Restorasi Gumuk Ancam Lahan Petani
A
A
A
BANTUL - Sejumlah petani yang menempati 10 hektare lahan pertanian di kawasan Pantai Parangtritis hingga Depok resah dengan rencana restorasi kawasan zona gumuk pasir yang akan dilakukan oleh pemerintah.
Mereka khawatir setelah restorasi lahan pertanian akan tertutup pasir sehingga tak bisa digunakan. Musdiyono, petani asal Dusun Grogol VII, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek mengungkapkan berdasarkan cerita dari nenek moyang mereka dahulu, sekitar tahun 1960an lalu, lahan pertanian di sepanjang gumuk pasir tertutup oleh pasir akibat hembusan angin yang menerpa gumuk pasir tersebut. Sejak itu, perlahan-lahan warga mulai melakukan penghijauan dengan menanami berbagai jenis tanaman.
“Beberapa kali warga harus mencoba tanaman yang cocok. Sampai akhirnya kami menanam jambu monyet,” ujarnya, kemarin. Sejak ada banyak tanaman di kawasan gumuk pasir, lahan pertanian perlahan-lahan dapat kembaliditanami. Danjika nanti akan ada restorasi, para petani kembali khawatir pasir akan menutupi lahan pertanian yang kini mereka garap. Sebab, dia mendengar restorasi tersebut akan menghilangkan tanamantanaman yang sebelumnya mereka sengaja berdayakan.
Ia berharap, pemerintah yang melakukan restorasi untuk memperhatikan nasib mereka setelah pelaksanaannya nanti. Jika nanti ada pemindahan lokasi pertanian, mereka berharap semuanya dilakukan dengan cuma-cuma. Para petani tak lagi harus mengeluarkan biaya untuk pengolahan lahan lebih besar lagi. “Kami berharap nasib petani diperhatikan. Soalnya lahan pertanian di sini cukup potensial. Jika ditanami bawang merah per hektare mampu menghasilkan 8 ton,” paparnya.
Guru Besar Fakultas Geografi UGM Prof Sunarto mengungkapkan, restorasi kawasan gumuk pasir adalah keinginan dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Sultan menginginkan kawasan zona inti harus bersih dari segala aktivitas yang dapat menghambat terbentuknya gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, restorasi akan membawa beberapa konsekuensi.
Sunarto menyebutkan, restorasi yang akan dilakukan adalah dengan mengembalikan bentuk zona gumuk pasir seperti keadaan semula, yaitu lahan gumuk pasir sebagai orooro alias ruang terbuka tanpa tanaman keras lainnya. Lahanlahan tersebut menjadi lahan terbuka dan tidak ada tanaman apapun di atasnya, sebab adanya tanaman dapat mengubah arah angin dalam membentuk gumuk pasir. “Intinya mengembalikan gumuk pasir seperti semula,” ungkapnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul Tri Saktiyana mengatakan, penataan gumuk pasir dengan melakukan restorasi mulai dilakukan dengan pemasangan patok yang dilakukan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X akhir pekan lalu. Namun penataan ini bukan bersifat instan karena membutuhkan waktu yang cukup lama. “Tidak serta merta langsung jadi, tetapi ini bertahap,” ujarnya.
Tri mengakui, sampai saat ini memang belum ada yang pasti berapa luasan yang akan digunakan sebagai zona inti gumuk pasir. Semua nanti berdasarkan kesepakatan antara para ahli dengan warga sekitar yang selama ini ada di gumuk pasir. Sehingga dia tidak mengetahui berapa besar lahan pertanian yang akan tergeser.
Erfanto linangkung
Mereka khawatir setelah restorasi lahan pertanian akan tertutup pasir sehingga tak bisa digunakan. Musdiyono, petani asal Dusun Grogol VII, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek mengungkapkan berdasarkan cerita dari nenek moyang mereka dahulu, sekitar tahun 1960an lalu, lahan pertanian di sepanjang gumuk pasir tertutup oleh pasir akibat hembusan angin yang menerpa gumuk pasir tersebut. Sejak itu, perlahan-lahan warga mulai melakukan penghijauan dengan menanami berbagai jenis tanaman.
“Beberapa kali warga harus mencoba tanaman yang cocok. Sampai akhirnya kami menanam jambu monyet,” ujarnya, kemarin. Sejak ada banyak tanaman di kawasan gumuk pasir, lahan pertanian perlahan-lahan dapat kembaliditanami. Danjika nanti akan ada restorasi, para petani kembali khawatir pasir akan menutupi lahan pertanian yang kini mereka garap. Sebab, dia mendengar restorasi tersebut akan menghilangkan tanamantanaman yang sebelumnya mereka sengaja berdayakan.
Ia berharap, pemerintah yang melakukan restorasi untuk memperhatikan nasib mereka setelah pelaksanaannya nanti. Jika nanti ada pemindahan lokasi pertanian, mereka berharap semuanya dilakukan dengan cuma-cuma. Para petani tak lagi harus mengeluarkan biaya untuk pengolahan lahan lebih besar lagi. “Kami berharap nasib petani diperhatikan. Soalnya lahan pertanian di sini cukup potensial. Jika ditanami bawang merah per hektare mampu menghasilkan 8 ton,” paparnya.
Guru Besar Fakultas Geografi UGM Prof Sunarto mengungkapkan, restorasi kawasan gumuk pasir adalah keinginan dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Sultan menginginkan kawasan zona inti harus bersih dari segala aktivitas yang dapat menghambat terbentuknya gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, restorasi akan membawa beberapa konsekuensi.
Sunarto menyebutkan, restorasi yang akan dilakukan adalah dengan mengembalikan bentuk zona gumuk pasir seperti keadaan semula, yaitu lahan gumuk pasir sebagai orooro alias ruang terbuka tanpa tanaman keras lainnya. Lahanlahan tersebut menjadi lahan terbuka dan tidak ada tanaman apapun di atasnya, sebab adanya tanaman dapat mengubah arah angin dalam membentuk gumuk pasir. “Intinya mengembalikan gumuk pasir seperti semula,” ungkapnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul Tri Saktiyana mengatakan, penataan gumuk pasir dengan melakukan restorasi mulai dilakukan dengan pemasangan patok yang dilakukan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X akhir pekan lalu. Namun penataan ini bukan bersifat instan karena membutuhkan waktu yang cukup lama. “Tidak serta merta langsung jadi, tetapi ini bertahap,” ujarnya.
Tri mengakui, sampai saat ini memang belum ada yang pasti berapa luasan yang akan digunakan sebagai zona inti gumuk pasir. Semua nanti berdasarkan kesepakatan antara para ahli dengan warga sekitar yang selama ini ada di gumuk pasir. Sehingga dia tidak mengetahui berapa besar lahan pertanian yang akan tergeser.
Erfanto linangkung
(ars)