Kabut Asap Ganggu Pelayaran Toba

Senin, 14 September 2015 - 11:15 WIB
Kabut Asap Ganggu Pelayaran Toba
Kabut Asap Ganggu Pelayaran Toba
A A A
SIMALUNGUN - Kabut asap yang menyelimuti kawasan Danau Toba mulai menggangg sejumlah pelayaran kapal wisata dan penyeberangan dari Ajibata dan Tiga Ras menuju Pulau Samosir.

Sejumlah juru mudi kapal penyeberangan dan kapal wisata yang ditemui di pelabuhan Ajibata dan pantai bebas Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Minggu (13/9) mengatakan, sejak sepekan belakangan kabut asap yang menyelimuti kawasan Danau Toba sudah mengganggu pelayaran.

“Jika kabut asap sangat tebal seperti beberapa hari belakangan ini,khawatir juga untuk mengoperasikan kapal menyeberang ke Pulau Samosir, karena sudah mengganggu jarak pandang, sehingga harus sangat hati-hati mengemudi kapal,” ujar P Siallagan, 42, seorang juru mudi kapal wisata yang ditemui di Parapat.

Hal senada yang sama dikemukakan, W Sinaga, 38, pengemudi kapal penyeberangan ke Tomok, Kabupaten Samosir. Dia menjelaskan, meski jarak pandang cukup terganggu, tapi kapal tetap dioperasikan untuk melayani penumpang.

“Kalau tidak dioperasikan kasihan penumpang yang akan ke Tomok, makanya pelayaran kapaltetapberjalan, namunwaktu tempuh jadi tidak seperti biasa. Biasanya 45 menit menjadi 1 jam sampai ke Pulau Samosir, karena kecepatan kapal harus dikurangi, tidaksepertijikakondisi cuaca normal,” kata Sinaga.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Simalungun, Jonni Saragih mengatakan, pihaknya melaluiunitpelaksana teknis dinas (UPTD) pelabuhan Tiga Ras dan Parapat, sudah menyampaikan imbauan danpelaranganberlayarjikakondisi cuaca sangat buruk atau terganggu akibat kabut asap yang menyelimuti wilayah Danau Toba.

“Jika jarak pandang sudah terganggu, akibat kabut asap, kapal dilarang berlayar demi keselamatan penumpang. Hal itu sudah disampaikan kepada para pengusaha kapal dan juru mudi kapal,” tandas Jonni.

Nelayan Labuhanbatu Takut Melaut

Kabut asap yang semakin tebal mengakibatkan nelayanan tradisional takut melaut di perairan Sungai Berombang, Kabupaten Labuhanbatu. Sebab, jarak pandang akibat kabut asap tersebut hanya sekitar 30 meter. Seorang nelayan tradisonal Khalid, 36, mengatakan, banyak nelayanan yang tidak memiliki nyali kuat dan mengurungkan niat melaut mencari ikan karena kabut asap yang semakin tebal dua hari belakang ini.

“Banyak di antara kami tak berani melaut, karena kabut asap itu sangat tebal, sehingga bintang yang biasa menjadi alat bantu saat melaut terhalang kabut,” kata Khalid, Minggu (13/9). Dia mengatakan, akibat tidak bisa melaut sejumlah nelayan tradisonal itu justru tidak ada pemasukan sehingga kebutuhan rumah tangga terganggu.

Sebab, jika berlayar semalaman, nelayan tradisional di daerah itu mampu memperoleh pendapatan antara Rp100.000 hingga Rp200.000. “Kadang -kadang bisa juga apes, nggak bawa ikan pulang. Apalagi sekarang ikan memang agak susah. Mungkin pengaruh pemilik kapal yang masih ada kongkalikong dengan oknum petugas bisa menggunakan pukat trawl,” jelasnya.

Mantan Kepala Desa Sei Pegantungan Kecamatan Bilah Hilir Jaharuddin Harahap mengatakan, di daerahnya ratarata nelayanan tradisonal menambatkan kapalnya karena takut melaut akibat kabut asap yang menutup jarak pandang. “Ada yang berani melaut mungkin karena keteraksaan kebutuhan ekonomi.

Tapi lebih banyak memilih menambatkan kapalnya di daearah kami,” ungkapnya. Menurut dia, jarak pandang diperairan daerah mereka cukup menganggu. Karena pinggiran muara yang digunakan sebagai sarana keluar masuk daerah mereka sudah tidak tampak lagi akibat kabut asap yang cukup pekat.

“Pinggiran muara itu saja sudah nggak keliatan ditutup kabut asap,” ujarnya. Jahar menambahkan, jika di pagi hari kabutasapitujauhlebih pekat, sehingga jarak pandang hanya sekitar 20 meter. Pemilik sampan lebih berhati-hati jika melakukan aktivitas mengakut penumpang yang ingin keluar masuk ke daerah itu.

Ricky Hutapea/ Sartana Nasution
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5307 seconds (0.1#10.140)