Sutanti, Konsisten Melestarikan Sulam Wayang

Sabtu, 29 Agustus 2015 - 10:45 WIB
Sutanti, Konsisten Melestarikan Sulam Wayang
Sutanti, Konsisten Melestarikan Sulam Wayang
A A A
Sebagai salah satu warisan budaya, banyak cara dilakukan untuk melestarikan keberadaan wayang. Termasuk dengan melestarikannya dalam bentuk gambar. Tapi jika gambar wayang itu dibuat dengan cara disulam tentu tidak mudah dilakukan.

Membuat gambar wayang hiasan butuh perhatian ekstra dan ketelitian agar hasilnya tak keluar dari pakem. Meski demikian, ini tak membuat ibu-ibu anggota Paguyuban Pecinta Sulam Yogyakarta patah semangat. Sutanti, salah satu anggota paguyuban menyebut untuk membuat satu gambar wayang hiasan butuh waktu yang tidak sebentar. Setidaknya ia butuh waktu hingga tiga bulan.

“Membuat gambar tangannya saja bisa sampai sehari,” ucap Sutanti. Ditemui di kediamannya di Rukun Warga (RW) 08 Cokrokusuman, Kelurahan Cokrodiningratan, dia menunjukkan hasil karya sulamnya. Bukan sembarang sulam, karena hasil karya sulam yang ia tunjukkan tampilannya begitu rapat, padat, dan bermotif indah. “Ada Semar, Petruk, Arjuna, dan lainnya.

Di sulam di atas kain katun, kanvas, dan kain yang biasa dijadikan bahan gorden. Untuk Arjuna, masa pembuatannya kirakira tiga bulan. Saya tak hanya menyulam dan terus menyulam, melainkan ada proses konsultasi. Sedikitsedikit konsultasi,” ucapnya. Kreativitasnya itu didapat dari kursus rutin, dengan mentor seorang guru menyulam dan wayang.

Dia baru mulai perjalanan sebagai penyulam wayang dalam kurun waktu dua tahun belakang. Sulam wayang, merupakan salah satu karya seni asli dari Kota Yogyakarta, yang kini tak lagi banyak yang mengetahui dan menggelutinya. Dia memulai sesegera mungkin mempelajari teknik dan semua motif wayang dari sang guru, yang sudah lanjut usia.

“Kalau saya tidak segera belajar, siapa lagi nanti yang bisa meneruskannya. Saya juga ingin mengader generasi penerus,” tuturnya. Namun demikian, karena rumitnya proses pembuatan dalam jangka waktu dua tahun, dia baru bisa menyelesaikan 16 motif. Ini dimaklumi mengingat prosesnya tidak mudah dan amat butuh kesabaran. Saat mulai lelah, dia memilih tidur sejenak.

Tekadnya melestarikan sulam wayang memang sudah bulat. Ke depan dia akan fokus memperdalam sulam wayang. Sulam yang hanya dibuat dengan motif tokoh dunia pewayangan. Berbekal ketekunannya, dia kini bisa menjual karya dalam bentuk bros dan pajangan dinding.

Juga dalam bentuk kerudung dan pakaian. Soal harga, dibanderol mulai Rp10 juta–15 juta untuk sulam wayang Arjuna. Yang membedakan antara sulam wayang satu dan lainnya, adalah kualitas benang. Kalau benangnya berkualitas buruk, maka warna benang akan mudah luntur. “Kalau mencuci, jangan disikat,” tandasnya.

Sodik
Yogyakarta
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3946 seconds (0.1#10.140)