penghasilan lantaran mata pencahariannya hanya mencari ikan di laut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kasim mengatakan, dengan pekatnya kabut asap yang melanda perairan Kalimantan Barat, nelayan pun susah. "Para nelayan tradisional khawatir akan tersesat di tengah lautan, akibat kabut asap yang sangat pekat," tuturnya.
Menurunnya pendapatan sejak sepekan terakhir ini membuat para nelayan tradisional sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah.
PILIHAN:
Siswi SMP Dibawa Kabur dan Disetubuhi Pemulung
Jenazah Perwira TNI AL yang Tewas di Jurang Dibawa ke Surabaya
Para nelayan tradisional ini kembali lagi ke Dermaga Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (18/9/2015) pagi lantaran ketebalan kabut asap membuat jarak pandang di perairan sangat terbatas.
Jika dipaksakan tetap melaut, banyak risiko yang harus dihadapi para nelayan, di antaranya penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA. Selain itu, para nelayan juga merasa khawatir mengalami kecelakaan di laut dan tidak mampu kembali ke dermaga.
"Situasi ini sudah berlangsung selama sepekan belakangan, sehingga pendapatan para nelayan yang menggantungkan hidupnya di laut menjadi berkurang," kata Apung, salah seorang nelayan tradisional.
Apung dan rekannya sesama nelayan sudah tiga hari tidak menjalankan aktivitas menangkap ikan di laut. Meski hujan buatan sempat mengguyur, kabut asap kembali pekat. "Kami terpaksa kembali lagi ke dermaga, lantaran jarak pandang hanya berkisar antara 50 sampai 100 meter," ungkapnya.
Karena tidak melaut, Apung pun tidak bisa mendapatkan penghasilan lantaran mata pencahariannya hanya mencari ikan di laut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kasim mengatakan, dengan pekatnya kabut asap yang melanda perairan Kalimantan Barat, nelayan pun susah. "Para nelayan tradisional khawatir akan tersesat di tengah lautan, akibat kabut asap yang sangat pekat," tuturnya.
Menurunnya pendapatan sejak sepekan terakhir ini membuat para nelayan tradisional sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah.
PILIHAN:
Siswi SMP Dibawa Kabur dan Disetubuhi Pemulung
Jenazah Perwira TNI AL yang Tewas di Jurang Dibawa ke Surabaya
(zik)