Merasa Dihina, Korban Sinabung Pilih Pindah Posko Pengungsian
A
A
A
KABANJAHE - Pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung asal Desa Sigarang-garang, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, memilih pindah posko pengungsian setelah merasa dihina Kepala Desa Sempajaya Bantu Purba yang juga penanggung jawab tempat posko pengungsian Losd Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi.
Berdasarkan penuturan masyarakat Desa Sigarang-garang, Sura br Karo-karo (54), kejadian tersebut bermula ketika salah seorang warga desanya, Limawati br Sembiring Pandia (23), meminta logistik berupa susu, sampo, dan sabun mandi kepada panitia Posko Losd Sempajaya, Kamis (27/8/2015) sekira pukul 15.00 WIB.
Sehari sebelumnya, Rabu (26/8/2015), panitia posko tersebut membagikan paket logistik tersebut kepada seluruh pengungsi. Sementara, Limawati saat itu sedang tidak berada di pengungsian, karena sedang melayat keluarganya yang meninggal dunia di desa.
"Dia (Limawati) hanya meminta paket logistik tersebut kepada panitia. Namun tiba-tiba saja Pak Bantu Purba memaki dan menghina. Sontak kami yang mendengar hal itu sangat terkejut, karena perkataan yang dilontarkannya sangat menyesakkan dada, bernada kasar, dan mengusir kami dari posko pengungsian ini," ungkap Sura sembari menitikkan air mata.
Setelah kejadian tersebut, lanjutnya, seluruh warga Desa Sigarang-garang yang telah mengungsi selama tiga bulan terakhir di posko pengungsian tersebut, berembuk dan sepakat untuk meninggalkan camp penampungan Losd Desa Sempajaya.
"Kami sangat terpukul, sungguh berat beban yang kami hadapi selama ini. Itu sebabnya kami memilih untuk meninggalkan posko ini guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari," ucapnya lagi.
Pengamatan KORAN SINDO MEDAN, Jumat (28/8/2015) Sekdakab Karo Saberina Tarigan, Camat Naman Teran Kasman Sembiring, dan sejumlah staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo tampak menghampiri pengungsi di Posko Losd Desa Sempajaya untuk mencarikan solusi.
Dalam dialog bersama pengungsi tersebut, disetujui bahwa pengungsi warga Desa Sigarang-garang tidak ingin berlama-lama lagi menetap di posko pengungsian tersebut, karena terlalu berat menanggung beban perasaan dan hinaan.
Solusi yang ditawarkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo yakni seluruh pengungsi dipindahkan ke tempat penampungan GBKP Simpang Enam, Kabanjahe. Mendengar hal tersebut, seluruh pengungsi pun menyetujui usulan yang diberikan pemerintah.
"Hari ini seluruh warga pengungsi asal Desa Sigarang-garang (1.525 jiwa) kita pindahkan dari Losd Sempajaya Berastagi ke tempat penampungan GBKP Simpang Enam Kabanjahe karena ada perasaan tersinggung para pengungsi. Pemindahan ini juga berdasarkan permintaan mereka," ujar Camat Naman Teran Kasman Sembiring di sela-sela pemindahan pengungsi, Sabtu (29/8/2015).
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Desa Sempajaya Bantu Purba belum bisa diwawancarai. Saat dihubungi, telepon selulernya tidak aktif.
Berdasarkan penuturan masyarakat Desa Sigarang-garang, Sura br Karo-karo (54), kejadian tersebut bermula ketika salah seorang warga desanya, Limawati br Sembiring Pandia (23), meminta logistik berupa susu, sampo, dan sabun mandi kepada panitia Posko Losd Sempajaya, Kamis (27/8/2015) sekira pukul 15.00 WIB.
Sehari sebelumnya, Rabu (26/8/2015), panitia posko tersebut membagikan paket logistik tersebut kepada seluruh pengungsi. Sementara, Limawati saat itu sedang tidak berada di pengungsian, karena sedang melayat keluarganya yang meninggal dunia di desa.
"Dia (Limawati) hanya meminta paket logistik tersebut kepada panitia. Namun tiba-tiba saja Pak Bantu Purba memaki dan menghina. Sontak kami yang mendengar hal itu sangat terkejut, karena perkataan yang dilontarkannya sangat menyesakkan dada, bernada kasar, dan mengusir kami dari posko pengungsian ini," ungkap Sura sembari menitikkan air mata.
Setelah kejadian tersebut, lanjutnya, seluruh warga Desa Sigarang-garang yang telah mengungsi selama tiga bulan terakhir di posko pengungsian tersebut, berembuk dan sepakat untuk meninggalkan camp penampungan Losd Desa Sempajaya.
"Kami sangat terpukul, sungguh berat beban yang kami hadapi selama ini. Itu sebabnya kami memilih untuk meninggalkan posko ini guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari," ucapnya lagi.
Pengamatan KORAN SINDO MEDAN, Jumat (28/8/2015) Sekdakab Karo Saberina Tarigan, Camat Naman Teran Kasman Sembiring, dan sejumlah staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo tampak menghampiri pengungsi di Posko Losd Desa Sempajaya untuk mencarikan solusi.
Dalam dialog bersama pengungsi tersebut, disetujui bahwa pengungsi warga Desa Sigarang-garang tidak ingin berlama-lama lagi menetap di posko pengungsian tersebut, karena terlalu berat menanggung beban perasaan dan hinaan.
Solusi yang ditawarkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo yakni seluruh pengungsi dipindahkan ke tempat penampungan GBKP Simpang Enam, Kabanjahe. Mendengar hal tersebut, seluruh pengungsi pun menyetujui usulan yang diberikan pemerintah.
"Hari ini seluruh warga pengungsi asal Desa Sigarang-garang (1.525 jiwa) kita pindahkan dari Losd Sempajaya Berastagi ke tempat penampungan GBKP Simpang Enam Kabanjahe karena ada perasaan tersinggung para pengungsi. Pemindahan ini juga berdasarkan permintaan mereka," ujar Camat Naman Teran Kasman Sembiring di sela-sela pemindahan pengungsi, Sabtu (29/8/2015).
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Desa Sempajaya Bantu Purba belum bisa diwawancarai. Saat dihubungi, telepon selulernya tidak aktif.
(zik)