Mengundang Penasaran Masyarakat untuk Aktif Bersepeda

Minggu, 13 September 2015 - 12:09 WIB
Mengundang Penasaran...
Mengundang Penasaran Masyarakat untuk Aktif Bersepeda
A A A
Eksis dan kemudian tenggelam adalah hal yang wajar dalam perjalanan sebuah organisasi. Kondisi ini persis dialami oleh komunitas sepeda ceper di Kota Semarang.

Di Kota Semarang, pernah eksis dua komunitas sepeda unik ini. Pada 2008 muncul Semarang Low Rider Family, tapi tak bertahan lama. Lalu, 2010 muncul lagi Soucler atau Semarang Outsider Custom Lowrider dan hanya bertahan selama dua tahun. Lama vakum, akhirnya komunitas penggemar sepeda yang memiliki dudukan rendah, dan fork depan dilengkapi dengan springer atau per ini kembali merapatkan barisan lagi Oktober 2014. Hingga saat ini belum ada nama resmi komunitas sepeda yang memiliki setang yang mempunyai ukuran lebih lebar dari ukuran pada umumnya.

Setiap Minggu pagi, bertepatan dengan car free day (CFD), mereka berkumpul di seberang Kantor Gubernuran Jalan Pahlawan. “Awalnya saya bersepeda sendirian, lalu sering bertemu dengan penggemar low rider lainnya lalu bergabung,” kata salah satu pencinta low rider, Natilas Supraba, 20, mengawali obrolan, beberapa waktu lalu. Anggota komunitas sepeda ceper tidak banyak, hanya sekitar 30 orang.

Yang sering berkumpul dalam pertemuan sepeda, yang juga dipopulerkan oleh “Superman Is Dead”, grup band asal Bali ini, juga hanya belasan orang. Penggila sepeda yang mulai muncul pada 1960-an ini tidak hanya didominasi oleh orang dewasa, beberapa di antaranya bahkan pelajar SMP. Tentu saja ukuran sepeda yang digunakan menyesuaikan. Sepeda ceper tidak hanya digunakan saat kumpulkumpul, tapi juga untuk beraktivitas sehari-hari di sekitar rumah.

Seperti pergi ke toko atau pasar. Menurut pria yang biasa dipanggil Tilaz ini, dia memilih sepeda ceper lantaran tidak banyak orang yang memiliki. Dia berharap sepeda itu bisa membuat penasaran dan menarik masyarakat lebih mencintai sepeda karena merupakan alat transportasi yang ramah lingkungan dan menyehatkan. Saat ini jumlah pesepeda dibandingkan dengan pengguna sepeda motor tidak sebanding.

“Dalam empat tahun ini kami lihat, jalur sepeda banyak digunakan tempat parkir. Kadang jika sudah lewat jalur sepeda, masih sering diklakson mobil,” papar remaja yang berwirausaha membuat pomade atau minyak rambut Razorcomb ini. Sepeda low rider dikelompokkan beberapa jenis. Ada Chopper yang berukuran kecil, rata-rata ukuran 20.

Kemudian Limo yakni ukuran panjang, Cruser khusus untuk wanita, dan Basman (ukuran 26), yang menyerupai motor gede zaman dulu. Karena bentuknya yang khas, tidak mudah mendapatkan spare part jenis sepeda ini. Di Semarang hanya ada satu toko yang menjual onderdil sepeda ceper, yakni “ACC” di Barito. Jika di tempat itu kosong, berarti harus mencari di Solo atau Tegal.

Untuk merakit sepeda ceper dibutuhkan sosok yang ahli. Penyambungan rangkanya cukup rumit sehingga butuh kecermatan dan harus simetris agar tidak patah. Di Kota Lumpia, banyak tukang las yang bisa merakit, tapi tidak bisa menjamin bisa tahan lama. Harganya setiap sepeda ceper bervariasi, dari Rp500.000 hingga Rp3 juta, tergantung ukuran dan kerumitannya.

Anggota lainnya, Kiki, senang bisa bergabung dengan komunitas ini. Meski usianya baru 13 tahun, dia tidak canggung berkumpul dengan orang yang lebih dewasa. “Saya malah bisa mendapat pengalaman dan berpikir dewasa,” ucapnya.

Arif Purniawan
Kota Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7219 seconds (0.1#10.140)