Angkat Citra Bajingan Dan Sapi Jadi Kebanggaan DIY
A
A
A
BANTUL - Ribuan orang memadati kompleks Stadion Sultan Agung (SSA) Kabupaten Bantul, Sabtu (5/9) dan Minggu (6/9).
Mereka ingin menyaksikan hajatan pertemuan akbar para bajingan (sebutan sopir gerobak sapi). Setidaknya ada 227 bajingan beserta gerobak dengan berbagai ukuran dan berbagai jenis sapi berkumpul di stadion. Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengaku sangat gembira dengan diadakannya event akbar tersebut.
Sebab, dengan adanya event seperti ini, tak hanya menjadi daya tarik DIY sebagai salah satu destinasi kenamaan di dunia, tetapi juga mampu mengangkat derajat gerobak dan juga sapi menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. “Dampaknya sangat banyak, dan ini harus dilestarikan,” ucap Sultan, kemarin.
Menurut Sultan, tiga tahun lalu membuka acara yang sama di Stadion Maguwoharjo, Kecamatan Sleman. Saat itu pesertanya hanya sekitar 50 orang bajingan dengan gerobak mereka yang masih seadanya. Namun setelah tiga tahun, ternyata jumlah peserta Festival Gerobak Sapi berlipat menjadi sekitar 227 peserta.
Artinya, tambah Sultan, gerobak sapi kini sudah berkembang menjadi industri karena jumlahnya berlipat. Bahkan, dengan adanya festival ini, ternyata misi mempertahankan alat transportasi tradisional ini berhasil.
Dampaknya bahkan sangat terasa, harga gerobak dan sapi membumbung tinggi dan terkadang tidak masuk akal. “Kalau bagi pedagang sapi, harga sapi untuk gerobak ini sudah tak mungkin lagi mereka perjualbelikan. Artinya Festival Gerobak Sapi membawa dampak positif,” ujarnya.
Dia berharap, ke depannya ada upaya dari para pemilik gerobak sapi dan instansi terkait mewujudkan gerobak sapi menjadi bagian dari pariwisata DIY. Beberapa wilayah yang selama ini menjadi destinasi wisata dapat dilengkapi dengan adanya alat transportasi gerobak sapi ini. Jadi, adanya gerobak sapi mampu mengangkat citra pariwisata DIY.
Ketua Umum Festival Gerobak Sapi 2015, Bowo Harso Nugroho, mengungkapkan, event kali ini merupakan yang ketiga. Jumlah kepesertaan juga terus mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Inovasi dan beberapa kegiatan memang sengaja dilakukan oleh Komunitas Bajingers untuk menunjukkan eksistensi mereka. “227 gerobak, jumlah yang sangat menggembirakan. Tak hanya Yogyakarta, tetapi ada juga yang dari luar daerah seperti Klaten dan Boyolali,” ungkapnya.
Saat ini, pihaknya memilih Bantul karena perkembangan bajingan di Kabupaten Bantul cukup menggembirakan. Jika sebelumnya hanya beberapa orang yang memiliki gerobak, kini dia mencatat lebih dari 50 orang yang telah memiliki gerobak. Selain itu, Bantul dipilih karena sesuai perintah gubernur DIY agar festival seperti ini digelar secara bergiliran di seluruh kabupaten di DIY.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata, Dinas Pariwisata DIY, Aria Nugrahadi, menyatakan, perkembangan gerobak sapi di DIY sungguh luar biasa. Saat ini lebih dari 400 gerobak yang ada di DIY. Kalaupun saat ini yang bisa ikut hanya sekitar 200-an, ini dikarenakan panitia hanya sanggup menangani sebanyak itu.
Dampaknya juga luar biasa, karena kini sudah muncul pula wisata gerobak sapi. “Sebuah wisata alternatif yang berbasis budaya dengan naik gerobak sapi,” ucap Aria.
Erfanto linangkung
Mereka ingin menyaksikan hajatan pertemuan akbar para bajingan (sebutan sopir gerobak sapi). Setidaknya ada 227 bajingan beserta gerobak dengan berbagai ukuran dan berbagai jenis sapi berkumpul di stadion. Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengaku sangat gembira dengan diadakannya event akbar tersebut.
Sebab, dengan adanya event seperti ini, tak hanya menjadi daya tarik DIY sebagai salah satu destinasi kenamaan di dunia, tetapi juga mampu mengangkat derajat gerobak dan juga sapi menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. “Dampaknya sangat banyak, dan ini harus dilestarikan,” ucap Sultan, kemarin.
Menurut Sultan, tiga tahun lalu membuka acara yang sama di Stadion Maguwoharjo, Kecamatan Sleman. Saat itu pesertanya hanya sekitar 50 orang bajingan dengan gerobak mereka yang masih seadanya. Namun setelah tiga tahun, ternyata jumlah peserta Festival Gerobak Sapi berlipat menjadi sekitar 227 peserta.
Artinya, tambah Sultan, gerobak sapi kini sudah berkembang menjadi industri karena jumlahnya berlipat. Bahkan, dengan adanya festival ini, ternyata misi mempertahankan alat transportasi tradisional ini berhasil.
Dampaknya bahkan sangat terasa, harga gerobak dan sapi membumbung tinggi dan terkadang tidak masuk akal. “Kalau bagi pedagang sapi, harga sapi untuk gerobak ini sudah tak mungkin lagi mereka perjualbelikan. Artinya Festival Gerobak Sapi membawa dampak positif,” ujarnya.
Dia berharap, ke depannya ada upaya dari para pemilik gerobak sapi dan instansi terkait mewujudkan gerobak sapi menjadi bagian dari pariwisata DIY. Beberapa wilayah yang selama ini menjadi destinasi wisata dapat dilengkapi dengan adanya alat transportasi gerobak sapi ini. Jadi, adanya gerobak sapi mampu mengangkat citra pariwisata DIY.
Ketua Umum Festival Gerobak Sapi 2015, Bowo Harso Nugroho, mengungkapkan, event kali ini merupakan yang ketiga. Jumlah kepesertaan juga terus mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Inovasi dan beberapa kegiatan memang sengaja dilakukan oleh Komunitas Bajingers untuk menunjukkan eksistensi mereka. “227 gerobak, jumlah yang sangat menggembirakan. Tak hanya Yogyakarta, tetapi ada juga yang dari luar daerah seperti Klaten dan Boyolali,” ungkapnya.
Saat ini, pihaknya memilih Bantul karena perkembangan bajingan di Kabupaten Bantul cukup menggembirakan. Jika sebelumnya hanya beberapa orang yang memiliki gerobak, kini dia mencatat lebih dari 50 orang yang telah memiliki gerobak. Selain itu, Bantul dipilih karena sesuai perintah gubernur DIY agar festival seperti ini digelar secara bergiliran di seluruh kabupaten di DIY.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata, Dinas Pariwisata DIY, Aria Nugrahadi, menyatakan, perkembangan gerobak sapi di DIY sungguh luar biasa. Saat ini lebih dari 400 gerobak yang ada di DIY. Kalaupun saat ini yang bisa ikut hanya sekitar 200-an, ini dikarenakan panitia hanya sanggup menangani sebanyak itu.
Dampaknya juga luar biasa, karena kini sudah muncul pula wisata gerobak sapi. “Sebuah wisata alternatif yang berbasis budaya dengan naik gerobak sapi,” ucap Aria.
Erfanto linangkung
(ftr)