Setiap Hari Nikmati 4-5 Jam Gas Gratis
A
A
A
Pemanfaatan kotoran sapi men jadi biogas terus digalakkan Pemkab Bandung sejak 2011 lalu. Kini dua desa sudah mulai memanfaatkan potensi energi itu.
Hasilnya, mereka menikmati gas secara gratis untuk kepentingan memasak. Dua desa yang kini telah memanfaatkan biogas tercatat Desa Pangalengan, di Kecamatan Pangalengan dan Desa Cisondari, di Kecamatan Pasir - jambu. Dua desa tersebut menjadi bagian termasuk program Desa Mandiri Energi (DME). Untuk pemanfaatan energi terbarukan yang saat ini digunakan sebagai pengganti elpiji, pemerintah bekerjasama dengan sekitar 46 warga yang memiliki populasi sapi 192 ekor sapi.
Kotoran sapi yang dihasilkan dari sekitar tiga – empat ekor bisa dimanfaatkan untuk satu unit biodigester dengan kekuatan sekitar 4 kubik gas, atau setara penggunaan biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi itu untuk 4-5 jam pemakaian per hari.Kepala Dinas SDAPE Kabupaten Bandung Kawaludin menjelaskan, pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan baku penghasil energi biogas yang dikembangkan di wilayahnya ini telah lama diterapkan ham pir empat tahun. Berbagai digester pun telah dibangun dan diberikan kepada para peternak yang tersebar di beberapa Kecamatan.
“Mulai dari tipe balon yang terbuat dari plastik trans pa ran, maupun tipe dome yang ter - buat dari fiber glass,” ujar dia. Menurut dia, untuk memaksimalkan energi terbaru ini, sejak 2012 lalu pihaknya telah memberikan bantuan sebanyak 14 biodigester (reaktor biogas). Terdiri atas tujuh unit di Kampung Sukamenak, Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan serta tujuh unit lainnya di Kampung Ciaul, Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu.
“Kami juga ikut memberikan kompor, lampu patromax dan satu buah rumah kompos untuk masingmasing kelompok ternak. Sasaran DME ini masuk program rencana jangka panjang dan menengah daerah (RJPMD),” ucapnya. Ketua Kelompok Tani dan Ternak Sukamenak Rega Kusmana mengatakan, saat ini pihaknya sudah memiliki 28 unit biodigester yang sebagiannya bantuan dari pemerintah yang dimanfaatkan kelompok ternak di wilayahnya. Sejak 2012 lalu, program ini terus berjalan. Manfaat energi terbarukan itu sangat terasa bagi para peternak.
Mereka tidak perlu lagi membeli elpiji. “Hasil pembuangan limbahnya juga bisa untuk pupuk organik yang digunakan petani. Jadi peternak dan petani bisa saling bergandengan. Cairan dari limbahnya bisa untuk peternak lele,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut dia, pihaknya bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat untuk memanfaatkan teknologi seluri yang merupakan air dari limbah kotoran. Manfaat lain selain mengurangi limbah ternak yang akan mencemari lingkungan juga dapat mengurangi beban pemerintah dalam subsidi elpiji karena sudah dimanfaatkan lebih dari 20 kepala keluarga.
“Di satu sisi juga menambah pendapatan para peternak dengan memanfaatkan ampas biogas sebagai pupuk organik dan media beternak cacing,” tandasnya.
Dila nashear
Hasilnya, mereka menikmati gas secara gratis untuk kepentingan memasak. Dua desa yang kini telah memanfaatkan biogas tercatat Desa Pangalengan, di Kecamatan Pangalengan dan Desa Cisondari, di Kecamatan Pasir - jambu. Dua desa tersebut menjadi bagian termasuk program Desa Mandiri Energi (DME). Untuk pemanfaatan energi terbarukan yang saat ini digunakan sebagai pengganti elpiji, pemerintah bekerjasama dengan sekitar 46 warga yang memiliki populasi sapi 192 ekor sapi.
Kotoran sapi yang dihasilkan dari sekitar tiga – empat ekor bisa dimanfaatkan untuk satu unit biodigester dengan kekuatan sekitar 4 kubik gas, atau setara penggunaan biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi itu untuk 4-5 jam pemakaian per hari.Kepala Dinas SDAPE Kabupaten Bandung Kawaludin menjelaskan, pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan baku penghasil energi biogas yang dikembangkan di wilayahnya ini telah lama diterapkan ham pir empat tahun. Berbagai digester pun telah dibangun dan diberikan kepada para peternak yang tersebar di beberapa Kecamatan.
“Mulai dari tipe balon yang terbuat dari plastik trans pa ran, maupun tipe dome yang ter - buat dari fiber glass,” ujar dia. Menurut dia, untuk memaksimalkan energi terbaru ini, sejak 2012 lalu pihaknya telah memberikan bantuan sebanyak 14 biodigester (reaktor biogas). Terdiri atas tujuh unit di Kampung Sukamenak, Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan serta tujuh unit lainnya di Kampung Ciaul, Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu.
“Kami juga ikut memberikan kompor, lampu patromax dan satu buah rumah kompos untuk masingmasing kelompok ternak. Sasaran DME ini masuk program rencana jangka panjang dan menengah daerah (RJPMD),” ucapnya. Ketua Kelompok Tani dan Ternak Sukamenak Rega Kusmana mengatakan, saat ini pihaknya sudah memiliki 28 unit biodigester yang sebagiannya bantuan dari pemerintah yang dimanfaatkan kelompok ternak di wilayahnya. Sejak 2012 lalu, program ini terus berjalan. Manfaat energi terbarukan itu sangat terasa bagi para peternak.
Mereka tidak perlu lagi membeli elpiji. “Hasil pembuangan limbahnya juga bisa untuk pupuk organik yang digunakan petani. Jadi peternak dan petani bisa saling bergandengan. Cairan dari limbahnya bisa untuk peternak lele,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut dia, pihaknya bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat untuk memanfaatkan teknologi seluri yang merupakan air dari limbah kotoran. Manfaat lain selain mengurangi limbah ternak yang akan mencemari lingkungan juga dapat mengurangi beban pemerintah dalam subsidi elpiji karena sudah dimanfaatkan lebih dari 20 kepala keluarga.
“Di satu sisi juga menambah pendapatan para peternak dengan memanfaatkan ampas biogas sebagai pupuk organik dan media beternak cacing,” tandasnya.
Dila nashear
(ars)